KABARBURSA.COM - Pemegang saham PT Lippo General Insurance Tbk (LPGI) telah menyetujui pemecahan nilai nominal saham atau stock split perusahaan. Keputusan ini diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang berlangsung pada Rabu, 21 Agustus 2024.
Menurut laporan keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis, 22 Agustus 2024, nominal saham LPGI yang sebelumnya Rp500 per lembar, akan dipecah menjadi Rp50 per lembar dengan rasio 1:10. Akibatnya, jumlah saham beredar LPGI akan meningkat menjadi 3 miliar lembar, dari sebelumnya 300 juta lembar.
Perdagangan saham dengan nominal baru ini akan dimulai di pasar reguler dan pasar negosiasi pada 17 September 2024, sedangkan perdagangan saham dengan nominal lama akan berakhir pada 13 September 2024.
Selain itu, RUPSLB juga menyetujui perubahan Pasal 4 ayat 1 dan ayat 2 dalam Anggaran Dasar Perseroan untuk mencerminkan stock split ini. Direksi juga diberikan wewenang untuk menyusun ulang seluruh ketentuan dalam Anggaran Dasar sesuai dengan perubahan yang telah disetujui.
RUPS memberikan kuasa kepada Direksi untuk melakukan semua tindakan yang diperlukan terkait pelaksanaan stock split, termasuk mengatur tata cara dan jadwal pelaksanaannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.
Manajemen LPGI mengungkapkan bahwa tujuan dari stock split ini adalah untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham dan memenuhi ketentuan free float saham. Saat ini, saham publik LPGI hanya sebesar 2,64 persen.
"Stock split akan membuat harga saham lebih terjangkau bagi investor individu dan diharapkan dapat menarik lebih banyak investor untuk bertransaksi di saham LPGI," jelas manajemen.
PT Lippo General Insurance Tbk (LPGI) melaporkan laba tahun berjalan sebesar Rp27,94 miliar untuk semester I/2024, meningkat dari Rp25,47 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Kenaikan ini menunjukkan kinerja operasional yang stabil dan pengelolaan biaya yang efektif.
Namun, laba sebelum pajak penghasilan mengalami penurunan menjadi Rp22,59 miliar pada semester I/2024, dibandingkan dengan Rp28,41 miliar pada semester I/2023. Total pendapatan perusahaan juga turun menjadi Rp1,38 triliun pada 2024, dari Rp1,73 triliun pada tahun sebelumnya.
Pendapatan premi bruto LPGI tercatat sebesar Rp1,81 triliun, mengalami penurunan 13,31 persen dibandingkan Rp2,09 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Penurunan premi ini berimbas pada total pendapatan yang turun 19,8 persen menjadi Rp1,387 triliun dari Rp1,73 triliun pada Juni tahun lalu.
Di sisi positif, LPGI berhasil menekan beban perseroan hingga 19,8 persen dari Rp1,70 triliun pada Juni tahun lalu menjadi Rp1,36 triliun pada Juni 2024. Selain itu, klaim bruto juga mengalami penurunan menjadi Rp1,17 triliun pada semester I/2024, turun 27 persen dari Rp1,62 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Dengan pencapaian ini, Lippo General Insurance masih mampu mencatatkan laba sebesar Rp27,9 miliar pada semester I/2024, mencatatkan pertumbuhan 9,70 persen secara tahunan (YoY). Aset perusahaan juga menunjukkan pertumbuhan, mencapai Rp3,02 triliun pada semester I/2024, naik 9,2 persen dibandingkan periode Desember 2023.
Rekomendasi Saham
Selain LPGI, ada ISAT dan MSIN yang juga melakukan aksi stock split atau pecah saham. William Hartanto, Founder WH-Project, melihat bahwa biasanya tren harga saham sebelum dan sesudah stock split cenderung selaras.
“Respons positif biasanya sudah terlihat sebelum split, dan tren harga berlanjut setelahnya,” jelas William.
Oleh karena itu, menurutnya, pelaku pasar perlu memperhatikan tren awal emiten sebelum melakukan stock split.
Di antara emiten yang akan stock split, William menilai ISAT dan MSIN menarik untuk dikoleksi dengan strategi trading buy, sementara untuk LPGI, strategi wait and see lebih disarankan.
Kepala Riset FAC Sekuritas Indonesia, Wisnu Prambudi Wibowo, menilai bahwa ketiga emiten yang akan melakukan stock split, yaitu ISAT, MSIN, dan LPGI, menunjukkan kinerja yang positif pada semester pertama 2024, sehingga ada peluang bagi pelaku pasar untuk merespons secara positif terhadap aksi korporasi ini.
Abdul Haq memberikan rekomendasi beli untuk saham ISAT dengan target harga di kisaran Rp11.925 hingga Rp12.325 dan stoploss di area Rp10.800. Sukarno Alatas juga optimis terhadap ISAT, memprediksi potensi kenaikan hingga 10 persen, sementara untuk MSIN, ia menyarankan wait and see.
Analis Stocknow.id, Abdul Haq Alfaruqy, menyebutkan bahwa stock split mempermudah akses investor dalam membeli saham, terutama saham yang harganya sudah tinggi, seperti DSSA yang pernah menjadi saham termahal di Bursa Efek Indonesia. Setelah melakukan stock split, DSSA mengalami lonjakan transaksi dan penguatan harga yang signifikan. Hingga 16 Agustus, harga saham DSSA tercatat di Rp40.350 per saham, naik 404,38 persen secara year to date.
Namun, Abdul Haq juga mengingatkan bahwa stock split tidak selalu langsung meningkatkan likuiditas atau mendorong harga saham emiten.
“Pada akhirnya, minat investor terhadap fundamental dan teknikal saham itulah yang menentukan,” katanya.(*)