KABARBURSA.COM - Kementerian BUMN belum lama ini mendorong langkah PT PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) untuk menggelar Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, menyebutkan bahwa pihaknya tengah mempersiapkan pertemuan dengan Kementerian BUMN guna membahas IPO dari perusahaan-perusahaan pelat merah tersebut.
"Kami akan bertemu dengan kementerian untuk berkomunikasi mengenai kesiapan BUMN dan apa saja yang dapat bursa kontribusikan untuk persiapan tersebut,” ujar Nyoman kepada media saat ditemui di BEI, Senin 13 Januari 2025.
Meski begitu, Nyoman belum bisa membeberkan perusahaan BUMN apa saja yang akan melantai di bursa efek. Sebab, menurut dia, nama-nama perusahaan akan disampaikan langsung oleh Menteri BUMN Erick Thohir.
Walau belum pasti, Direktur Utama PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, menilai MIND ID dan Inalum sangat layak untuk IPO ke pasar bursa. Apalagi, kondisi keuangan kedua BUMN tersebut sangat bagus.
"Dilihat dari fundamental keuangannya di tahun 2023 cukup bagus, kemudian di tahun 2024 juga profitnya juga bagus. Artinya perusahaan-perusahaan seperti inilah yang harus masuk bursa karena kondisi keuangan dan fundamentalnya tidak ada permasalahan," ujar Ibrahim saat dihubungi Kabarbursa.com, Selasa 14 Januari 2025.
Jika MIND ID dan Inalum memutuskan IPO, diproyeksikan akan menyedot banyak minat investor di bursa saham.
"Selama ini pasar akan mencari saham-saham yang memang cukup bagus, salah satunya adalah MIND ID dan Inalum karena ini memang benar-benar salah satu perusahaan pelat merah andalan pemerintah. Tentu investor akan senang, ini berbeda dengan perusahaan-perusahaan swasta yang IPO, tetapi segi keuangannya berantakan," jelas pengamat pasar uang tersebut.
Lebih lanjut, Ibrahim menyebut kemungkinan pelepasan saham MIND ID dan Inalum lewat aksi IPO nantinya akan berada di rentang 15 sampai 20 persen.
Sehingga rencana IPO dari dua perusahaan tersebut sebaiknya dimanfaatkan oleh para investor di waktu mendatang.
"MIND ID sebagai perusahaan holding pertambangan dan Inalum sebagai market maker di bidangnya, akan mencari dana segar melalui saham. Diperkirakan sekitar 15 sampai 20 persen saham yang mereka lempar. Apalagi pemerintah yang juga sedang mencari dana segar di luar sektor perbankan, tapi dari masyarakat melalui kepemilikan saham," ucapnya.
Langkah IPO yang bisa saja dilakukan MIND ID dan Inalum diperkirakan akan berdampak positif, khususnya untuk pertumbuhan ekonomi perusahaan.
"Dana segar yang diperoleh lewat IPO dapat dimanfaatkan untuk melakukan pengembangan terhadap produk-produk mereka maupun pengembangan terhadap produk di anak-anak perusahaannya. Kemudian untuk ekspansi hingga menutupi pinjaman perusahaan dari bank," kata Ibrahim.
Sehingga jika langkah IPO dari MIND ID dan Inalum benar terealisasi, akan sangat menarik bagi para investor yang mencari emiten saham dengam kondisi keuangan perusahaan yang stabil.
MIND ID Kuasai 34 Persen Saham INCO
Pada tahun 2024, pemerintah Indonesia melalui Holding BUMN Pertambangan, MIND ID resmi mengakuisisi kepemilikan mayoritas saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) melalui penandatanganan transaksi divestasi 14 persen. Lewat aksi korporasi ini, MIND ID menguasai 34 persen saham INCO.
Diketahui, akuisisi ini merupakan langkah penting dalam upaya pemerintah untuk memperkuat kendali domestik atas sumber daya alam Indonesia.
Selain itu pengambil alihan saham INCO tidak hanya menandai penguatan posisi Indonesia dalam industri nikel global, tetapi juga memperlihatkan kelanjutan upaya pemerintah untuk mengelola tambang-tambang besar yang sebelumnya dikuasai oleh perusahaan asing.
MIND ID yang kini menguasai 34 persen saham PT Vale Indonesia, menjadikannya pemegang saham mayoritas. Sementara itu, pemegang saham lainnya, VCL dan SMM, masing-masing menguasai 33,9 persen dan 11,5 persen. Sekitar 20,6 perseb saham masih diperdagangkan kepada publik melalui BEI.
Akuisisi ini akan memperkuat kontrol domestik atas salah satu aset terbesar Indonesia dalam industri pertambangan nikel, sekaligus membuka peluang bagi sektor hilirisasi untuk tumbuh dan berkembang lebih pesat.
Melalui strategi yang tepat, Indonesia bisa menjadi pemain kunci di pasar nikel dunia dan memanfaatkan potensi besar yang dimiliki di sektor ini.
Sementara itu, PT Indonesia Asahan Aluminium adalah BUMN yang bergerak di bidang produksi aluminium. INALUM merupakan satu-satunya BUMN yang bergerak di industri tersebut.
INALUM berfokus pada hilirisasi komoditas aluminium nasional dan memproduksi aluminium berkualitas premium dengan mengedepankan keberlanjutan dan meminimalkan dampak pada lingkungan.
Indonesia Asahan Aluminium sendiri didirikan pada 1976 sebagai joint venture antara pemerintah Indonesia dan Jepang. Kemudian, pada 2013 pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi INALUM.(*)