Logo
>

Penggunaan Air Tanah Jakarta bakal Dikurangi: Privatisasi?

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Penggunaan Air Tanah Jakarta bakal Dikurangi: Privatisasi?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Medrilzam, menyebut, penggunaan air tanah di Jakarta bakal dikurangi.

    Dalam mengatasi persoalan tersebut, Medrilzam mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah (Pemda) Jakarta untuk meningkatkan sistem air perpipaan guna mengurangi penggunaan ari tanah.

    "Saya sudah bicara dengan teman-teman di DKI, memang sudah ada penekanan tertentu bahwa sistem air perpipaan di DKI harus ditingkatkan. Sehingga penggunaan air tanah bisa dikurangi hampir mungkin 80 persen," katanya kepada media, Kamis 16 Mei 2024.

    Namun, Medrilzam menyampaikan belum ada keputusan dari pertemuan itu. Dia bilang, solusi dari permasalahan tersebut, bisa didapat secara komprehensif agar berjalan dengan baik.

    "Harus bisa dilihat secara komprehensif,  seperti, bagaimana investasinya? Apakah betul ingin memakai skema privatisasi? Ini meski dilihat betul," jelasnya.

    Meski begitu, Medrilzam menyatakan pihaknya menargetkan pemakaian sistem perpipaan di Jakarta sudah mencapai 90 persen pada 2045.

    "Ini yang sedang dikembangkan teman-teman di DKI, bagaimana kerangka untuk meningkatkan sampai 90 persen sistem perpipaan bisa kami capai sampai 2045" ucapnya.

    Sementara itu Asisten Program Senior Unesco, Siti Rachmania juga menyoroti penggunaan air tanah di Jakarta. Menurutnya, Indonesia belum memiliki regulasi tentang cara mengebor air tanah.

    Regulasi Pengeboran Tanah

    "Kita tidak ada regulasi tentang bagaimana cara mengebor air tanah," ujarnya dalam kesempatan yang sama.

    Akibatnya, Rachmania melihat masih banyak masyarakat yang berlomba-lomba mengebor tanah untuk menggunakan air.

    Rachmania memandang, cara pengeboran air tanah ini harus disoroti pihak terkait.  Sebab kalau ini dibiarkan, efek buruk sudah menanti.

    Dia lalu memberi contoh kawasan Jakarta Utara, yang permukaan air laut lebih tinggi dibanding permukaan tanah.

    Kata Rachmania, hal tersebut terjadi karena tidak adanya regulasi tentang cara mengebor air di dalam tanah.

    "Di Jakarta Utara permukaan air laut lebih tinggi daripada daratan. Tapi air tanah tetap dibor. Tidak ada regulasi. Ini semua dampak turunan dari masalah air jadi seberapa pentingnya air," pungkasnya.

    Sebenarnya, penggunaan air tanah sudah diatur oleh Gubernur Jakarta sebelumnya, yakni Anies Baswedan.

    Disebutkan, sebagian pemilik bangunan di Jakarta dilarang menggunakan air tanah mulai 2023. Hal ini tertuang dalam Peraturan Gubernur Nomor 93 Tahun 2021.

    Akan tetapi, tidak semua bangunan di Jakarta dilarang memanfaatkan air tanah. Dalam peraturan yang tertera, disebutkan zona sasaran bebas air tanah.

    Yang dimaksud peraturan tersebut adalah, zona bebas air tanah adalah zona tanpa pemanfaatan air tanah sesuai dengan kemampuan peta zona konservasi air tanah.

    Teknologi Hemat Air

    Indonesia akan menjadi tuan rumah World Water Forum (WWF) ke-10 yang akan diselenggarakan di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, dari 18 hingga 25 Mei 2024. Sebagai tuan rumah, Indonesia memiliki agenda khusus untuk mencapai kesepahaman bersama di antara negara-negara peserta terkait aksi-aksi yang akan dilakukan di tingkat global, regional, dan nasional. Hal ini disampaikan oleh Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Medrilzam.

    Fokus utama Indonesia dalam WWF ke-10 adalah pemanfaatan danau sebagai sumber air besar dan pengembangan strategi untuk ketahanan air dan iklim. Program-program riset terkait sudah mulai berjalan, namun untuk mencapai skala yang lebih besar, pemerintah membutuhkan dukungan politik dan finansial dari berbagai pihak.

    Sektor pertanian juga akan menjadi isu penting yang diangkat dalam forum ini. Medrilzam menekankan bahwa petani, sebagai pengguna terbesar air di sektor ini, harus difasilitasi dengan teknologi hemat air. Pemerintah sebelumnya telah menerapkan teknologi smart agriculture, yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan produktivitas berkelanjutan di sektor pertanian. Kini, pemerintah mempertimbangkan sistem nexus yang mengintegrasikan pangan, energi, dan air, karena ketiga elemen ini saling berkaitan dan tidak bisa berdiri sendiri.

    Air Isu Utama

    Krisis air akan menjadi isu utama yang dibahas dalam WWF ke-10, mengingat prediksi bahwa pada tahun 2050, penduduk bumi akan menghadapi kelangkaan air. Meskipun bumi memiliki banyak air, hanya sekitar 2,5 persen yang merupakan air tawar yang dapat dimanfaatkan, dan dari jumlah tersebut, ketersediaan air tawar yang bisa digunakan sangat kecil.

    Dengan menjadi tuan rumah WWF ke-10, Indonesia berharap dapat berkontribusi pada solusi global untuk masalah air dan membangun kesepahaman internasional untuk tindakan konkret di berbagai tingkatan.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.