Logo
>

Penjualan SPRE Tertekan, Kuartal IV 2024 Diharapkan Jadi Penyelamat

Ditulis oleh Syahrianto
Penjualan SPRE Tertekan, Kuartal IV 2024 Diharapkan Jadi Penyelamat

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Soraya Berjaya Indonesia Tbk (SPRE) melaporkan penurunan penjualan sebesar 5,0 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp34,8 miliar pada periode 9 bulan pertama tahun 2024, dibandingkan dengan Rp36,6 miliar pada periode yang sama tahun 2023. Meskipun terjadi penurunan pada penjualan, perseroan mencatatkan kenaikan pada laba kotor (gross profit) berkat efisiensi biaya barang yang terjual (COGS) yang tercatat turun 16,2 persen yoy menjadi Rp24,3 miliar.

    Seiring dengan turunnya penjualan, margin laba kotor (gross profit margin/GPM) mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 30,1 persen pada 9 bulan pertama tahun 2024, dibandingkan dengan 20,8 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan ini didorong oleh penurunan COGS yang lebih besar daripada penurunan penjualan. Namun, beban operasional (OPEX) mengalami lonjakan yang cukup signifikan sebesar 54,4 persen yoy, mencapai Rp8,1 miliar, yang menyebabkan laba operasional perseroan hanya tumbuh tipis sebesar 0,1 persen yoy menjadi Rp2,4 miliar.

    MNC Sekuritas Team Coverage dalam risetnya, Rabu, 15 Januari 2025, mengungkapkan bahwa enurunan kinerja SPRE pada 9 bulan pertama tahun 2024 sejalan dengan tren melemahnya daya beli masyarakat. Data deflasi yang tercatat selama lima bulan berturut-turut sejak Mei hingga September 2024 (0,03 persen month om month hingga 0,12 persen mom) menunjukkan adanya penurunan dalam pengeluaran konsumen, yang berimbas pada melambatnya penjualan barang-barang perlengkapan rumah tangga. Kinerja penjualan ritel tahunan untuk kategori tersebut juga terkontraksi 1,1 persen yoy pada 9 bulan pertama tahun 2024, berbanding terbalik dengan kenaikan 0,1 persen yoy yang tercatat pada 9 bulan pertama tahun 2023.

    "Konsumen kini semakin selektif dalam pengeluaran, yang menjadi faktor utama yang membebani penjualan SPRE pada periode ini. Situasi ini menambah tantangan bagi perusahaan yang bergerak di sektor barang rumah tangga, yang sangat dipengaruhi oleh fluktuasi daya beli masyarakat," tulis riset tersebut, seperti dikutip Kabarbursa.com, Kamis, 16 Januari 2025.

    Meski demikian, SPRE berharap adanya pemulihan kinerja pada kuartal keempat 2024. Musim perayaan Natal dan Tahun Baru yang biasanya diikuti dengan peningkatan permintaan barang perlengkapan rumah tangga, termasuk sprei, diharapkan dapat mendorong kenaikan penjualan. Tradisi memperbarui perlengkapan rumah dan memberikan hadiah pada musim perayaan ini cenderung mendorong belanja konsumen, yang menjadi harapan bagi SPRE untuk meraih peningkatan penjualan.

    Setelah melakukan penawaran umum perdana (IPO) pada Juli 2024, Soraya Berjaya Indonesia. berhasil memperkuat posisi keuangannya. Total ekuitas perusahaan tercatat melonjak menjadi Rp46,9 miliar pada 9M24, didorong oleh hasil IPO sebesar Rp21,6 miliar. Perusahaan juga menggunakan sebagian dana IPO untuk meningkatkan persediaan bahan baku dan belanja modal (capex), yang tercermin dalam lonjakan persediaan sebesar 52,5 persen year to date (ytd) menjadi Rp14,2 miliar.

    Peningkatan likuiditas perusahaan tercermin dari current ratio yang melonjak menjadi 1.045,9 persen pada 9 bulan pertama tahun 2024, dibandingkan dengan 340,5 persen pada tahun fiskal 2023, menunjukkan peningkatan kesehatan finansial perusahaan setelah IPO.

    Meskipun posisi keuangan perusahaan semakin kuat, SPRE tetap menghadapi sejumlah risiko yang dapat mempengaruhi kinerja operasionalnya. Beberapa risiko yang perlu diwaspadai antara lain ketergantungan pada pemasok, persaingan yang ketat di pasar, ketidaksesuaian antara permintaan dan kapasitas pasokan, serta perubahan regulasi terkait upah minimum.

    "Saat ini, saham SPRE diperdagangkan pada level 74,5x/3,6x Price-to-Earnings (PE) dan Price-to-Book Value (PBV), yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pesaing di industri dengan PE/PBV sebesar 44,1x/1,3x," ungkap tim riset MNC Sekuritas.

    Namun demikian, SPRE optimistis bahwa penjualan akan kembali meningkat pada kuartal empat 2024, mengingat momen perayaan Natal dan Tahun Baru yang biasanya meningkatkan permintaan produk rumah tangga. Untuk mendukung hal tersebut, perusahaan juga mengalokasikan sebagian besar dana hasil IPO untuk pengadaan bahan baku dan pengembangan kapasitas produksi.

    "Meski kinerja SPRE pada 9M24 mencatatkan penurunan, perusahaan tetap berupaya untuk menjaga produktivitas dan kinerja keuangannya, sambil mempersiapkan diri untuk meningkatkan penjualan di kuartal akhir 2024," tandas riset MNC Sekuritas.

    Harga Saham SPRE Hari ini

    Harga saham SPRE ditutup menguat 0,74 persen pada perdagangan hari ini, Kamis, 16 Januari 2025, berada di level Rp137 per saham. Saham SPRE mengalami kenaikan Rp1 dari harga penutupan sebelumnya di level Rp136.

    Selama sesi perdagangan, saham SPRE diperdagangkan cukup aktif dengan volume mencapai 65,63 juta lot, lebih tinggi dibandingkan rata-rata volume perdagangan harian yang berada di angka 40,65 juta lot. Nilai transaksi yang tercatat mencapai Rp9 miliar, mencerminkan tingginya minat pelaku pasar terhadap saham ini.

    Sepanjang hari, saham SPRE bergerak dalam rentang harga Rp134 hingga Rp140. Level tertinggi hari ini hanya berjarak Rp9 dari batas auto reject atas (ARA) yang ditetapkan di Rp149. Adapun batas auto reject bawah (ARB) untuk saham ini berada di Rp123. Harga rata-rata perdagangan saham SPRE hari ini tercatat di Rp137. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.