KABARBURSA.COM – PT Central Proteina Prima Tbk (CPRO), mendapat katalis positif dari klaim pemerintah yang menyatakan sumber dugaan cemaran radioaktif cesium-137 pada produk udang beku asal Indonesia telah ditutup.
Klaim ini, yang merespons temuan otoritas AS pada pemasok tertentu, segera menjadi isu kunci di sektor akuakultur. Jika benar-benar menutup mata rantai yang bermasalah, efek pertama yang terasa adalah normalisasi arus ekspor dan redistribusi permintaan.
Di ruang itu, CPRO, yang merupakan produsen pakan udang dan ikan yang terintegrasi dengan pembenihan, budidaya, hingga olahan boga Bahari, berpotensi memetik katalis positif. Pangsa pasar bisa melebar ketika pemasok yang terdampak harus menepi, kompetisi mereda di beberapa wilayah, dan kepercayaan pembeli global terhadap pemasok yang memenuhi standar mutu justru menguat.
Di saat yang sama, sentimen sektor bisa membaik apabila regulator domestik dan mitra dagang luar negeri melihat penanganan cepat, audit mutu yang lebih ketat, dan jejak kepatuhan yang jelas. Itu semua adalah bahan bakar psikologis yang kerap mendahului perbaikan volume penjualan.
Namun katalis ini datang bersama syarat. Sorotan regulator akan meningkat, standar pengujian bakal lebih ketat, serta biaya kepatuhan bisa naik untuk semua pemain, termasuk CPRO. Artinya, potensi perbaikan top line harus ditimbang dengan margin yang mungkin lebih terkompres.
Jika melihat pergerakan sahamnya di pasar, CPRO terakhir diperdagangkan di level 57 dengan rentang harian 56–59, volume 2,49 juta lot, dan nilai transaksi sekitar Rp14,3 miliar. Secara performa, satu pekan terakhir saham tersebut terkoreksi -1,72 persen, tetapi sebulan naik 11,76 persen.
Artinya, minat beli belum padam meski terjadi jeda singkat. Aliran asing relatif berimbang, buy Rp2,7 triliun dan sell Rp2,8 triliun, yang menggambarkan fase “menguji” narasi pemulihan sembari menunggu bukti lebih lanjut di laporan kinerja.
Fundamental Ramah bagi Investor
Dari fundamental, metrik valuasi CPRO masih ramah bagi investor yang mencari risk-reward. PER TTM 7,81 di bawah median PER IHSG 8,94, earnings yield 12,81 persen, P/S 0,36, dan PBV 0,88 menyiratkan diskon terhadap nilai buku.
Profitabilitas TTM juga membaik, di mana laba bersih Rp435 miliar, marjin bersih kuartalan 5,65 persen, serta arus kas bebas TTM positif Rp520 miliar. Posisi utang relatif terkendali untuk ukuran sektor komoditas, debt-to-equity 0,48, Net Debt/EBITDA sekitar 2,0x, EV/EBITDA 5,95 dan EV/EBIT 6,81. Ini menjadi angka yang lazim ditemui pada emiten siklikal yang sedang “turnaround”.
Sinyal kualitas laba ikut menguat melalui Piotroski F-Score 8, sementara cakupan bunga 4,18 memberi ruang bernapas pada saat biaya dana belum sepenuhnya turun.
Meski demikian, ada lampu kuning yang tidak boleh diabaikan. Rasio lancar 1,07 tergolong mepet dan quick ratio 0,44 menunjukkan likuiditas modal kerja yang ketat. Altman Z-Score 0,98 menempatkan perusahaan di zona rawan sehingga disiplin neraca wajib dijaga ketat.
Siklus harga bahan baku pakan, volatilitas kurs, serta kebijakan perdagangan mitra ekspor bisa cepat mengubah kalkulus laba.
Di atas semuanya, narasi katalis dari penutupan sumber cemaran hanya akan benar-benar bernilai jika diikuti pemulihan permintaan yang terukur dan tidak disertai hambatan baru dalam bentuk audit berulang di jalur ekspor.
Menimbang kombinasi sentimen, pergerakan harga, dan fundamental, CPRO tampak menarik sebagai kandidat trading buy/akumulasi bertahap bagi investor yang nyaman dengan profil risiko siklikal, terutama pada pelemahan jangka pendek, seraya menuntut konfirmasi dari dua hal, yaitu keberlanjutan ekspor tanpa gangguan reputasi dan stabilnya margin pakan di tengah biaya kepatuhan yang berpotensi naik.
Bagi pengelola portofolio yang konservatif, pendekatan “pantau dulu laporan kuartalan berikutnya” juga rasional, mengingat indikator stres neraca yang masih perlu diturunkan.
Singkatnya, klaim pemerintah yang menutup mata rantai bermasalah membuka celah sentimen positif bagi CPRO, baik dari peluang pangsa pasar, kompetisi yang menipis, hingga persepsi kualitas.
Tetapi, pasar akan memberi premi hanya jika bukti operasional menyusul. Di titik inilah disiplin fundamental dan eksekusi manajemen menentukan apakah diskon valuasi CPRO berubah menjadi rerating yang berkelanjutan.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.
 
      