KABARBURSA.COM - Bulog mengakui program jemput gabah kurang diminati petani. Skemanya dinilai tak mengakomodir kebutuhan para petani secara sistematis.
Pengamat pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori, mengatakan program ini pada kenyataannya memang sulit untuk direalisasikan.
Khudori menuturkan, program jemput gabah akan mudah dijalankan jika gabah yang hendak dijemput dipastikan disetorkan atau dijual ke Bulog.
"Selama ini di desa-desa itu sudah ada penebas, pembeli, atau middle man yang berhubungan dengan petani," kata dia kepada Kabar Bursa, Jumat 22 Mei 2024.
Selain itu, lanjut Khudori, saat ini di desa juga terdapat pelepas uang yang memberi pinjaman ke petani saat petani memerlukan modal atau ada kebutuhan.
Oleh karena itu dia menyatakan relasi sosial yang sudah terjalin lama dan bagai simbiosis mutualisme itu, tidak mudah untuk diputuskan.
"Kalau Bulog dengan personel baru masuk ke sistem sosial seperti itu gak mudah untuk diterima. Akan lebih baik dalam jangka pendek Bulog menggunakan tangan penebas, tengkulak, atau apapun namanya untuk mendapatkan pasokan gabah," jelas Khudori.
Lebih lanjut Khudori menyarankan, pihak yang digandeng Bulog sebaiknya menggunakan alat yang presisi dan bisa disaksikan semua pihak. Hal itu, kata dia, bertujuan agar para petani dan pihak-pihak lainnya transparan dalam menetapkan mutu dan harga.
Dengan cara tersebut, Khudori yakin Bulog bisa mendapatkan pasokan gabah dan memberi edukasi kepada petani untuk transparan.
"Dengan cara-cara ini, di satu sisi, Bulog mendapatkan pasokan gabah, dan di sisi lain, Bulog secara tidak langsung mengedukasi para pihak agar transparan dalam menetapkan mutu dan harga," tandasnya.
Perlu diketahui, Program jemput gabah dirancang untuk memfasilitasi penjemputan gabah langsung dari petani, tetapi kenyataannya, petani lebih memilih menjual gabah mereka kepada penggilingan kecil atau pengepul lokal dengan siapa mereka sudah memiliki hubungan yang baik dan lama.
Kendati begitu, Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, mengonfirmasi bahwa program jemput gabah akan tetap dilanjutkan meskipun tidak banyak diminati.
Bayu menegaskan bahwa program Jemput Gabah tidak akan dihilangkan karena penting untuk menunjukkan bahwa Bulog siap mengambil tindakan jika pendekatan konvensional tidak cukup.
Program ini memberi sinyal kepada pasar bahwa Bulog dapat terlibat langsung dengan petani untuk stabilitas harga dan pasokan.
Hingga 19 Mei 2024, Bulog telah menyerap sebanyak 1.050.000 ton gabah kering panen atau setara dengan 535.000 ton beras dari tingkat petani.
Penyerapan ini merupakan bagian dari penguatan cadangan beras pemerintah (CBP), termasuk tugas public service obligation (PSO) dan beras komersial.
Harga Gabah Naik
Menuju akhir panen raya, harga gabah di tingkat petani mulai naik. Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, mengungkapkan bahwa saat ini harga gabah di tingkat petani dengan kualitas terbaik bahkan mencapai Rp 7.000/kg.
“Harga gabah di Sentra Penggilingan Padi (SPP) maupun di mitra mencapai Rp 6.400-6.500/kg, dan kualitas terbaiknya bahkan mencapai Rp 7.000/kg,” jelas Bayu di SPP Bulog, Karawang.
Dengan harga demikian, ia memperkirakan harga beras di tingkat produsen telah mencapai Rp 11.500-12.000/kg.
Bayu menegaskan bahwa panen raya ini akan berakhir pada bulan Mei. Ia mengatakan hingga Minggu (19/5), Bulog telah menyerap gabah petani sebesar 1,050 juta ton atau setara 535 ribu ton beras.
Sementara itu, Bulog menargetkan penyerapan beras hingga akhir masa panen bisa lebih dari 600 ribu ton. Hal ini penting untuk memastikan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) tetap aman.
“Kondisi ini menjadi perhatian karena musim panen pertama (MT1) adalah musim panen terbesar, sementara panen selanjutnya biasanya jauh lebih kecil dari MT1,” ungkap Bayu.
Panen Raya Padi
Perum Bulog, sebagai badan yang mewakili pemerintah, saat ini aktif dalam proses penyerapan gabah kering panen (GKP) dari petani hingga mencapai 30 ribu ton per hari untuk pengadaan beras di dalam negeri.
Bayu Krisnamurthi, Direktur Utama Perum Bulog, menekankan bahwa ini adalah langkah yang penting untuk memastikan ketersediaan beras nasional. Bulog memanfaatkan panen raya padi yang tengah berlangsung di berbagai daerah untuk meningkatkan penyerapan dan memenuhi stok cadangan beras pemerintah. Seperti dalam keterangan resmi di Jakarta. Beberapa waktu lalu.