Logo
>

Perdagangan Sepekan BEI Surut, Kapitalisasi Pasar Turun Rp12.099 Triliun

Kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia anjlok 3,17 persen dalam sepekan. IHSG melemah ke bawah 7.000, investor asing catat jual bersih Rp2,73 triliun.

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Perdagangan Sepekan BEI Surut, Kapitalisasi Pasar Turun Rp12.099 Triliun
Ilustrasi: IHSG anjlok 3,61 persen sepekan. Kapitalisasi pasar menyusut jadi Rp12.099 triliun, asing jual bersih Rp53 triliun sejak awal tahun. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

KABARBURSA.COM – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat mayoritas perdagangan saham selama sepekan periode 16-20 Juni 2025 mengalami penurunan.

P.H. Sekretaris Perusahaan BEI, I Gusti Agung Alit Nityaryana, mengatakan kapitalisasi pasar BEI mengalami penurunan sebesar 3,17 persen menjadi Rp12.099 triliun dari Rp12.495 triliun pada sepekan sebelumnya.

Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan ditutup di level 6.907,138, atau turun hingga 3,61 persen dibanding pekan lalu di level 7.166,065.

"Rata-rata nilai transaksi harian BEI selama sepekan mengalami perubahan sebesar 7,63 persen menjadi Rp15,01 triliun dari Rp16,24 triliun pada pekan sebelumnya," ujar dia dalam keterangan resmi dikutip, Sabtu, 21 Juni 2025.

Gusti menambahkan jika rata-rata frekuensi transaksi harian pekan ini juga mengalami perubahan menjadi 1,31 juta kali transaksi, turun sebesar 8,15 persen dari 1,42 juta kali transaksi pada pekan lalu.

Sementara itu, rata-rata volume transaksi harian bursa pada pekan ini menjadi 24,41 miliar lembar saham, catatan ini juga koreksi sebesar 13 persen dari 28,05 miliar lembar saham pada pekan sebelumnya.

"Investor asing hari ini (Jumat, 20 Juni 2025) mencatatkan nilai jual bersih Rp2,73 triliun dan sepanjang tahun 2025 ini, investor asing mencatatkan nilai jual bersih Rp53,10 triliun," pungkas Gusti.

IHSG Ditutup Lemah di Penghujung  Pekan

IHSG ditutup melemah pada akhir perdagangan Jumat, 20 Juni 2025, dengan koreksi sebesar 61,50 poin atau 0,88 persen ke level 6.907,14. Turun dibanding pada saat sesi pembukaan tadi pagi, yakni Rp6.950 per lembarnya.

Sepanjang hari, indeks bergerak dalam rentang 6.873,72 sebagai titik terendah dan 6.956,80 sebagai level tertingginya. Volume transaksi di seluruh pasar mencapai 348,53 juta lot dengan nilai transaksi harian Rp22,24 triliun dan frekuensi sebanyak 1,19 juta kali.

Sementara itu, di pasar reguler tercatat sebanyak 332,12 juta lot berpindah tangan dengan nilai transaksi Rp21,57 triliun.

Investor asing membukukan aksi jual bersih (net foreign sell) sebesar Rp1,3 triliun di pasar reguler. Total pembelian investor asing tercatat Rp3,27 triliun, sementara penjualan mencapai Rp4,57 triliun.

Pangsa pasar hari ini didominasi oleh investor domestik sebesar 69,95 persen, sementara investor asing berkontribusi sebesar 30,05 persen dari total nilai transaksi.

Mengutip data RTI ada setidaknya 231 saham mengalami kenaikan, 386 saham anjlok dan 190 mengalami stagnan.

Hindari Saham di Sektor ini 
Analis pasar modal dan Founder Stocknow.id Hendra Wardana, mengimbau para investor tetap perlu selektif di tengah tekanan terhadap IHSG hari ini.

Ia berpendapat ada beberapa sektor yang perlu dihindari. Misal, sektor transportasi udara dan logistik karena rentan terhadap lonjakan harga minyak serta gangguan rantai pasok akibat geopolitik.

"Sektor properti mewah dan konstruksi besar juga sensitif terhadap pelemahan rupiah dan tekanan fiskal," kata dia.

Selain itu, ia berpendapat saham-saham big cap perbankan juga bisa mengalami tekanan sementara akibat sentimen negatif terhadap rupiah dan ekspektasi yield.

Sebaliknya, Hendra memandang sektor energi dan komoditas seperti ANTM (target 3.660), ESSA (trading buy, target 780), dan BRPT (target 1.630) tetap potensial, terutama karena naiknya ekspektasi terhadap harga emas, nikel, dan amonia sebagai dampak dari potensi krisis energi.

"Saham defensiif di sektor konsumer (ICBP, MYOR, SIDO) serta telko dan tower (TLKM, TOWR) juga menarik untuk akumulasi, karena cenderung tidak terdampak langsung oleh volatilitas global dan tetap mencetak profit stabil. Saham-saham pembagi dividen besar seperti CTBN dan NCKL juga bisa menjadi penyeimbang risiko dalam portofolio," ungkapnya.

Untuk strategi investasi, Hendra menyarankan investor jangka pendek fokus pada saham-saham sektor komoditas dan defensif yang sedang koreksi sehat, serta disiplin dalam manajemen risiko dengan stop loss ketat dan take profit cepat.

"Untuk jangka menengah, investor dapat mulai mengakumulasi saham-saham unggulan yang sudah turun dari puncak, terutama menjelang rilis laporan keuangan semester I," katanya.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Hutama Prayoga

Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.