Logo
>

Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Menunggu Rilis AS

Ditulis oleh KabarBursa.com
Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Menunggu Rilis AS

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Dalam pertarungan melawan dolar Amerika Serikat (AS) hari ini, rupiah masih berpotensi mengalami volatilitas. Pelaku pasar saat ini tengah memusatkan perhatian pada rilis data inflasi AS untuk November 2023, yang akan menjadi penentu kebijakan moneter bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).

    Menurut data Refinitiv sepanjang perdagangan kemarin, nilai tukar rupiah mengalami penurunan signifikan hingga 0,68 persen ke posisi Rp15.610/US$. Pelemahan tersebut membawa mata uang Garuda ke posisi terlemah sejak 7 November 2023 atau lebih dari sebulan yang lalu.

    Pelemahan rupiah ini terjadi di tengah sikap "wait and see" pelaku pasar, yang menantikan data-data penting pekan ini. AS akan merilis data inflasi dan The Fed akan menetapkan suku bunga acuannya. Pada malam nanti, sekitar pukul 20.30 WIB, AS akan mengumumkan data inflasi dan inflasi inti untuk November 2023.

    Konsensus menyatakan bahwa inflasi inti diperkirakan tetap pada angka 4 persen (YoY) pada November, sementara inflasi umum diprediksi melandai sedikit ke angka 3,1 persen (YoY), turun dari periode Oktober yang berada di 3,2 persen (YoY). Data inflasi ini dianggap akan menjadi penentu kebijakan The Fed dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung pada 13-14 Desember 2023.

    Proyeksi dari CME FedWatch menunjukkan bahwa The Fed kemungkinan tidak akan menaikkan suku bunga pada pertemuan terakhir di tahun ini dan Januari 2024. Suku bunga diperkirakan tetap di kisaran 5,25 persen-5,50 persen. Bahkan, survei CME FedWatch menunjukkan bahwa The Fed kemungkinan akan mulai memangkas suku bunga pada Mei 2024 sebesar 25 basis poin.

    Edi Susianto, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), menyatakan bahwa pelemahan rupiah saat ini bersifat sementara. Ia menjelaskan bahwa pergerakan rupiah hari ini lebih dipengaruhi oleh sentimen global, yang menurutnya masih bersifat temporer.

    Pelemahan rupiah sebelumnya, pada pekan lalu, disinyalir terjadi akibat tekanan dari ekonomi China yang masih lesu. Proyeksi pertumbuhan ekonomi China yang melambat pada 2024 mempengaruhi Indonesia sebagai mitra dagang terbesar dalam ekspor-impor.

    Saat ini, rupiah sedang menguji level psikologis Rp15.600/US$, yang berdekatan dengan resistance di Rp15.620/US$. Posisi resistance perlu diperhatikan pelaku pasar jika masih terjadi pelemahan rupiah dalam jangka pendek.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi