KABARBURSA.COM - PT Raharja Energi Cepu atau RATU, baru saja menjalankan initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 Januari 2025. RATU hadir dengan penuh kepastian, bahwa industri migas akan bertumbuh positif.
Direktur Utama RATU Alexandra Sinta Wahjudewanti, yakin betul bisa menyabet pendapatan double digit pada tahun ini, walaupun tidak disebutkan secara spesifik terkait angkanya.
RATU adalah sebuah perusahaan holding migas dan minyak yang dimiliki oleh Happy Hapsoro dan juga merupakan anak usaha dari PT Rukun Raharja (RAJA). Sebagai holding migas, RATU memiliki hal partisipasi sebesar 2,2423 persen di Blok Cepu melalui entitas asosiasinya yaitu PT Petrogas Jatim Utama Cendana (PJUC), dengan kepemilikan 49 persen.
Selain Blok Cepu, RATU juga memiliki hak partisipasi sebesar 8 persen di Blok Jabung, melalui anak usaha PT Raharja Energi Tanjung Jabung (RETJ), dengan kepemilikan sebesar 99 persen.
Sementara itu, kinerja RATU juga masih tumbuh setelah berhasil mengompensasi penurunan produksi pada Blok Cepu dengan peningkatan kinerja Blok Jabung. Di sini, RATU mencatatkan pendapatan sebesar USD28 juta atau naik 143 persen secara tahunan (YoY) dan laba bersih sebesar USD7,4 juta atau naik 20,3 persen secara tahunan. (YoY).
Jika dirinci lebih jauh, kontribusi laba masing-masing yaitu Blok Cepu (PJUC) sebesar 42 persen dan Blok Jabung (RETJ) sebesar 58 persen.
Blok Jabung diakuisisi RATU dengan valuasi yang atraktif. Akuisisi terjadi pada akhir 2023 dengan hak partisipasi sebanyak 8 persen dan nilainya mencapai USD26,5 juta. Nilai akuisisi ini mengimplikasikan valuasi akuisisi per cadangan migas sebesar USD1,3 juta per MMBOE. Sayangnya, nilai itu lebih murah dibandingkan beberapa akuisisi serupa oleh perusahaan lain.
MEDC misalnya, pada 2022 mengakuisisi 54 persen hak partisipasi Blok Corridor senilai USD10,6 juta per MMBOE. Setahun kemudian (2023), MEDC juga mengakuisisi 20 persen hak partisipasi Blok 48 dan 60 di Oman senilai USD11,4 juta per MMBOE.
Selanjutnya, Hibiscus Petroleum tahun lalu mengakuisisi 38 persen hak partisipasi Blok B Maharajalela di Brunei Darussalam dengan nilai akusisi mencapai USD12 juta per MMBOE.
Akuisisi jadi Solusi
Menurut analisis tim research Stockbit Sekuritas di Jakarta pada 7 Januari 2025, RATU masih memiliki potensi pertumbuhan secara organik. Namun, pertimbangan berinvestasi tidak hanya dilihat dari faktor pertumbuhan organiknya saja, karena itu tidak terlalu menarik.
Jika dijabarkan, valuasi IPO RATU pada 8 Januari kemarin berada di level 13,1x P/E 1H24 annualized. Angka ini jauh di atas valuasi peers milik MEDC dan ENRG. Diketahui, valuasi peers kedua emiten tersebut masing-masing 4,9x P/E 9M24 annualized dan 5,5x P/E 9M24 annualized.
"Kami cenderung menilai RATU sebagai growth stock, di mana perseroan memiliki potensi untuk bertumbuh secara signifikan, tetapi lebih mengandalkan cara organik melalui akuisisi blok-blok migas," tulis tim research Stockbit Sekuritas.
Tim berpendapat, langkah akuisisi yang selama ini dilakukan RATU sudah tepat. Hanya saja, portofolio migasnya harus diperbesar dengan valuasi akuisisi yang reasonable, baik dengan meningkatkan hak partisipas di blok-blok migas existing dan/atau mengakuisisi hak partisipasi di blok-blok migas lainnya.
"Jika RATU berhasil mengeksekusi strategi tersebut, maka akan memberikan kepantasan untuk sahamnya diperdagangkan secara premium," lanjut tim.
Saat ini, RATU memang sedang berencana melakukan akuisisi baru. Menurut Direktur Utama RAJA Djauhar Maulidi, menyampaikan pada 16 Oktober 2024 proses akuisisi tersebut sudah mencapai tahan akhir pembicaraan. Dalam pembicaraan akhir itu, rencananya akan terjadi akuisisi sebagian hak partisipasi di blok migas baru.
Sayangnya, tidak secara rinci dijelaskan blok mana yang akan diakuisisi. Maulidi hanya memastikan bahwa hak partisipasi di blok tersebut akan relatif lebih besar dibandingkan hak partisipasi di Blok Jabung.
"Di sini, kami memperkirakan akuisisi tersebut akan dilakukan oleh RATU sebagai anak usaha RAJA di bidang hulu migas," ujar tim peneliti Stockbit.
Jika akuisisi tersebut dilakukan pada valuasi yang atraktif, tim menilai hal tersebut akan memberikan dampak positif yang besar bagi RATU.
Walaupun belum diketahui tentang detil akuisisi anyar ini, setidaknya RATU memiliki kapasitas yang kuat berkat balance sheet yang solid dengan net gearing yang rendah di level 0,15x pasca-IPO, sehingga perseroan memiliki modal yang baik.
Jadi, saat ini performa RATU belum maksimal. Akuisisi yang dilakukan masih bernilai kecil dan tidak mampu mendorong pertumbuhan perseroan. Ketidakberhasilan portofolio migas dengan valuasi akuisisi yang reasonable atau beralasan, menjadi risiko utama bagi investor, karena valuasi yang premium. Jika dilanjutkan, ini memiliki ruang potensi kekecewaan yang besar.
Sekali lagi, penting bagi investor untuk melihat fundamental perusahaan dan membaca analisis teknikal sebelum mengoleksi saham sebuah emiten.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.