Logo
>

Pertumbuhan Ekonomi China Melesat Ditopang Ekspor

Ditulis oleh KabarBursa.com
Pertumbuhan Ekonomi China Melesat Ditopang Ekspor

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Ekspor China melonjak di bulan Mei, melebihi perkiraan sebelumnya, yang berpotensi memperkuat prospek pertumbuhan ekonomi negara dengan peringkat kedua terbesar di dunia.

    Administrasi bea cukai China melaporkan pada Jumat 7 Juni 2024 bahwa ekspor naik sebesar 7,6 persen dalam dolar AS dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sementara impor mengalami peningkatan sebesar 1,8 persen. Hal ini menghasilkan surplus perdagangan sebesar US$82,6 miliar pada bulan tersebut. Sebelumnya, para ekonom memperkirakan pertumbuhan ekspor sebesar 5,7 persen dan impor sebesar 4,3 persen.

    Pemerintah China mengandalkan penjualan luar negeri untuk menyeimbangkan penurunan pengeluaran konsumen domestik, terutama karena sektor properti mengalami penurunan yang telah mendorong rumah tangga untuk berhemat.

    Terdapat indikasi bahwa permintaan global sedang meningkat, dengan ekspor Korea Selatan mencapai level tertinggi dalam hampir dua tahun di bulan Mei, yang dipimpin oleh penjualan semikonduktor. Namun, perusahaan-perusahaan China di sektor teknologi tinggi menghadapi tantangan tambahan karena adanya pembatasan perdagangan yang diterapkan oleh banyak negara maju.

    Pertumbuhan Ekspor China

    Mengutip DW, pada tahun 2024, ekspor China menunjukkan kinerja yang mengejutkan dan melampaui ekspektasi. Dalam dua bulan pertama, ekspor meningkat sebesar 7,1 persen, menciptakan surplus perdagangan sebesar $125 miliar. Pertumbuhan ini sangat signifikan mengingat prediksi ekonom yang hanya memperkirakan kenaikan 1,9 persen. Peningkatan ekspor ini membantu mengimbangi lemahnya pengeluaran konsumen domestik yang dipengaruhi oleh penurunan sektor properti​.

    Selain itu, kinerja ekspor ini memberikan harapan baru bagi perekonomian global, terutama bagi negara-negara yang bergantung pada perdagangan dengan China. Misalnya, permintaan barang dari China berkontribusi pada peningkatan ekspor Jerman pada awal tahun ini. Untuk menjaga momentum ini, China menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen pada tahun 2024, dengan fokus pada pengembangan model ekonomi yang lebih berkelanjutan dan kurang bergantung pada ekspor​.

    Secara keseluruhan, meskipun ada tantangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi, lonjakan ekspor ini menandakan potensi pemulihan ekonomi yang lebih kuat di tahun 2024. Hal ini juga menunjukkan bahwa permintaan global mulai pulih, memberikan dampak positif tidak hanya bagi China tetapi juga bagi ekonomi global yang saling terhubung​.

     

    Hambatan Ekspor China

    Pada tahun 2024, ekspor China menghadapi sejumlah hambatan signifikan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonominya. Salah satu tantangan utama adalah penurunan permintaan global, yang telah mengakibatkan kontraksi tajam dalam ekspor. Data menunjukkan bahwa pada Juli 2023, ekspor China mengalami penurunan sebesar 14,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya, angka terburuk sejak Februari 2020. Penurunan ini lebih buruk daripada prediksi, yang memperkirakan penurunan sebesar 12,5 persen​.

    Selain itu, ekspor ke Amerika Serikat dan Uni Eropa juga menunjukkan penurunan signifikan masing-masing sebesar 23,1 persen dan 20,6 persen pada periode yang sama​. Hal ini menunjukkan bahwa ketegangan perdagangan dengan negara-negara maju dan kebijakan proteksionis yang diterapkan oleh beberapa negara mitra dagang utama China turut berkontribusi pada penurunan ini.

    Selain faktor permintaan global, tantangan domestik juga memainkan peran penting. Lockdown dan kebijakan ketat terkait COVID-19 di berbagai kota besar seperti Shanghai dan Shenzhen telah mengganggu rantai pasokan dan produksi, menyebabkan penundaan pengiriman dan backlog di pelabuhan-pelabuhan utama. Meskipun kebijakan "zero-COVID" telah mulai dilonggarkan, dampaknya masih terasa di sektor logistik dan manufaktur​.

    Untuk mengatasi hambatan ini, pemerintah China telah mengambil beberapa langkah, termasuk menurunkan tarif untuk produk teknologi informasi dan mengeluarkan stimulus ekonomi guna mendukung sektor-sektor yang terdampak. Namun, tantangan struktural seperti penurunan sektor properti dan rendahnya konsumsi domestik tetap menjadi penghalang utama bagi pertumbuhan yang berkelanjutan​.

    Ketegangan China-AS

    Melansir South China Morning Post, tahun 2024, hubungan dagang antara China dan Amerika Serikat tetap penuh dengan ketegangan dan dinamika yang kompleks. Pemerintahan Presiden Joe Biden berkomitmen untuk melanjutkan strategi penyesuaian ulang dalam perdagangan dengan China, menyoroti perlunya tindakan berkelanjutan terhadap apa yang dianggap sebagai "penyalahgunaan perdagangan dan ekonomi" oleh Beijing. Laporan kebijakan perdagangan AS tahun 2024 menekankan penggunaan alat yang ada dan pengembangan yang baru untuk menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh kebijakan non-pasar China​.

    Salah satu aspek penting dari hubungan dagang ini adalah perselisihan mengenai subsidi besar-besaran yang diberikan oleh pemerintah China kepada industrinya, yang menurut AS mendistorsi pasar dan memusatkan rantai pasokan global di bawah kendali China. Selain itu, AS juga mengaitkan kekhawatiran ini dengan keamanan nasional, seperti yang terlihat dari penyelidikan terbaru terhadap potensi ancaman yang ditimbulkan oleh kendaraan listrik buatan China​.

    Meskipun demikian, perdagangan antara kedua negara tetap signifikan. Pada tahun 2023, meskipun ada penurunan, China masih menjadi salah satu mitra dagang terbesar bagi AS. Namun, untuk pertama kalinya dalam 20 tahun, China tidak lagi menjadi sumber utama barang impor ke AS, posisinya digantikan oleh Meksiko​.

    Selain itu, AS terus berupaya membangun koalisi internasional melalui berbagai format, termasuk Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF), untuk mengoordinasikan respons terhadap kebijakan non-pasar China dan memperkuat rantai pasokan global serta keamanan ekonomi​.

    Secara keseluruhan, hubungan dagang antara China dan AS pada tahun 2024 menunjukkan bahwa meskipun terdapat ketegangan yang signifikan, kedua negara tetap saling bergantung secara ekonomi, dengan berbagai upaya diplomatik dan kebijakan yang terus dikembangkan untuk menangani dinamika yang kompleks ini. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi