Logo
>

Pertumbuhan Kredit BNI Moncer, tapi Belum Bisa Keluar dari Tekanan

Ditulis oleh Yunila Wati
Pertumbuhan Kredit BNI Moncer, tapi Belum Bisa Keluar dari Tekanan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Kinerja Bank Negara Indonesia (BNI), berkode saham BBNI, menunjukkan performa beragam. Pertumbuhan kreditnya tampak menonjol, namun masih tertekan oleh Net Interest Margin (NIM).

    Berdasarkan laporan keuangan, laba bersih (bank only) mencapai Rp1,7 triliun. Catatan ini tumbuh sebesar 1,5 persen secara tahunan (YoY), tetapi mengalami penurunan sebesar 7,6 persen secara bulanan (MoM).

    Secara kumulatif, laba bersih selama 11 bulan pertama tahun ini (11M24) tercatat sebesar Rp19,8 triliun, tumbuh 4 persen YoY namun berada di bawah estimasi konsensus untuk pertumbuhan konsolidasi di akhir tahun sebesar 5,8 persen YoY. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti tekanan pada Net Interest Margin (NIM), peningkatan beban operasional, serta menjaga rasio biaya kredit (credit cost).

    Menurut Investments Analyst Lead Stockbit Rahmanto Tyas Raharja, Selasa, 24 Desember 2024, salah satu tantangan utama yang dihadapi BBNI adalah tekanan pada NIM. Pada November 2024, NIM tercatat di level 4 persen, meningkat 9 basis poin secara tahunan tetapi turun 28 basis poin secara bulanan.

    Secara kumulatif, NIM selama 11M24 berada di level 3,9 persen, turun 42 basis poin secara tahunan dan di bawah target manajemen untuk mencapai NIM minimal 4 persen pada akhir tahun. Di sisi lain, beban operasional terus meningkat, mencapai Rp2,7 triliun pada bulan ini, naik 23 persen YoY dan 21 persen MoM.

    Secara kumulatif, beban operasional mencapai Rp24,5 triliun, meningkat 7,9 persen YoY. Beban tenaga kerja menjadi pendorong utama kenaikan ini, dengan lonjakan sebesar 56 persen YoY menjadi Rp1,5 triliun pada November 2024. Peningkatan ini turut menekan Pre-provision Operating Profit (PPOP), yang secara kumulatif turun 2,4 persen YoY menjadi Rp30,3 triliun selama 11M24.

    Namun, ada pula pencapaian positif dari BBNI. Credit cost tetap terjaga di level 1,1 persen pada November 2024, naik tipis sebesar 3 basis poin secara tahunan, tetapi menurun 4 basis poin secara bulanan. Selama 11M24, credit cost melandai 35 basis poin menjadi 1 persen, selaras dengan target manajemen.

    Pengelolaan risiko kredit ini terefleksi pada beban provisi yang lebih terkendali, sebesar Rp693 miliar pada November 2024, turun secara bulanan, dan secara kumulatif selama 11M24 menurun 19 persen YoY menjadi Rp6,4 triliun.

    Dari sisi penyaluran kredit, BBNI menunjukkan hasil yang menjanjikan. Kredit tumbuh sebesar 11 persen YoY pada November 2024, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan per Oktober 2024 sebesar 8,8 persen YoY, dan sesuai dengan target manajemen dalam kisaran 10-12 persen.

    Dana pihak ketiga (DPK) juga mencatatkan pertumbuhan signifikan sebesar 7 persen YoY pada November 2024, lebih tinggi dari pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 2,9 persen YoY. Pertumbuhan DPK ini mendorong Loan-to-Deposit Ratio (LDR) BBNI ke level 94,4 persen, meningkat dibandingkan 91 persen pada November 2023, menjadikannya tertinggi di antara empat bank terbesar lainnya di Indonesia.

    Secara keseluruhan, kinerja BBNI hingga November 2024 mencerminkan dinamika yang kompleks. Di satu sisi, peningkatan kredit dan DPK menunjukkan penguatan basis bisnis bank ini, tetapi di sisi lain tekanan pada NIM dan tingginya beban operasional menjadi tantangan yang perlu diatasi untuk mempertahankan daya saing dan profitabilitas.

    Ke depan, upaya untuk menjaga efisiensi dan meningkatkan marjin bunga bersih akan menjadi fokus penting dalam menghadapi persaingan di industri perbankan.

    Saham BBNI Mulai Stabil

    Tantangan lain yang dihadapi BBNI adalah keluarnya asing dari daftar investor. Jika mengutip data Stockbit pada Selasa, 24 Desember 2024, saham BBNI mencatatkan kenaikan yang stabil, ditutup pada level Rp4.390 per lembar, naik sebesar Rp10 atau 0,23 persen dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp4.380.

    Saham ini menunjukkan pola pergerakan yang solid, dengan rentang harga harian antara Rp4.340 sebagai level terendah dan Rp4.400 sebagai level tertinggi. Aktivitas perdagangan BBNI pun terpantau aktif dengan volume transaksi mencapai 56 ribu lot dan total nilai transaksi yang tercatat sebesar Rp24,6 miliar.

    Dibandingkan dengan batas atas auto rejection (ARA) di level Rp5.475 dan batas bawah auto rejection (ARB) di level Rp3.290, saham BBNI masih bergerak dalam area aman tanpa volatilitas yang berlebihan. Rata-rata harga saham sepanjang perdagangan berada di level Rp4.372, mencerminkan minat beli dan jual yang relatif berimbang.

    Kinerja saham BBNI yang terus menunjukkan penguatan ini mengindikasikan kepercayaan investor terhadap fundamental perusahaan, meskipun di tengah tantangan sektor perbankan.

    Pertumbuhan laba bersih hingga 11 bulan pertama 2024 yang mencapai Rp19,8 triliun dengan pertumbuhan kredit sebesar 11 persen YoY turut menjadi katalis positif. Di sisi lain, pengelolaan risiko yang baik, sebagaimana tercermin dari credit cost yang tetap terjaga, semakin memperkuat keyakinan pelaku pasar terhadap kemampuan bank dalam menghadapi tekanan ekonomi.

    Dengan potensi pertumbuhan yang masih ada, didukung oleh peningkatan penyaluran kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK), saham BBNI menjadi salah satu emiten menarik untuk disoroti, terutama oleh investor yang mencari stabilitas di sektor perbankan. Pergerakan saham yang stabil ini menunjukkan daya tarik BBNI sebagai saham yang kuat, baik dalam menghadapi dinamika pasar jangka pendek maupun prospek jangka panjang.

    Meski demikian, prospek jangka panjang BBNI tetap menarik, terutama dengan fokus pada segmen korporasi dan berbagai inisiatif transformasi digital, termasuk pengembangan aplikasi mobile terbaru. Faktor-faktor ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan, meskipun untuk sementara dapat menambah beban operasional.

    Investor yang tertarik pada saham BBNI disarankan untuk tetap mencermati perkembangan fundamental perusahaan serta dinamika pasar yang lebih luas guna menentukan langkah investasi yang tepat, mengingat sentimen jangka pendek cenderung fluktuatif.

    Kejelasan arah kebijakan moneter serta kondisi likuiditas di pasar juga akan menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan dalam menentukan potensi pergerakan saham ini di masa mendatang.(*)

    Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79