Logo
>

Perusahaan Harus Cermati Kondisi Pasar untuk Gelar IPO

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Perusahaan Harus Cermati Kondisi Pasar untuk Gelar IPO

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Direktur Utama PT Mandiri Sekuritas, Oki Ramadhana, menyampaikan bahwa perusahaan-perusahaan masih mencermati kondisi pasar global sebelum memutuskan untuk menggelar Initial Public Offering (IPO) di pasar modal Indonesia pada tahun ini.

    Selama semester I-2024, pihaknya belum satu pun mengantarkan perusahaan untuk menggelar IPO di pasar modal Indonesia, dibandingkan sebelumnya mengantarkan empat perusahaan menggelar IPO selama semester I-2023.

    “IPO kan sekarang sebenarnya tinggal melihat market windows-nya seperti apa. Ya kan market windows bisa lagi on atau bisa lagi off. Yang penting siapin, siapin fundamentalnya, siapin story-nya seperti apa,” ujar Oki seusai jumpa pers Economic and Market Outlook di Menara Mandiri, Jakarta, Rabu 7 Agustus 2024..

    Namun, pihaknya tidak diam yaitu tetap mempersiapkan perusahaan yang berencana melangsungkan IPO, di tengah penantian kebijakan suku bunga acuan dari bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed.

    "Kita gak tahu The Fed itu akan cut lebih cepat atau enggak. Jadi, kita yang penting persiapkan dulu perusahaan-perusahaan yang memang ada intention untuk ke market, termasuk IPO,” ujar Oki.

    Bagi perusahaan yang akan menggelar IPO, ia mengingatkan bahwa faktor fundamental saja tidak lah cukup, namun perlu dibarengi dengan prospek pertumbuhannya seperti apa ke depan.

    “Fundamentalnya bagus, enggak cukup lho, yang penting story kedepannya gimana. Growth story-nya maksudnya, growth story-nya kedepannya gimana. Udah gitu, yang ketiga, pick the right window,” ujar Oki.

    Selain itu, lanjutnya, saat ini perusahaan-perusahaan juga masih mencermati terkait akan adanya transisi ke pemerintahan baru Indonesia pada Oktober 2024 mendatang.

    “Kemudian, nanti juga pemerintahan baru juga baru Oktober gitu ya, kita juga baru tahu nanti kabinet ekonominya seperti apa. Jadi ya market lihat dulu, tapi enggak menutup, enggak nyetop perusahaan-perusahaan untuk get prepared,” ujar Oki.

    Sampai 12 Juli 2024, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sebanyak 32 perusahaan telah mencatatkan saham perdana di pasar modal Indonesia, dengan dana dihimpun mencapai Rp4.93 triliun.

    Sampai periode tersebut, tercatat masih terdapat 21 perusahaan dalam pipeline (antrian) untuk melangsungkan pencatatan saham perdana di pasar modal Indonesia.

    Calon Emiten IPO

    Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan ada 84 calon emiten yang masih antre untuk melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

    Adapun, sejumlah perusahaan yang antre IPO di Bursa tersebut mengincar dana IPO dengan total sebesar Rp11,58 triliun. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan per 31 Juli 2024 telah terhimpun dana sebesar Rp129,90 triliun dari IPO saham, obligasi, dan rights issue.

    “Penghimpunan dana di pasar modal masih dalam tren yang positif. Tercatat nilai penawaran umum mencapai Rp129,90 triliun, dengan Rp4,39 triliun di antaranya merupakan fundraising dari 28 emiten baru” ujar Inarno dalam Konferensi Pers RDK Bulanan, dikutip Selasa, 6 Agustus 2024.

    Ditilik secara terperinci, OJK mencatat nilai penggalangan dana dari 84 calon emiten yang antre IPO tersebut sebesar Rp11,58 triliun. Kemudian, ada penawaran umum terbatas atau PUT sebanyak 6 penawaran, dengan nilai indikatif Rp2,48 triliun.

    Selanjutnya, penawaran efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) sebanyak 8 penawaran dengan nilai indikatif Rp8,76 triliun, serta PUB EBUS Tahap I, II, dan seterusnya sebanyak 13 penawaran dengan nilai indikatif Rp10,23 triliun..

    Alhasil, dengan jumlah pipeline tersebut, potensi penghimpunan dana di pasar modal sebesar Rp33,04 triliun. Sementara itu, OJK menetapkan target penawaran umum sebesar Rp200 triliun sepanjang 2024.

    Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menyampaikan 21 perusahaan yang masih berada dalam pipeline IPO. Adapun 2 diantaranya merupakan perusahaan dengan aset di atas Rp250 miliar.

    Direktur Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna menyebutkan sampai dengan 12 Juli 2024 telah tercatat 32 Perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan dana dihimpun Rp4,93 Triliun.

    Berdasarkan patauan dataindonesia.id jumlah IPO pada Semester I/2024 setara dengan 31,65 persen dari jumlah emiten yang IPO pada 2023 lalu sebanyak 79 perusahaan. Namun, nilai penghimpunan dana dari IPO hanya 7,29 persen dari total perolehan dana sepanjang 2023 yang senilai Rp54,14 triliun.

    Kendati demikian, masih terdapat 21 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI. Sebagai informasi, berikut adalah klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017 3 Perusahaan aset skala kecil dengan aset di bawah Rp50 miliar.

    Lalu 16 perusahaan aset skala menengah dengan nilai aset antara Rp50 miliar sampai dengan Rp250 miliar. Terakhir 2 perusahaan aset skala besar dengan nilai di atas Rp250 miliar.

    IHSG Ambles

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah ke level 6.998 pada perdagangan Senin 5 Agustus 2024.

    Berbagai faktor penyebab terjadinya pelemahan IHSG kemarin dibongkar oleh beberapa analis mulai dari faktor domestik hingga global.

    Founder of Indonesia Investment Education, Rita Efendy mengatakan secara umum, koreksi pasar saham Indonesia disebabkan oleh gejolak pasar keuangan global yang dipicu oleh lonjakan pengangguran di Amerika Serikat (AS), ketidakpastian kebijakan moneter The Fed, dan ketegangan geopolitik.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.