KABARBURSA.COM - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengajak seluruh petani di Indonesia untuk memaksimalkan penggunaan alat mesin pertanian berupa mesin pompa air yang telah diberikan sebagai bagian dari upaya pompanisasi. Langkah ini penting guna mengantisipasi musim kering yang panjang.
“Kami berharap para petani di seluruh daerah memanfaatkan program pompanisasi yang disiapkan pemerintah untuk menghadapi musim kering panjang,” ujar Amran dalam keterangannya di Jakarta, Rabu 29 Mei 2024..
Amran menegaskan bahwa Kementerian Pertanian terus melakukan langkah antisipatif terhadap kondisi musim kering melalui pemenuhan air dengan program dan solusi cepat pompanisasi yang diambil dari sungai-sungai besar di Indonesia.
Menurut Mentan, strategi ini terbukti mampu meningkatkan produktivitas sehingga ketahanan pangan dalam negeri tetap terjaga. Selain itu, pompanisasi juga dapat memperkuat perekonomian desa menjadi lebih kuat dan produktif.
"Satu pompa bisa melayani 50 hingga 100 hektar. Bayangkan jika ada 10.000 pompa yang masing-masing melayani 50 hektar, itu berarti 500.000 hektar. Dan jika 500.000 hektar ini bisa menghasilkan 1,5 juta ton, itu akan meningkatkan pendapatan petani hingga Rp15 triliun per tahun. Ekonomi di desa pun bergerak," jelasnya.
Kementerian Pertanian melaporkan bahwa realisasi pengadaan pompa air telah mencapai 19.885 unit dari total rencana pengadaan 2024 sebanyak 25.771 unit.
Amran menambahkan, program pompanisasi adalah salah satu langkah Kementan untuk mempercepat peningkatan produksi padi dan jagung melalui optimalisasi lahan rawa (oplah) dan peningkatan indeks pertanaman (IP) padi pada lahan sawah tadah hujan.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan pentingnya pengisian air bagi lahan-lahan pertanian di Indonesia, terutama di sejumlah zona kering seperti Pulau Jawa, NTB, NTT, dan sebagian Pulau Sulawesi.
Menurut Dwikorita, Indonesia akan memasuki musim kering panjang dalam beberapa bulan ke depan. Meskipun tahun ini tidak akan ada El Nino, sebagian wilayah mulai turun hujan.
“Tidak ada El Nino bukan berarti kita bisa lengah terhadap kekeringan. Kita tetap harus waspada dengan memenuhi kebutuhan air bagi lahan-lahan pertanian,” kata Dwikorita.
Ia menjelaskan, saat ini, sesuai prediksi BMKG, sebagian wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau hingga 19 persen. Bahkan di Sulawesi, sifat kekeringannya lebih tajam dibanding sebelumnya.
"Sifat hujan di zona kemarau ini, terutama di sebagian Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Timur. Sementara di Sulawesi, sifat hujannya lebih kering dari kemaraunya," tambahnya.
Dwikorita juga mengimbau petani dan masyarakat untuk melakukan penampungan air atau memanen air hujan dengan cara menyimpannya di tandon atau waduk kecil sehingga bisa dialirkan ke lahan pertanian maupun untuk penggunaan lainnya.
“Kepada masyarakat, mohon lakukan panen hujan yang ada dengan tandon atau embung. Semoga musim kering ini bisa kita lalui dengan waspada dan siaga agar tidak menimbulkan bencana apapun,” pungkas Dwikorita.
Tingkatkan Pangan Beras
Program pompanisasi yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) merupakan langkah strategis dalam meningkatkan produksi pangan beras di tengah tantangan cuaca yang dihadapi, terutama ancaman El Nino.
Dengan memanfaatkan teknologi ini, sejumlah lahan sawah tadah hujan di Jawa Barat (Jabar) telah siap diairi, membuka peluang untuk meningkatkan produksi padi setelah bulan Juni 2024.
Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menyampaikan hal ini saat melakukan kunjungan kerja ke Jabar untuk memantau dan memastikan bahwa program pompanisasi di area pesawahan Desa Marongge, Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang, berjalan dengan baik pada tanggal 5 April 2024. Seperti keterangannya dikutip, Jakarta, Sabtu 13 April 2024.
Melalui program ini, Kementan bertekad untuk mengairi ratusan ribu hektare sawah tadah hujan guna meningkatkan produksi pangan di tengah ancaman El Nino. Dari potensi sawah tadah hujan di Jabar sebesar 343 ribu hektare, targetnya adalah 300 ribu hektare yang akan diairi melalui pompanisasi.
Mentan Sulaiman optimistis bahwa jika 300 ribu hektare lahan sawah berhasil diairi, maka produksi pangan di Jabar bisa meningkat hingga 200 persen, dengan nilai ekonomi mencapai Rp 15 triliun.
Hal ini hanya merupakan peningkatan, dan jika nilai tersebut dapat bergerak setiap tahun, akan terjadi efek pengganda ekonomi yang signifikan di tingkat desa dan membawa kebahagiaan besar bagi para petani. Selain itu, Mentan juga menyebut bahwa pasokan pupuk untuk mendukung produksi juga telah ditambah hingga 100 persen.
Dengan demikian, program pompanisasi menjadi salah satu langkah strategis pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan dan mengatasi dampak buruk yang mungkin ditimbulkan oleh perubahan iklim, seperti El Nino.