Logo
>

PGAS Janjikan Dividen Jumbo, Investor Tercatat Makin Nge-gas

Ditulis oleh Yunila Wati
PGAS Janjikan Dividen Jumbo, Investor Tercatat Makin Nge-gas
Ilustrasi PGAS.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) mengalami penurunan sebesar 6 persen pada Februari, yang diperkirakan akibat sentimen negatif terkait kasus hukum yang melibatkan Pertamina. Meski demikian, dari sisi operasional, tidak ada perubahan signifikan yang berdampak pada kinerja perusahaan. 

    Salah satu daya tarik utama saham PGAS saat ini adalah imbal hasil dividen yang mendekati 10 persen, menjadikannya pilihan yang tetap menarik bagi investor yang mencari pendapatan pasif di tengah volatilitas pasar.

    Dari sisi fundamental, kinerja keuangan PGAS pada kuartal IV 2024 diperkirakan masih sejalan dengan ekspektasi pasar. Konsensus memperkirakan laba bersih tahunan mencapai USD355 juta, mencerminkan pencapaian 100 persen dari target konsensus. 

    Namun, ada potensi tambahan provisi terkait kontrak dengan Gunvor, mengingat harga LNG yang saat ini berkisar USD15-16 per MMBTU, lebih tinggi dibandingkan asumsi awal USD12-13 per MMBTU.

    Di sisi regulasi, kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) yang sebelumnya menjadi angin segar bagi PGAS kini mengalami perubahan. 

    Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah memperpanjang kebijakan ini bagi tujuh sektor industri, namun dengan harga rata-rata yang naik dari USD6-6,5 per MMBTU menjadi USD6,5-7 per MMBTU. 

    Penerapan kebijakan ini akan bersifat retroaktif mulai 1 Januari 2025, yang berarti tidak akan ada lonjakan signifikan dalam margin keuntungan PGAS pada kuartal pertama 2025.

    Selain itu, ketidakpastian pasokan LNG masih menjadi perhatian investor. Meski untuk paruh pertama 2025 pasokan sudah diamankan dari produsen LNG domestik, potensi kendala pasokan di paruh kedua tahun tersebut masih menjadi risiko yang perlu diantisipasi.

    Dari sisi operasional, permintaan gas PGAS tetap stabil meski ada penyesuaian harga. Pada Januari 2025, volume distribusi gas tercatat sebesar 843 BBTUD, turun 5 persen secara tahunan namun meningkat 6 persen dibandingkan bulan sebelumnya. 

    Hal ini mencerminkan daya beli pelanggan yang tetap kuat meskipun harga gas untuk industri yang sebelumnya mendapat subsidi HGBT kini kembali ke harga normal sekitar USD9-10 per MMBTU.

    Dengan mempertimbangkan berbagai faktor ini, termasuk tantangan regulasi dan pasokan LNG, PGAS tetap mempertahankan proyeksi laba bersih yang cukup solid untuk tahun 2024 dan 2025. 

    Perusahaan memperkirakan penyebaran harga gas (gas spread) pada kuartal pertama 2025 berada di kisaran USD1,6 per MMBTU untuk gas pipa dan USD3 per MMBTU untuk LNG, menghasilkan spread campuran sekitar USD1,8-2 per MMBTU.

    Meskipun ada tantangan dari sisi regulasi dan pasokan, valuasi saham PGAS masih relatif menarik. Dengan perkiraan Price to Earnings Ratio (PER) sebesar 7,1 kali untuk 2024 dan 6,7 kali untuk 2025, serta EV/EBITDA yang terus menurun menjadi 3,1 kali di 2025, saham PGAS masih menawarkan valuasi yang kompetitif dibandingkan dengan emiten sektor energi lainnya. 

    Selain itu, dengan dividen yield yang diperkirakan tetap di kisaran 10 persen, saham ini masih menjadi pilihan menarik bagi investor yang mengutamakan pendapatan dividen.

    Target harga PGAS tetap dipertahankan di Rp1.500 per saham. Hal ini mencerminkan proyeksi yang lebih konservatif dalam menghadapi ketidakpastian yang ada. Risiko utama yang perlu diantisipasi mencakup kemungkinan tambahan provisi terkait Gunvor, penurunan volume distribusi gas, serta tantangan dalam mengamankan pasokan LNG pada paruh kedua 2025. 

    Namun, dengan kondisi keuangan yang masih solid dan daya tarik dividen yang tinggi, PGAS tetap berada dalam posisi yang relatif kuat untuk menavigasi ketidakpastian pasar di tahun mendatang.

    Nilai Transaksi Rp51,8 Miliar

    Saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) menunjukkan pergerakan positif dengan kenaikan harga sebesar 1,00 persen ke level Rp1.520 per saham. Kenaikan ini mencerminkan respons pasar terhadap faktor fundamental dan sentimen yang berkembang di sekitar industri gas nasional.

    PGAS memulai perdagangan pada level Rp1.500, sedikit lebih tinggi dibandingkan harga penutupan sebelumnya di Rp1.505. Selama sesi perdagangan, saham ini sempat menyentuh harga tertinggi Rp1.535 sebelum akhirnya ditutup di Rp1.520. 

    Sementara itu, harga terendah yang tercatat adalah Rp1.495, yang masih berada di atas batas bawah perdagangan harian atau auto rejection bawah (ARB) sebesar Rp1.130.

    Volume perdagangan saham PGAS mencapai 341,76 ribu lot dengan nilai transaksi sebesar Rp51,8 miliar. Rata-rata harga perdagangan tercatat pada Rp1.515, yang menunjukkan bahwa mayoritas transaksi terjadi di sekitar harga tersebut. 

    Dengan batas auto rejection atas (ARA) di Rp1.880, saham ini masih memiliki potensi apresiasi lebih lanjut jika didukung oleh sentimen positif dan peningkatan kinerja fundamental.

    Dari sisi teknikal, pergerakan harga PGAS dalam sesi ini menunjukkan adanya tekanan beli yang cukup kuat, terlihat dari kenaikan harga yang stabil meskipun fluktuatif sepanjang hari. Likuiditas yang cukup tinggi juga menandakan minat investor yang masih solid terhadap saham ini.

    Secara fundamental, PGAS tetap menjadi salah satu pemain utama dalam industri gas nasional dengan prospek jangka panjang yang menarik. Faktor-faktor seperti kebijakan harga gas bumi tertentu (HGBT), ketersediaan pasokan LNG, serta potensi peningkatan margin dari penjualan gas akan menjadi faktor utama yang memengaruhi pergerakan saham ke depan. 

    Investor juga perlu mencermati perkembangan kebijakan pemerintah terkait sektor energi serta dampak harga komoditas global terhadap kinerja perusahaan.

    Dengan mempertimbangkan kondisi pasar saat ini, investor yang memiliki PGAS dalam portofolio mereka dapat mempertimbangkan strategi jangka menengah hingga panjang, terutama dengan memperhatikan potensi dividen yang menarik dari perusahaan ini. 

    Namun, volatilitas pasar dan risiko terkait kebijakan harga gas tetap menjadi faktor yang perlu diwaspadai dalam pengambilan keputusan investasi.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79