KABARBURSA.COM – PT Aneka Tambang Tbk atau Antam (ANTM) menandatangani fasilitas pinjaman jumbo senilai USD500 juta atau sekitar Rp8,03 triliun.
Merujuk keterbukaan informasi, pinjaman tersebut diperoleh dari konsorsium bank internasional, terdiri atas DBS Bank Ltd., MUFG Bank, Ltd., PT Bank SMBC Indonesia Tbk, Sumitomo Mitsui Banking Corporation (Singapura), dan United Overseas Bank Limited (UOB) yang juga bertindak sebagai koordinator tunggal.
Fasilitas yang diteken pada 1 Agustus 2025 ini mencakup dua jenis: fasilitas kredit berjangka (Fasilitas A) dan kredit bergulir (Fasilitas B), masing-masing sebesar USD250 juta.
Masa jatuh temponya adalah 60 bulan, dengan bunga mengacu pada SOFR (Secured Overnight Financing Rate) ditambah margin sebesar 1,025 persen untuk kreditur luar negeri dan 1,075 persen untuk kreditur dalam negeri.
Perjanjian ini diatur berdasarkan hukum Inggris dan setiap perselisihan akan diselesaikan melalui arbitrase di Singapore International Arbitration Centre.
Menyelisik Tujuan Pinjaman Jumbo Antam
Jika ditelisik lebih dalam, langkah ini bukan sekadar mempertebal kas. Pinjaman jumbo ini muncul di saat Antam mencatat kinerja operasional yang impresif.
Dalam laporan kuartalan terbaru untuk periode enam bulan pertama 2025, Antam membukukan pertumbuhan produksi dan penjualan pada hampir seluruh komoditas utama.
Penjualan bijih nikel pada semester I 2025 melonjak 144 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 8,20 juta wmt, tertinggi dalam lima tahun terakhir. Produksi bijih nikel mencapai 4,47 juta wmt atau tumbuh 63 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Volume penjualan feronikel mencapai 5.325 ton, meningkat dari 5.166 ton pada semester I 2024. Adapun produksi feronikel stabil di 5.092 ton.
Sementara itu, komoditas emas menunjukkan kinerja luar biasa. Produksi emas mencapai 555 kg, dengan penjualan melesat 29 persen yoy menjadi 9.452 kg.
Hal ini mengindikasikan tingginya permintaan logam mulia ANTAM di tengah ketidakpastian global dan naiknya tren lindung nilai investor terhadap emas.
Tidak kalah penting, Chemical Grade Alumina (CGA) yang merupakan komoditas turunan bauksit mencatatkan pertumbuhan produksi 19 persen menjadi 45.334 ton, dengan penjualan naik signifikan 41 persen menjadi 88.441 ton.
Strategi hilirisasi Antam mulai terlihat dalam performa CGA ini. Terlebih lagi, proyek hilirisasi alumina di Kuala Tanjung juga telah memasuki tahap uji coba shipment dan commissioning.
Dengan modal produksi dan pasar yang sudah terbangun, tak heran jika dana pinjaman ini diarahkan ke proyek-proyek yang bersifat multipurpose: belanja modal (capex), akuisisi, serta modal kerja. Hal ini secara eksplisit tertulis dalam dokumen keterbukaan informasi.
Struktur keuangan Antam pasca transaksi juga masih dalam batas sehat. Total kas dan setara kas naik dari Rp4,75 triliun menjadi Rp12,78 triliun. Sementara total liabilitas naik dari Rp12,32 triliun menjadi Rp20,35 triliun.
Meski demikian, dengan ekuitas sebesar Rp32,19 triliun, maka rasio DER (Debt to Equity Ratio) pasca pinjaman hanya berada di kisaran 0,63x, berarti masih cukup konservatif.
Pemegang Saham Antam secara Nasional
Hingga akhir Juni 2025, susunan pemegang saham Antam masih didominasi oleh MIND ID (PT Mineral Industri Indonesia) sebesar 65 persen dan publik sebesar 35 persen. Negara tetap memiliki 1 saham Seri A Dwiwarna yang memberi hak khusus. Modal disetor penuh Antam mencapai Rp2,4 triliun, dengan total saham 24,03 miliar lembar.
Struktur direksi pun tetap solid dengan Achmad Ardianto sebagai Direktur Utama, Hartono sebagai Direktur Operasi, dan I Dewa Wirantaya sebagai Direktur Pengembangan Usaha. Keuangan tetap ditangani oleh Arianto Sabtonugroho Rudjito, yang juga menjadi figur sentral dalam pengamanan transaksi ini.
Dalam konteks lebih luas, langkah Antam sejalan dengan agenda hilirisasi nasional yang didorong oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Holding tambang MIND ID tengah mengintegrasikan rantai pasok mineral dari hulu ke hilir, termasuk masuk ke industri baterai kendaraan listrik. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.