Herwidayatmo menjelaskan bahwa pertumbuhan kredit didorong oleh segmen ritel, khususnya Kredit Pemilikan Rumah (KPR), yang tumbuh 6,47 persen dan segmen komersial yang naik 3,84 persen. Saat ini, porsi kredit ritel dan komersial mencapai 56,43 persen dari total kredit, sisanya berada di segmen korporasi.
Likuiditas PaninBank tetap solid dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 5,41 persen menjadi Rp153,08 triliun dan rasio CASA mencapai 42,99 persen. Di sisi permodalan, bank juga telah mencapai Rp52,2 triliun dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 34,08 persen, dan Loan-to-Deposit Ratio (LDR) di level optimal 91,78 persen.
Pada awal Oktober 2024, PaninBank menyelesaikan penerbitan Obligasi Berkelanjutan IV Tahap II senilai Rp3,91 triliun yang akan digunakan untuk modal kerja dalam pemberian kredit. Selain itu, bank berhasil mempertahankan kualitas kredit dengan menurunkan Non-Performing Loan (NPL) gross menjadi 3,17 per, dibandingkan 3,70 persen pada periode yang sama tahun lalu, dan NPL net tetap di 1,09 persen.
Total aset konsolidasi PaninBank per 30 September 2024 mencapai Rp230,6 triliun, tumbuh 3,86 persen secara tahunan, sementara total kredit naik tipis 0,35 persen menjadi Rp149,02 triliun dibandingkan posisi akhir Desember 2023.
Sejarah Pasar Modal
PT Bank Pan Indonesia Tbk atau Panin Bank telah lama mengukir namanya sebagai bank tertua di Bursa Efek Indonesia. Emiten bank dengan kode PNBN ini menjadi bagian dari sejarah pasar modal sejak 1982.
Bank milik Mumin Ali Gunawan, yang juga terkait erat dengan konglomerat Mochtar Riady dari Lippo Group, ini meskipun terbilang stabil, tetap menghadapi tantangan di beberapa area penting.
Apakah bank yang telah berdiri hampir setengah abad ini masih mampu mempertahankan posisi kuatnya di tengah persaingan yang kian ketat? Mari kita telusuri lebih dalam data-data keuangan terbarunya.
PT Bank Pan Indonesia Tbk. (PNBN), yang lebih dikenal dengan Panin Bank, merupakan perusahaan yang bergerak di sektor perbankan dengan menawarkan berbagai produk dan layanan di berbagai segmen, termasuk perbankan konsumer, usaha kecil dan menengah (SME) serta mikro, komersial, korporat, dan tresuri.
Selain itu, Panin Bank memiliki penyertaan saham di sejumlah perusahaan yang tersebar di berbagai sektor jasa keuangan seperti perbankan, pembiayaan, asuransi, dan permodalan.
Panin Bank memiliki tiga entitas anak yaitu PT Clipan Finance Indonesia Tbk, PT Verena Multi Finance Tbk, dan PT Panin Bank Syariah Tbk. Selain itu, perusahaan juga memiliki enam entitas asosiasi yang mencakup perusahaan seperti PT Bank ANZ Indonesia dan PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk.
Selain itu, Panin Bank memiliki satu instrumen keuangan di PT Panin Sekuritas Tbk. Jaringan distribusi Panin Bank mencakup 558 jaringan yang tersebar di dalam negeri, termasuk dua kantor perwakilan di luar negeri dan 1.015 mesin ATM.
Dalam hal struktur pemegang saham, PT Panin Financial Tbk menjadi pemegang saham terbesar dengan kepemilikan sebanyak 11,09 miliar lembar saham atau setara dengan 46,04 persen.
Disusul oleh Votraint No. 1103 Pty Ltd, yang memegang 9,35 miliar saham atau 38,82 persen. Kepemilikan saham oleh masyarakat non-warkat mencapai 3,13 miliar saham atau 13 persen, sedangkan masyarakat warkat memiliki 511,52 juta saham atau 2,12 persen. Panin Bank juga memiliki saham treasury sebanyak 6,10 juta saham atau 0,02 persen.
Dari segi jumlah pemegang saham, per 31 Juli 2024, tercatat ada 6.597 pemegang saham, mengalami penurunan sebanyak 280 pemegang dibandingkan bulan sebelumnya pada 28 Juni 2024 yang berjumlah 6.877. Tren penurunan jumlah pemegang saham ini terus berlanjut sejak Februari 2024, di mana total pemegang saham pada 29 Februari 2024 masih tercatat sebanyak 7.494.
Kinerja Keuangan
Pada 2024, kinerja keuangan PNBN mengalami variasi di setiap kuartal. Pada kuartal pertama, pendapatan tercatat sebesar Rp687 miliar, meningkat dari Rp590 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, pada kuartal kedua, pendapatan turun menjadi Rp589 miliar, dibandingkan dengan Rp1,15 triliun pada kuartal kedua 2023.
Penurunan ini menandakan adanya tantangan dalam mempertahankan kinerja, terutama dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Secara tahunan (annualised), pendapatan tahun 2024 diproyeksikan mencapai Rp2,55 triliun, sedikit meningkat dari Rp2,532 triliun pada tahun 2023, tetapi masih di bawah Rp3,04 triliun pada tahun 2022.