KABARBURSA.COM - Emiten batu bara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) berkomentar soal peluang perusahaan itu dalam memaksimalkan penjualan ekspor seiring dengan anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serkiat (AS) hari-hari ini.
Perusahaan yang terkenal karena menjual batu bara di pasar global dan bertransaksi menggunakan mata uang dolar AS ini, semestinya turut diuntungkan dalam depresiasi rupiah saat ini.
Sekretaris Perusahaan PTBA Niko Chandra mengatakan, pihaknya berusaha untuk merespons cepat terhadap kondisi eksternal guna memaksimalkan peluang tersebut.
"Kami akan memaksimalkan potensi pasar di dalam negeri serta peluang ekspor ke sejumlah negara yang memiliki prospek pertumbuhan yang tinggi, baik pasar eksisting maupun pasar-pasar baru untuk mengoptimalkan target kinerja perusahaan agar semakin baik di tahun ini," ujar Niko, Kamis 18 April 2024.
Sepanjang tahun ini, PTBA telah menargetkan penjualan batu bara sebanyak 43,1 juta ton. 45 persen atau sekitar 19,3 juta ton diantaranya difokuskan ke penjualan ekspor.
Target itu lebih besar dari 2023, saat PTBA mencatatkan penjualan batu bara mencapai Rp37,97 triliun, atau turun 9,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
"Kami melakukan perencanaan dengan mencermati perkembangan pasar terkini dan mengantisipasi berbagai faktor yang dinamis," ujar Niko.
PTBA telah melakukan ekspor batu bara ke berbagai negara-negara seperti China, India, Korea, Vietnam, Kamboja, hingga Jepang.
China dan India menjadi negara tujuan ekspor dengan penjualan terbesar, masing-masing sebesar Rp6,19 triliun dan Rp3,04 triliun.
Belum lama ini, PTBA juga mulai melirik negara tujuan ekspor baru untuk penjualan batu bara ke depan selain China.
PTBA bakal memanfaatkan peluang ekspor ke sejumlah negara yang memiliki prospek pertumbuhan yang tinggi, baik dari pasar eksisting maupun pasar-pasar baru.
“Pasar ekspor PTBA makin beragam. Tercatat ada beberapa pasar baru yang berhasil dioptimalkan pada 2023, di antaranya adalah Vietnam, Filipina, Brunei Darussalam, hingga Bangladesh," jelas Niko.
Kemarin, rupiah bertengger di Rp16.235 dalam USD1, atau melemah 0,37 persen dari hari sebelumnya. Posisi itu juga menempati posisi terlemah mata uang Garuda sejak April 2020 atau 4 tahun terakhir.
Dalam sepekan terakhir, mata uang Ibu Pertiwi melemah 1,98 persen secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, depresiasinya mencapai 3,97 persen.