Logo
>

PPN Mau Naik Jadi 12 Persen, Bencana untuk Saham Properti?

Ditulis oleh Ayyubi Kholid
PPN Mau Naik Jadi 12 Persen, Bencana untuk Saham Properti?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM Saham properti sedang menapaki jalan yang lebih cerah. Meskipun secara year to date (ytd) masih mencatatkan penurunan sebesar -10,45 persen, dalam sebulan terakhir, angin perubahan mulai berembus. Saham-saham di sektor ini menunjukkan tanda-tanda kehidupan berkat rebound, di mana nilai aset melambung setelah sebelumnya berada dalam kondisi bearish.

    Namun, wacana pemerintah yang ingin menaikkan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada tahun depan disinyalir bakal berdampak pada aktivitas ekonomi, khususnya iklim bisnis di sektor properti. Bagaimana prospek saham di tengah wacana ini? Mari kita bahas bersama!

    Director PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk, Reza Priyambada, menekankan bahwa kebijakan tersebut tentu akan menjadi tantangan bagi emiten properti untuk tetap bisa menjual di tengah kenaikan PPN.

    "Bisa jadi, ada promo-promo kerjasama dengan bank untuk pembeli via KPR maupun pemberian insentif dari pemerintah lagi," ujar Reza kepada KabarBursa, Kamis 18 Juli 2024

    Menurut Reza, meski emiten properti saat ini sedang dalam tren yang positif, posisi saham-saham tersebut secara teknikal sudah berada di area overbought seiring kenaikan yang terjadi dalam beberapa periode sebelumnya. Namun, penjualan dari sektor properti belakangan ini ditopang oleh marketing sales dari sejumlah emiten besar seperti BSDE, SMRA, dan CTRA, yang banyak menjual landed house dan merasakan dampak positif dari sentimen keringanan PPN dan uang muka.

    "kenaikan sebelumnya seiring pemberitaan kenaikan marketing sales dari sejumlah emiten properti," jelas dia.

    Namun, posisi saham-saham tersebut secara teknikal sebenarnya sudah berada di area overbought seiring kenaikan yang terjadi dalam beberapa periode sebelumnya.

    Di sisi lain, Pendiri sekaligus Direktur Utama PT Jababeka Tbk (KIJA), Setyono Djuandi Darmono, juga menanggapi wacana pemerintah yang akan menaikkan PPN menjadi 12 persen. Darmono berpendapat bahwa hal itu akan berdampak pada aktivitas ekonomi, khususnya iklim bisnis di sektor properti, karena dapat memberatkan konsumen dan melemahkan daya beli.

    “PPN itu yang berat adalah konsumen, tapi konsumen juga bisa pilih kan [untuk menyesuaikan besaran pajak yang dibayar]. Saya pilih barang yang murah, biar 12 persen jangan barang yang mahal,” kata Darmono di Jakarta, dikutip Kamis, 18 Juli 2024.

    Darmono juga menjelaskan bahwa untuk menjaga ekonomi tetap tumbuh, pemerintah perlu mempertimbangkan untuk memangkas pajak korporasi. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki iklim investasi di Indonesia sehingga RI dapat bersaing menjadi negara destinasi investasi favorit.

    “Jadi sebetulnya policy itu tinggal pilih. Jangan PPN 12 persen terus corporate tax 25 persen rusaklah bisnis. Hong Kong dan Singapura pajak [korporasinya] jauh lebih rendah dari Indonesia, karena apa? Karena mereka mau narik supaya investor jangan pergi,” tambahnya.

    Darmono memberikan gambaran bahwa saat ini pajak korporasi di Singapura berada di sekitar level 17 persen. Di tengah situasi sektor properti Singapura yang melemah, Singapura juga dilaporkan akan memangkas pajak korporasi menjadi 12 persen untuk menarik minat investasi di sana.

    "Indonesia [pajak korporasi] 25 persen tinggi. Di Singapura itu 17 persen atau berapa, mau turun lagi ke 12 persen. Hong Kong sudah lebih rendah lagi. Itu negara kaya,” pungkasnya.

    Laporan Keuangan CTRA

    PT Ciputra Development Tbk (CTRA) mencatatkan laba bersih Rp1,846 triliun pada tahun lalu, atau menyusut 0,85 persen dibanding 2022 yang terbilang Rp1,862 triliun. Sehingga laba per saham dasar tetap berada di level Rp100 per lembar pada akhir 2023.

    Dalam laporan keuangan yang diterbitkan disebutkan, penjualan dan pendapatan usaha mencapai Rp9,245 triliun pada 2023. Hasil itu tumbuh 1,3 persen dibanding pada 2022 yang tercatat Rp9,126 triliun.

    Penopangnya, pendapatan usaha yang berasal dari pusat niaga dan kawasan komersial, rumah sakit, hotel, sewa kantor, lapangan golf dan lain lain tumbuh 9,54 persen secara tahunan menjadi Rp2,124 triliun pada tahun 2023. Senada, penjualan rumah susun naik 37,06 persen secara tahunan menjadi Rp662,72 miliar.

    Tapi penjualan kavling, rumah hunian dan ruko menyusut 1,01 persen secara tahunan menjadi Rp6,06 triliun pada 2023. Bakan penjualan kantor anjlok 31,6 persen secara tahunan menjadi Rp397,17 miliar.

    Sayangnya, beban pokok penjualan dan beban langsung bengkak 2,76 persen secara tahunan menjadi Rp4,685 triliun pada 2023. Dampaknya, laba kotor tergerus 0,17 persen secara tahunan menjadi Rp4,559 triliun.

    Sementara itu, jumlah kewajiban bertambah 1,9 persen secara tahunan menjadi Rp21,49 triliun pada 2023. Pada sisi lain, total ekuitas meningkat 7,6 persen  secara tahunan menjadi Rp22,624 triliun pada 2023.

    Laporan Keuangan SMRA

    Pengembang properti PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) kembali menunjukkan kinerja positif dalam Laporan Tahunan untuk tahun buku 2023. Hal ini seiring dengan meningkatnya pendapatan SMRA sebesar 14,1 persen dari Rp5,72 triliun pada 2022 menjadi Rp6,66 triliun pada 2023.

    Perseroan juga berhasil mendapatkan peningkatan laba bersih sebesar 27 persen dari Rp772 miliar menjadi Rp1,058 triliun. Pencapaian tersebut tertuang dalam pelaporan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Summarecon Agung, Tbk, Kamis 20 Juni 2024.

    PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) membukukan marketing sales Rp406 miliar pada Mei 2024, melonjak 43 persen secara bulnan (MOM) dan melesat 79,7 persen secara tahunan (YOY).

    Secara kumulatif, dalam 5 bulan pertama di 2024, SMRA mencatat marketing sales melesat 11,7 persen (YOY) menjadi Rp1,5 triliun, dikontribusi proyek Summarecon Serpong 34 persen dan Summarecon Bekasi 29 persen.

    Laporan Keuangan BSDE

    PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) mencetak kinerja positif di kuartal I 2024. Kinerja positif BSDE diperkirakan berlanjut hingga akhir tahun.

    BSDE mencatatkan pendapatan sebesar Rp3,77 triliun di periode Januari-Maret 2024, tumbuh 31,25 persen secara tahunan (YoY). Laba bersih BSDE melesat 62,55 persen YoY menjadi Rp 1,44 triliun.

    BSDE mencetak marketing sales menjadi Rp2,22 triliun. Hasil itu tumbuh 3 persen dibandingkan kuartal I 2023 sebesar Rp2,15 triliun.

    kinerja di kuartal I merupakan pendapatan tertinggi kedua yang pernah ada. Hasil tersebut didorong oleh pendapatan pengembangan sebesar Rp3,35 triliun, tumbuh 36,17 persen YoY.

    Adapun pergerakan ketiga saham tersebut masih menunjukkan dinamika yang menarik. Tiga emiten besar di sektor properti itu memiliki prospek yang berbeda-beda dengan peluang dan risiko masing-masing di jangka menengah. Ini analisis teknikal Wahyu terkait pergerakan ketiga saham tersebut.

    Pergerakan Saham CTRA

    Saham CTRA diperdagangkan dalam kisaran 800-1.400 dengan potensi jangka panjang untuk menembus level 1.400. Namun, harga di atas 1.300 dinilai rentan terhadap koreksi. Investor disarankan untuk mengambil posisi “buy” pada level 1.100-1.000 untuk meminimalkan risiko.

    Pergerakan Saham SMRA

    Saham SMRA masih rentan terhadap koreksi karena tren bearish yang masih berlangsung. Dalam jangka menengah, saham ini diperdagangkan dalam kisaran 450-900. Resistor kuat berada di level 740, dan jika berhasil menembus level ini, terdapat potensi untuk reversal bullish. Kenaikan wajar berada di kisaran 600-630, namun mendekati 700, saham ini kembali rentan terhadap koreksi. Saat ini, harga berada di sekitar 500, sehingga disarankan untuk membeli di level ini atau di bawah 500 dengan strategi “buy on weakness”.

    Pergerakan Saham BSDE

    Saham BSDE diperdagangkan dalam kisaran jangka menengah 600-1.600 dengan fase konsolidasi di antara 870-1.240. Jika harga berhasil menembus level 870, potensi penurunan masih ada, dengan target testing di kisaran 700-600. Sebaliknya, jika harga menembus level 1.240, terdapat potensi untuk melanjutkan kenaikan dengan target testing di kisaran 1.350-1.500.(yub/nil)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Ayyubi Kholid

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.