KABARBURSA.COM - PT PP Properti Tbk (PPRO) telah mengalami penurunan peringkat dari PEFINDO, yang menurunkan peringkat perusahaan menjadi idSD dan Obligasi Berkelanjutan II Tahap IV menjadi idD dari sebelumnya idBB-. Penurunan peringkat ini terjadi setelah putusan pengadilan yang menetapkan PPRO berada dalam masa Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) sementara selama 45 hari, hingga 21 November 2024.
Dengan status PKPU sementara ini, PPRO tidak diizinkan untuk melakukan pembayaran kepada seluruh pemberi pinjaman, termasuk pembayaran kupon Obligasi Berkelanjutan II Tahap IV yang seharusnya jatuh tempo pada 14 Oktober 2024. Hal ini menandakan adanya kondisi "debt standstill" atau penghentian sementara pembayaran utang. Seperti dalam keterangannya di Jakarta, Kamis 17 Oktober 2024.
PEFINDO juga menurunkan peringkat Obligasi Berkelanjutan II Tahap I dan Tahap III dari idBB- menjadi idCCC, yang mencerminkan tingginya kemungkinan bahwa PPRO tidak akan dapat memenuhi kewajiban pembayaran kupon obligasi ini pada waktu jatuh temponya, terkait dengan status PKPU.
PPRO sendiri awalnya didirikan pada tahun 1991 sebagai bagian dari divisi properti PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP), dan resmi menjadi entitas terpisah pada Desember 2013. Perusahaan ini bergerak dalam pengembangan dan penjualan apartemen serta rumah tapak, dengan pendapatan berulang dari sektor perhotelan dan mal. Hingga 30 Juni 2024, komposisi pemegang saham PPRO adalah PTPP dengan 64,96 persen, publik 34,97 persen, dan Yayasan Kesejahteraan Karyawan Pembangunan Perumahan 0,07 persen.
Laporan Keuangan Perseroan
Emiten properti PT PP Properti Tbk (PPRO) mencatatkan hasil penjualan PPRO sepanjang tahun 2023 mencapai Rp1,981 triliun. Angka ini tumbuh 16,2 persen dibanding periode 2022 yang sebesar Rp 1,704 triliun.
Mengutip dari laporan keuangan PPRO, penopang kenaikan penjualan ini adalah penjualan tanah terbang 22.200 persen secara tahunan menjadi Rp1,78 triliun pada 2023.
Sedangkan pendapatan properti tumbuh 3,09 persen secara tahunan menjadi Rp 200,73 miliar. Namun sayangnya, penjualan rumah susun anjlok 85,4 persen secara tahunan menjadi Rp 219,2 miliar.
Di tengah kenaikan penjualan, sayangnya beban pokok penjualan melonjak 32,05 persen secara tahunan menjadi Rp1,928 triliun pada 2023. Dampaknya, laba kotor terpangkas 78,1 persen secara tahunan menjadi Rp53,091 miliar.
Dalam laporan keuangan per 31 Desember 2023, PPRO mencatatkan beban keuangan sebesar Rp983 miliar. Angka tersebut melonjak tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat Rp121 miliar.
Sebelumnya, emiten pengembang properti, PT PP Properti Tbk (PPRO) meyakini bisnis properti bakal memiliki prospek yang cerah pada tahun pemilihan umum (pemilu) 2024.
Direktur Utama PP Properti Daniel Rinsani menuturkan, tahun politik diperkirakan memberikan dampak pada sejumlah sektor dan segmen pasar tertentu. Persiapan pemilu 2024 diprediksi akan memberikan dorongan juga terutama pada sektor hotel yang kemudian diikuti oleh sejumlah MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition).
“Seperti yang kita ketahui, salah satu portfolio di PP Properti juga ada recurring, mal, dan hotel dan ini menjadi peluang sebenarnya bagaimana kita bisa menarik dan okupansi dari hotel kita,” kata Daniel dikutip Minggu, 13 April 2024.
Ia melanjutkan, perseroan pun dengan penuh antusias menyambut 2024 sebagai periode yang penuh optimisme. Perseroan akan mengoptimalkan portfolio aset yang dimiliki seperti hotel, komersial, apartemen, dan perumahan.
“Kami juga akan terus memantau secara cermat pasar properti selama tahun 2024 dengan tujuan untuk mengidentifikasi peluang pertumbuhan properti yang sesuai dengan permintaan pasar,” kata dia.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Keuangan PP Properti Deni Budiman mengaku optimistis penjualan PPRO akan meningkat di kisaran 30-40 persen. Kenaikan penjualan tersebut diharapkan bisa terjadi pada 2024 seiring dengan rencana serah terima dari proyek PPRO.
Ia melanjutkan, ada sekitar empat proyek yang akan dilakukan serah terima pada 2024 dan ia juga berharap tahun politik tidak terlalu berpengaruh terhadap bisnis PPRO.
“Kemudian, target penjualan kurang lebih ada kenaikan sekitar 30-40 persen untuk tahun 2024,” kata Deni.
Dalam rangka menjalankan bisnisnya, PP Properti telah menyiapkan sejumlah strategi dalam menghadapi 2024. Mulai dari menargetkan peningkatan kas operasi, fokus pada penjualan lahan dan divestasi saham, fokus pada peningkatan pemasaran residensial, serta fokus pada peningkatan pendapatan hospitality.
Akibat Dampak IKN
PT PP Properti Tbk (PPRO) mengungkapkan bagaimana pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) memberikan dampak positif yang signifikan terhadap bisnis hotel mereka di Balikpapan, yang dikelola melalui anak usaha, PT Hasta Kreasi Mandiri.
Andek Prabowo, Direktur Utama PPRO, menjelaskan bahwa Swiss-Belhotel Balikpapan, salah satu properti hotel mereka, telah mengalami lonjakan okupansi kamar berkat pembangunan IKN.
“Upacara HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-79 yang bertemakan Nusantara Baru, Indonesia Maju, yang akan digelar di IKN pada 17 Agustus 2024, telah memberikan dorongan besar bagi kinerja hotel kami,” kata Andek dalam keterangan resminya pada Kamis, 15 Agustus 2024.
Efek dari acara tersebut terasa nyata, dengan lonjakan pesanan kamar hotel sejak bulan Juni 2024. Periode Juli hingga Agustus 2024, terutama sekitar acara puncak dari 15 hingga 18 Agustus, hampir seluruh kamar sudah terpesan. Bahkan, rata-rata okupansi kamar hotel Swiss-Belhotel Balikpapan sejak awal Agustus 2024 mencapai hampir 90 persen.
Tak hanya itu, kebutuhan untuk ruang rapat dan ballroom juga meningkat tajam, hampir mencapai kapasitas penuh. Hotel milik PPRO ini kini menjadi pilihan utama bagi instansi pemerintah dan lembaga yang melakukan kunjungan kerja ke wilayah IKN atau mengikuti kegiatan di Balikpapan.
“Pembangunan IKN di Kalimantan Timur memberikan angin segar bagi industri perhotelan. Dampaknya sangat signifikan bagi kinerja hotel kami,” tambah Andek.(*)