Logo
>

Produk lmpor Masuk RI, Bagaimana Prospek Emiten Keramik?

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Produk lmpor Masuk RI, Bagaimana Prospek Emiten Keramik?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Kinerja dua emiten keramik yakni PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk (CAKK) dan PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA) menjadi sorotan setelah banyaknya produk impor masuk ke Indonesia.

    Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi mengatakan kinerja penjualan pada 1Q24 CAKK menurun -4,2 persen y/y sementara ARNA -11,1 persen y/y.

    "Jika melihat kinerja penjualan di 1Q24 untuk emiten ARNA dan CAKK terjadi penurunan sebesar masing-masing -4,2 persen y/y dan -11,1 persen y/y, secara tren sejak 2023 penjualan kedua emiten alami penurunan," ungkap Audi kepada Kabar Bursa, Rabu 3 Juli 2024.

    Dikatakan Audi, salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya kinerja ARNA dan CAKK adalah masuknya produk impor. Dia mencatat, hingga April 2024 sudah masuk sebanyak 12,04 ton keramik dengan nilai mencapai USD8,18 juta.

    "Khususnya produk dari China yang memiliki biaya produksi yang lebih murah dibandingkan perusahaan lokal," ucapnya.

    Audi memaparkan, berdasarkan data Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki), rata-rata biaya produksi keramik lokal sebesar USD4,5  hingga USD5 per meter persegi.

    Sedangkan rata-rata biaya produk China hanya sebesar USD2,3 hingga USD2,7  per meter persegi.

    "Sehingga ini dapat menekan penjualan produk dari emiten lokal," kata Audi.

    Kendati begitu, dia melihat peluang permintaan keramik di dalam negeri masih tinggi, khususnya dari properti dan Proyek Strategis Nasional (PSN) seperti di Ibu Kota Nusantara (IKN). Ditambah, lanjut Audi, insentif gas industri yang akan meningkatkan efisiensi biaya emiten keramik.

    "Meski demikian, saat ini kami belum memberikan rating rekomendasi untuk emiten ARNA dan CAKK," tandasnya.

    Sebelumnya diberitakan, PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk atau emiten keramik berkode saham CAKK membukukan kerugian bersih mencapai Rp34,09 miliar sepanjang tahun 2023 sehingga menjadi yang terbesar setelah berkiprah selama 28 tahun dalam industri keramik di Indonesia. Apalagi, perusahaan hanya mampu membukukan penjualan Rp208 miliar, dengan catatan turun 17 persen dibandingkan tahun 2022 sebesar Rp250,32 miliar.

    Berdasarkan laporan keuangan tahunan yang telah dipublikasikan pada 27 Maret 2024 lalu, CAKK hanya dapat merealisasikan produksi sebesar 5,45 juta meter persegi tahun 2023 dengan tingkat Penggunaan Kapasitas Terpasang (TPT) sebesar 45,44 persen.

    CAKK tercatat merugi sebesar Rp34,08 miliar pada 2023, setelah tahun sebelumnya mencatat laba bersih Rp10,55 miliar. Penurunan ini disebabkan oleh beban penjualan yang meningkat 97,76 persen secara tahunan atau senilai Rp7,98 miliar, terutama karena kenaikan ongkos angkut.

    Dari sisi produksi, harga pokok produksi CAKK turun 22,5 persen dari Rp265,7 miliar pada 2022 menjadi Rp205,78 miliar pada 2023. Beban overhead pabrik juga turun 14,92 persen dari Rp116,54 miliar menjadi Rp136,98 miliar.

    Namun demikian, di tengah kondisi yang kurang baik ini, aset perseroan masih berhasil tumbuh sebesar 4,04 persen dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai Rp466 miliar.

    Penurunan beban produksi ini menunjukkan efisiensi, meskipun kenaikan beban ongkos angkut menjadi faktor utama penurunan kinerja perusahaan tahun lalu yang mencapai 2-3 persen dari harga jual keramik. Lebih lanjut, konsolidasi laporan keuangan antara perseroan dengan anak usaha dan peningkatan beban umum dan administrasi semakin memperburuk kondisi keuangan tahun 2023.

    Selain itu, volume penjualan CAKK pada tahun 2023 sangat tertekan karena serbuan produksi granit murah yang diimpor dari China dan India.

    Direktur Utama CAKK, Johan Silitonga, menyatakan bahwa impor keramik dari China dan India naik signifikan, dari 70,2 juta meter persegi pada tahun 2022 menjadi 93,4 juta meter persegi pada tahun 2023.

    Selanjutnya, penurunan harga produk impor dari China sebesar 29,5 persen membuat pelaku industri keramik terpaksa menurunkan harga jual dan tidak dapat mengoptimalkan pendapatan. Kenaikan harga gas dari USD6/MMbtu menjadi USD6,5/MMbtu, serta pelemahan daya beli domestik dan penurunan angka ekspor, berkontribusi sebagai katalis negatif terhadap pertumbuhan Perseroan pada tahun 2023.

    Dalam menghadapi situasi ini, CAKK akan mengkaji beberapa strategi berikut untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan. Di sisi pemasaran, akan melakukan strategi alignment dengan anak usaha yang berperan sebagai distributor perusahaan, dengan merumuskan dan menerapkan strategi pemasaran yang berorientasi pada kebutuhan konsumen.

    Untuk strategi operasional, CAKK akan meningkatkan kapasitas produksi guna menurunkan harga pokok produksi. Selain itu, CAKK juga akan terus melakukan inovasi dengan menghadirkan produk baru yang dibutuhkan oleh pasar domestik, termasuk peluncuran keramik ukuran 60X60 dan 30X60 Cutting.

    Emiten keramik PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA) mencatatkan kinerja keuangan yang kurang baik pada kuartal I 2024. Laba bersihnya menjadi Rp104,79 miliar atau drop 28,2 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya, sebesar Rp145,3 miliar.

    Tandean Rustandy, Direktur Utama ARNA, mengatakan, penjualan bersih yang menurun memberi andil terhadap net profit perusahaan. Pada kuartal I 2024, penjualannya hanya sebesar Rp632,22 miliar, turun 4,09 persen, dibandingkan kuartal I 2023 yang mencapai Rp659,83 miliar.

    Dari angka penjualan bersih ini, PT Catur Sentosa Adiprana Tbk (CSAP), selaku pihak berelasi, menyumbang Rp434,25 miliar atau 68,69 persen dari total penjualan. Sementara itu, penjualan kepada pihak ketiga meningkat 11,3 persen secara tahunan, mencapai Rp98,35 miliar.

    Namun, beban pokok penjualan mengalami peningkatan 4,3 persen secara tahunan, menjadi Rp408,28 miliar pada akhir Maret 2024. Akibatnya, laba kotor ARNA berkurang 16,7 persen secara tahunan, turun dari Rp268,78 miliar pada akhir Maret 2023 menjadi Rp223,94 miliar pada akhir Maret 2024.

    Selain itu, ARNA melaporkan jumlah kewajiban yang meningkat 38,03 persen dibandingkan dengan akhir tahun 2023, menjadi Rp1,056 triliun pada akhir Maret 2024. Sementara itu, total ekuitas turun 12,07 persen, dari Rp1,854 triliun pada akhir tahun 2023 menjadi Rp1,631 triliun pada kuartal I 2024.

    Penurunan ini berdampak pada laba per saham yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk, yang turun dari Rp19,79 per lembar pada akhir Maret 2023 menjadi Rp14,27 per lembar pada akhir Maret 2024.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.