KABARBURSA.COM - Sejumlah perusahaan asuransi jiwa memperkirakan bahwa produk tradisional masih akan menjadi pendorong utama pendapatan premi pada tahun ini. Salah satunya adalah PT MSIG Life Insurance Indonesia Tbk (MSIG Life).
Menurut Presiden Direktur & CEO MSIG Life Wianto Chen, produk tradisional masih akan mendominasi pendapatan premi karena masih ada kebutuhan masyarakat terhadapnya. "Wianto menjelaskan bahwa selain itu, proses yang lebih sederhana dan mudah dipahami juga menjadi faktor penentu," katanya Senin 1 April 2024.
Pada tahun 2023, pendapatan premi MSIG Life masih didominasi oleh produk tradisional daripada unitlink.
Wianto mengungkapkan bahwa porsi unitlink hanya mencapai 46 persen, sedangkan tradisional mencapai 54 persen dari total pendapatan premi. "Pendapatan premi MSIG Life pada 2023 mencapai Rp 2,6 triliun menurut laporan keuangan yang belum diaudit," bebernya.
Wianto menegaskan bahwa MSIG Life akan berfokus pada portofolio yang seimbang dan sehat, serta menerapkan strategi inovasi produk dengan memperhatikan umpan balik dari pelanggan dan tren pasar untuk tetap relevan dan kompetitif.
Selain MSIG Life, PT Asuransi Jiwa IFG atau IFG Life juga menyatakan bahwa produk tradisional masih mendominasi pendapatan premi perusahaan.
Head of Corporate Secretariat IFG Life, Gatot Haryadi, porsi tradisional mencapai 90 persen dari total pendapatan premi pada 2023, sedangkan unitlink hanya sekitar 10 persen. "Fokus perusahaan bukanlah produk unitlink, melainkan produk berbasis proteksi seperti asuransi kematian dan kecelakaan pribadi," kata dia.
Sementara itu, PT Asuransi Jiwa Astra (Astra Life) menyatakan bahwa pada tahun lalu, porsi tradisional dan unitlink masih seimbang.
Direktur Bisnis Astra Life, Alkaf Ghozali, hal tersebut kemungkinan akan tetap terjadi pada tahun ini. Alkaf menyatakan bahwa porsi unitlink dan tradisional sekitar 55 persen-60 persen untuk unitlink dan sisanya tradisional.
Menurut Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), produk tradisional masih mendominasi pendapatan premi industri asuransi jiwa pada 2023.
Direktur Eksekutif AAJI, Togar Pasaribu, mengungkapkan bahwa produk tradisional mengambil porsi 52 persen atau Rp 92,33 triliun, sedangkan unitlink sebesar 48 persen atau Rp 85,33 triliun. "Peningkatan produk tradisional mencerminkan kesuksesan penetrasi dan literasi asuransi jiwa. Dia menekankan bahwa masyarakat dapat memilih produk asuransi sesuai kebutuhan mereka, apakah tradisional untuk manfaat dan klaim yang pasti, atau unitlink untuk fleksibilitas terkait klaim dan manfaat asuransi," jelasnya.
Dengan semangat transformasi dan kolaborasi, AAJI terus mendorong perusahaan asuransi jiwa untuk mengembangkan setiap produknya, baik tradisional maupun unitlink, sesuai dengan kebutuhan nasabah yang beragam.
Togar memperkirakan bahwa pertumbuhan unitlink dan tradisional akan seimbang pada 2024, yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan industri asuransi jiwa yang lebih baik.