Logo
>

Produksi Migas Merosot Ancam Emiten Energi?

Ditulis oleh KabarBursa.com
Produksi Migas Merosot Ancam Emiten Energi?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan kabar yang tak begitu menggembirakan. Produksi minyak dan gas (migas) Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

    Data per Senin, 12 Agustus 2024, menunjukkan tren menurun dalam lifting minyak sejak tahun 2015. Pada tahun tersebut, realisasi lifting minyak tercatat sebesar 779.000 barel per hari (bopd). Angka itu sempat naik menjadi 829.000 bopd di tahun 2016, namun kemudian turun menjadi 804.000 bopd pada 2017.

    Tren penurunan ini berlanjut, berturut-turut 778 ribu bopd pada 2018, 746 ribu bopd di 2019, hingga menyentuh 707 ribu bopd pada 2020. Penurunan tak berhenti di situ, dengan 660 ribu bopd pada 2021, 612 ribu bopd pada 2022, dan hanya mencapai 605,4 ribu bopd pada 2023.

    Nafan Gusta Aji, Senior Invesment di Mirae Asset Sekuritas, menyoroti dampak penurunan produksi migas ini terhadap kinerja emiten di sektor energi. Menurutnya, IDX Energy kini bukan lagi sektor unggulan. "Secara benchmark, IDX Energy sudah tidak menjadi leading sector, karena kita tidak lagi berada dalam masa disrupsi rantai pasokan," ujar Nafan kepada KabarBursa, Senin, 12 Agustus 2024.

    Berbeda dengan masa pandemi Covid-19, di mana terjadi disrupsi rantai pasokan. Kini, Indonesia tak lagi menikmati keuntungan dari kenaikan harga komoditas global sebagaimana terjadi saat pandemi.

    Hal ini menyebabkan pergeseran sektor unggulan di pasar saham. Saat ini, sektor-sektor seperti keuangan, konsumen siklikal, properti, transportasi, logistik, dan industri justru lebih dominan. "Sedangkan IDX Energy, termasuk IDX Basic terkait pertambangan logam, kini bukan lagi sektor unggulan. Meski mengalami pelemahan, nantinya sektor ini mungkin akan kembali pulih," jelas Nafan.

    Selain itu, Nafan menegaskan bahwa kinerja emiten energi tidak hanya dipengaruhi oleh permintaan domestik, tetapi juga oleh dinamika eksternal. Konflik politik dan ketegangan global, seperti di Timur Tengah, turut berdampak pada suplai energi global. Konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina juga memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja sektor migas.

    "Hal ini tentunya mempengaruhi fluktuasi harga minyak dan migas dunia. Kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM non-subsidi, misalnya, juga dipengaruhi oleh faktor ini," ungkap Nafan.

    Untuk para investor, Nafan menyarankan agar lebih selektif dalam memilih saham-saham di sektor migas. Ia juga menekankan pentingnya ekspansi bisnis bagi emiten energi, mengingat lapangan migas di Indonesia sudah tua. Dengan ekspansi, ada harapan untuk menemukan cadangan migas baru yang bisa mendorong kinerja sektor ini di masa depan.

    "Jika ditemukan cadangan migas baru melalui ekspansi, maka teknologi canggih akan dibutuhkan untuk melakukan pengeboran dan lifting di lapangan migas tersebut. Ini bisa menjadi kesempatan bagi emiten untuk menemukan cadangan baru," beber Nafan.

     

    Produksi Migas Menurun

    Diberitakan sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengakui bahwa produksi minyak Indonesia terus mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini terjadi karena lapangan migas Indonesia relatif sudah tua. Dia bilang, saat ini pihaknya berupaya mendorong produksi minyak tersebut.

    “Dari 2020, produksi minyak kita memang anjlok terus. Coba untuk ditahan, tapi memang kita sekarang mengelola lapangan-lapangan tua dan belum ketemu prospek lapangan minyak baru. Kita sekarang sedang mengupayakan, prospeknya ada,” kata Arifin Tasrif.

    Sedangkan untuk lifting gas, menurut dia, sempat turun juga. Namun, sekarang ini ada tren kenaikan. Apalagi, kata Arifin, belakangan ada temuan sumber gas raksasa. Dia optimistis, target 12 bcf  di 2030 dapat tercapai.

    “Mengenai gas bumi, memang sempat turun, tapi sekarang sudah ada tren kenaikan. Jadi kalau misalnya target 1 juta barel minyak 2030, akan ada berbagai upaya yang kita lakukan,” ujarnya.

    “Kemudian mengenai gas 12 bcf, Insya Allah bisa ketemu. Jadi dengan adanya temuan-temuan baru, prospek di Andaman, South Andaman, dan juga di Selat Makassar. Gas ini nanti banyak dipakai untuk dalam negeri, bisa dijadikan andalan untuk bisa mendukung transisi energi,”  Tutup Arifin.

    Kinerja Emiten Energi

    1. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC):

      • Kinerja Terbaru: MEDC menghadapi tantangan dalam sektor minyak dan gas, tetapi telah menunjukkan upaya untuk meningkatkan efisiensi operasional dan mengoptimalkan portofolio asetnya. Perusahaan ini juga berusaha untuk diversifikasi ke energi terbarukan.
      • Kinerja Keuangan: Pada kuartal terakhir, MEDC melaporkan pendapatan yang stabil, tetapi laba bersihnya mungkin mengalami fluktuasi karena harga minyak yang volatil.

    2. PT Indika Energy Tbk (INDY):

      • Kinerja Terbaru: INDY menikmati keuntungan dari permintaan batubara global yang relatif tinggi, meskipun ada tekanan pada harga batubara. Perusahaan juga mengembangkan bisnis di sektor energi terbarukan.
      • Kinerja Keuangan: Perusahaan ini cenderung stabil dengan pendapatan yang berfluktuasi sesuai dengan harga batubara dan volume penjualan.

    3. PT Adaro Energy Tbk (ADRO):

      • Kinerja Terbaru: ADRO, sebagai salah satu pemain utama di sektor batubara, mengalami keuntungan dari harga batubara yang tinggi di pasar internasional. Perusahaan ini juga berusaha untuk melakukan diversifikasi ke sektor energi terbarukan.
      • Kinerja Keuangan: ADRO biasanya melaporkan hasil keuangan yang solid, dengan pendapatan dan laba bersih yang dipengaruhi oleh harga batubara dan biaya operasional.

    4. PT Bukit Asam Tbk (PTBA):

      • Kinerja Terbaru: PTBA terus berfokus pada produksi batubara sambil mengeksplorasi proyek-proyek energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga batubara yang lebih bersih dan proyek energi terbarukan.
      • Kinerja Keuangan: Perusahaan ini menunjukkan performa yang baik dengan pendapatan yang stabil dari penjualan batubara serta potensi pertumbuhan dari proyek energi terbarukan.

    5. PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG):

      • Kinerja Terbaru: ENRG menghadapi tantangan di sektor minyak dan gas, tetapi juga berinvestasi dalam energi terbarukan untuk mendiversifikasi portofolionya.
      • Kinerja Keuangan: Hasil keuangan ENRG dapat berfluktuasi tergantung pada harga minyak dan gas serta kemajuan dalam proyek energi terbarukan. (*)

     

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi