Logo
>

Produksi Minyak RI Anjlok, Batu Bara Jaga Neraca

Rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi serta stok minyak yang mulai menumpuk di Amerika Serikat.

Ditulis oleh Dian Finka
Produksi Minyak RI Anjlok, Batu Bara Jaga Neraca
ilustrasi batu bara. Foto: dok KabarBursa.com

KABARBURSA.COM – Ketegangan geopolitik global yang masih berlangsung serta dinamika pasokan energi dunia dinilai memberikan dampak yang berbeda terhadap prospek harga komoditas strategis, seperti minyak dan batubara.

Founder & Chief Executive Officer Finvesol Consulting, Fendi Susiyanto, menilai bahwa tekanan terhadap harga minyak mentah cenderung meningkat dalam jangka pendek. Hal ini dipicu oleh rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi serta stok minyak yang mulai menumpuk di Amerika Serikat.

“Ini menarik karena OPEC+ mulai merencanakan penambahan pasokan. Otomatis itu akan mendorong harga minyak turun. Apalagi cadangan minyak AS juga meningkat,” ujar Fendi, kepada awak media di Jakarta, Senin, 26 Mei 2025.

Minyak Cenderung Melemah, Awas Tekanan Baru

Fendi mengungkapkan bahwa kecenderungan penurunan harga minyak saat ini lebih dominan ketimbang penguatan. Menurutnya, tekanan pasokan dari negara produsen dan melemahnya permintaan global bisa membawa harga minyak ke level yang lebih rendah dalam waktu dekat.

“Kalau lihat harga WTI sekarang sekitar USD61, Brent juga sudah di kisaran USD64. Arahnya mungkin ke USD50 sampai USD60 dalam waktu dekat,” katanya.

Ia menambahkan bahwa sentimen pasar saat ini belum cukup kuat untuk mendorong harga minyak kembali naik signifikan, apalagi jika ketegangan geopolitik tidak diikuti dengan gangguan pasokan nyata.

Batu Bara Tetap Menjadi Andalan Ekspor

Berbeda dengan minyak, prospek harga batu Bara menurut Fendi masih menunjukkan ketahanan yang relatif kuat, terutama karena pasar ekspor Indonesia yang masih sangat besar, khususnya ke kawasan Asia.

“Kalau batubara, masih punya pasar luar biasa. Ekspor kita ke China saja hampir 43 persen, ke India sekitar 20 persen, dan ke Filipina antara 8 sampai 10 persen. Ini angka yang signifikan,” tutup Fendi.

Menurutnya, permintaan batubara dari negara-negara Asia masih akan menopang harga di tengah upaya global menuju transisi energi. Pasalnya, beberapa negara masih mengandalkan batu bara sebagai sumber energi utama dalam jangka menengah.

Lifting Minyak Anjlok

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, menyoroti serius tren penurunan tajam produksi minyak atau lifting nasional yang terus terjadi dalam beberapa tahun terakhir. 

Dalam acara Energi dan Mineral Forum 2025 di Jakarta, Senin, 26 Mei 2025, ia mengaku heran mengapa produksi minyak Indonesia terus merosot, sementara kebutuhan dalam negeri justru melonjak.

Data yang dipaparkan Bahlil menunjukkan bahwa lifting minyak Indonesia sepanjang 2024 hanya menyentuh angka 580 ribu barel per hari. Jumlah ini sangat timpang dibandingkan tingkat konsumsi nasional yang telah mencapai 1,6 juta barel per hari.

“Sementara Presiden Prabowo Subianto menyampaikan bahwa negara hebat itu harus mandiri pangan dan mandiri energi,” kata Bahlil di hadapan peserta forum.

Ia pun melempar dugaan bahwa penurunan ini tidak semata karena faktor teknis semata, melainkan ada kemungkinan dirancang secara sistematis. 

“Saya menduga ini by design. Dan untuk mengamankan arahan Presiden serta demi kepentingan Ibu Pertiwi, saya tidak akan mundur selangkah pun menghadapi pihak-pihak seperti ini,” tegasnya.

Bahlil lantas mengingatkan kembali masa keemasan sektor migas Indonesia pada era 1990-an. Kala itu, kata dia, Indonesia mampu memproduksi hingga 1,6 juta barel per hari, sementara konsumsi dalam negeri hanya sekitar 500 ribu. 

“Kita bisa ekspor 1 juta barel per hari, dan kontribusi sektor migas terhadap pendapatan negara mencapai 40 hingga 42 persen. Saat itu, Indonesia diperhitungkan dan membuat banyak negara tidak nyaman karena daya tawar kita tinggi,” ungkapnya.

Namun kini, dari 39.669 sumur migas yang ada, hanya sekitar separuhnya—tepatnya 19.380—yang aktif berproduksi. Angka itu menjadi refleksi tantangan serius yang dihadapi sektor hulu migas tanah air.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Dian Finka

Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.