KABARBURSA.COM - Kementerian Pertanian (Kementan) mendukung Asta Cita presiden terpilih dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, di sektor pertanian untuk mencetak sawah 1 juta hektare. Dukungan itu diwujudkan dalam bentuk pengusulan dana tambahan pagu indikatif Kementan sebesar Rp25 triliun khususnya untuk program cetak sawah 1 juta hektare.
Peneliti Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia, Eliza Mardian sendiri mengaku khawatir program cetak sawah bernasib sama seperti proyek food estate yang membuka lahan hutan atau deforestasi. Sementara deforestasi sendiri, dinilai kontraproduktif dengan rencana pemerintah yang hendak menurunkan emisi karbon.
"Karena mencetak sawah ini akan ada aktivitas membuka lahan hutan, deforestasi. Ini jadinya bertentangan dengan keinginan pemerintah yang menekan emisi. Jika hutan yang menjadi carbon sink alami terus dibabat, ini karbon yang dilepas ke atmosfer jadi bertambah, jadinya memperparah pemanasan global," kata Eliza kepada Kabar Bursa, Jum'at, 21 Juni 2024.
Karenanya, Eliza meminta program cetak sawah ini kembali dikaji lebih dalam. Pasalnya, anggaran jumbo yang digelontorkan tidak selalu sejalan dengan harapan program cetak sawah yang diinginkan.
"Yang menjadi soal adalah, apakah sebelum mencetak, adakah kebijakan lain yang lebih efektif? Karena kalau kita melihat program cetak sawah yang menelan biaya cukup besar, karena memang masih baru ekosistemnya untuk ditanami padi sehingga produktivitasnya masih rendah," jelasnya.
Akibatnya, kata Eliza, program cetak sawah ini tidak signifikan menambah produksi beras dan mengurangi impor beras. Jika program cetak sawah yang cukup banyak dilakukan sejak 10 tahun terakhir berhasil, tuturnya, pasti kebijakan impor beras dalam negeri dikurangi.
"Mungkin impor kita nggak akan makin meningkat. Artinya cetak sawah belum signifikan," tegasnya.
Langkah pasti yang perlu dilakukan pemerintah, kata dia, melakukan evaluasi dan kajian yang mendalam untuk mengidentifikasi cost benefit mengingat ada keterbatasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Kita berharap dengan angggaran, namun bisa dioptimalkan," ujarnya.
Eliza menilai, pemerintah bisa melakukan intensifikasi lahan eksisting petani daripada cetak sawah baru. Anggaran jumbo yang direncanakan bisa dialokasikan untuk meningkatkan produktivitas petani di lahan eksisting yang kurang diperhatikan.
Misalnya, kata dia, melakukan revitalisasi di sumber irigasi air, mengingat irigasi memiliki peran krusial dalam meningkatkan indeks pertanaman. Eliza mengingatkan, jangan sampai produktivitas lahan eksisting menurun karena pemerintah terlalu fokus mencetak sawah.
"Jangan sampai lahan yang eksisting makin turun produktivitasnya karena kurang diperhatikan, sementara kita sibuk mencetak sawah baru yang produktivitasnya belum tinggi dan menghabiskan dana serta deforestasi. Maka dari itu perlunya kajian mendalam cost dan benefit-nya dulu," pungkasnya.
Pagu Indikatif Anggaran Kementan Tahun 2025
Sebagaimana diketahui, pagu indikatif anggaran Kementan telah ditetapkan sebesar Rp8,06 triliun di tahun 2025. Kendati begitu, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman menilai, pagu anggaran yang disetujui Kementerian Keuangan masih relatif terbatas. "Pagu indikatif pada tahun 2025 relatif masih terbatas," kata Amran dalam rapat kerja bersama Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 20 Juni 2024.
Oleh karenanya, Amran mengaku Kementan telah mengusulkan tambahan anggaran sebesar Rp26,64 triliun. Dengan begitu, total keseluruhan anggaran Kementan sebesar Rp34,7 triliun.
"Setelah ditambah pagu indikatif Rp8 triliun menjadi 34,7 triliun dan diharapkan bisa kembali seperti yang pernah dialokasikan pada tahun 2015," jelasnya.
Di sisi lain, Amran juga mengaku Kementan mengusulkan tambahan anggaran pendukung Asta Cita presiden terpilih di Pemilu 2024, Prabowo Subianto, yang hendak mencetak sawah seluas 1 juta hektare atau sekitar Rp25 triliun.
"Dengan demikian total tambahan pagu anggaran Kementerian Pertanian diharapkan menjadi Rp59,7 triliun," jelasnya.
Realisasi dan Target Produksi Komoditas Pangan
Berdasarkan data per tanggal 18 Juni 2024, Kementan mencatat capaian produksi di sejumlah komoditas pangan, diantaranya padi 29,08 juta ton dari target 55,42 juta ton, jagung 10,59 juta ton dari target 22,43 juta ton, kedelai 0,113 juta ton dari target 0,329 juta ton.
Sementara bawang merah terealisasi 0,66 juta ton dari target 2 juta ton, aneka cabai 0,85 jutabton dari target 3,07 juta ton, kopi 0,38 juta ton dari target 0,77 juta ton, tebu 27,67 dari target 34,32 juta ton, karet 1,33 juta ton dari target 2,70 juta ton, kelapa 1,42 juta ton dari target 2,90 juta ton, dan kakao 0,32 juta ton dari target 0,66 juta ton.
Di sisi lain, realisasi daging sapi dan kerbau saat ini ada level 0,162 juta ton dari target 0,405 juta ton, daging domba dan kambing 0,033 juta ton dari target 0,079 juta ton, daging ayam ras 1,590 juta ton dari target 3,724 juta ton, telur 2,936 juta ton dari 6,465 juta ton, dan susu 0,352 juta ton dari target 0,845 juta ton.
Sementara itu, Kementan telah menetapkan target produksi komoditas pertanian. Untuk komoditas padi, Kementan menetapkan target sebesar 56,05 juta ton, jagung 16,68 juta ton, kedelai 334 ribu ton, cabai 3,08 juta ton, dan bawang merah 1,99 juta ton.
Di sisi lain, Kementan juga menetapkan target produksi komoditas kopi 772 ribu ton, kakao 641,2 ribu ton, tebu 63,04 juta ton, kelapa 2,88 juta ton, daging sapi dan kerbau 405,44 ribu ton, dan daging ayam 4 juta ton. (and/prm)