KABARBURSA.COM – PT Dharma Polimetal Tbk atau dalam kode saham DRMA, merupakan emiten manufaktur komponen otomotif nasional, mencatat pertumbuhan laba bersih inti sebesar 4,1 persen pada 2024.
Melalui public expose, Presiden Direktur DRMA, Irianto Santoso memaparkan data laba inti meningkat dari Rp569,6 miliar menjadi Rp593,1 miliar, setelah dikurangi dampak non-recurring profit dari akuisisi PT Trimitra Chitrahasta (TCH) pada 2023. Meski penjualan stabil di Rp5,5 triliun, strategi diversifikasi dan ekspansi pasar ekspor mendorong kinerja positif perusahaan di tengah fluktuasi industri otomotif.
Segmen roda dua menjadi pendorong utama, dengan penjualan mencapai Rp3,3 triliun, naik sebelas koma sembilan persen year-on-year. Dengan kontribusi lima puluh sembilan persen terhadap total pendapatan, segmen ini tetap menjadi pilar utama DRMA. “Kami membukukan kinerja yang lebih baik dibandingkan industri otomotif secara keseluruhan. Ke depan, DRMA akan terus mencari sumber pertumbuhan baru, baik di dalam maupun di luar industri otomotif, serta meningkatkan efisiensi melalui otomatisasi dan teknologi tepat guna,” ujar Irianto di Jakarta, Kamis, 6 Maret 2025.
Selain pertumbuhan di pasar domestik, Irianto juga memaparkan ekspor komponen otomotif melalui PT Dharma Kyungshin Indonesia (DKI) menjadi katalis pertumbuhan kinerja DRMA. Sejak memulai pengiriman ke Amerika Serikat pada Mei 2024, DKI mencatatkan penjualan sebesar Rp708,9 miliar, melonjak seratus tiga koma enam persen secara tahunan. Untuk memperkuat ekspansi global, DRMA tengah membangun pabrik baru seluas dua koma tiga hektare dengan kapasitas produksi satu setengah kali lebih besar dari fasilitas saat ini. Pabrik tersebut ditargetkan rampung pada semester kedua 2025 dan akan meningkatkan volume ekspor bulanan.
Ekspansi ke kendaraan listrik
Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, DRMA mulai memperluas portofolionya ke sektor kendaraan listrik. Perusahaan telah mengembangkan komponen khusus EV dan membangun ekosistem melalui inisiatif Dharma Connect. Langkah ini sejalan dengan tren elektrifikasi kendaraan dan kebijakan pemerintah dalam mendukung industri EV nasional.
Berdasarkan laporan keuangan, DRMA mencatatkan margin laba kotor sebesar 5,54 persen, sementara margin laba operasi mencapai 4,08 persen. Dari sisi valuasi, saham DRMA saat ini diperdagangkan dengan rasio Price to Earnings sebesar 6,75 kali, lebih rendah dibandingkan median Price to Earnings IHSG yang berada di tujuh koma lima empat kali, menandakan valuasi yang masih menarik bagi investor. Earnings yield DRMA berada di level empat belas koma delapan satu persen, sedangkan rasio Price to Book Value tercatat satu koma nol tujuh kali.
Dalam aspek solvabilitas, DRMA memiliki rasio utang terhadap ekuitas sebesar 1,40 kali dengan total liabilitas mencapai Rp3,27 triliun. Rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas relatif rendah di 0,27 kali, menunjukkan struktur permodalan yang cukup sehat.
DRMA juga terus menjaga konsistensi dalam membagikan dividen. Pada tahun 2024, perseroan menetapkan dividen sebesar Rp15 per saham dengan dividend yield mencapai 2,94 persen dan payout ratio sebesar 17,6 persen.
Dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp2,35 triliun dan jumlah saham beredar 4,61 miliar lembar, saham DRMA menunjukkan volatilitas moderat dengan Relative Strength Rating sebesar delapan puluh sembilan persen. Piotroski F-Score berada di angka enam, menandakan fundamental yang masih cukup solid.
Penjualan Komponen Otomotif
PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) memiliki target fantastis dalam aktivitas penjualan komponen otomotif ke Amerika Serikat (AS) di tahun 2025.
Seperti diketahui, Dharma merupakan perusahaan asal Indonesia yang kini tengah fokus mengekspor komponen otomotif ke Negeri Paman Sam.
Presiden Direktur Dharma, Irianto Santoso mengatakan hingga September 2024, melalui PT Dharma Kyungshin Indonesia (DKI), perusahaan mencatatkan ekspor ke AS sekitar USD10 juta.
“Dengan potensi pasar yang masih luas, nilai ekspor ini diproyeksikan akan terus meningkat pada tahun 2025,” ujar dia saat dihubungi Kabarbursa.com di Jakarta dikutip pada Sabtu, 8 Februari 2025.
Untuk tahun 2025, kata Irianto, Perseroan menargetkan pertumbuhan penjualan ekspor yang mencapai dua digit melalui DKI. Meski begitu, dia tidak menyebutkan secara detail terkait jumlah yang dimaksud.
“Target ini juga didukung karena peningkatan kapasitas produksi yang akan terjadi setelah pabrik baru DKI mulai beroperasi,” katanya.
Irianto juga menyampaikan jika Dharma saat ini sedang membangun pabrik baru di Cirebon. Dia menyebut pendirian pabrik ini bertujuan untuk memperluas kapasitas produksi.
“Pabrik baru tersebut akan memiliki luas 1,5 kali lebih besar dibandingkan pabrik yang ada saat ini dan ditargetkan rampung pada tahun 2025,” ujarnya.(*)