KABARBURSA.COM - Proyek swasembada gula dan bioetanol dari lahan tebu dengan luas 2 juta hektare (ha) di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan mulai dilakukan pemerintah. Hal ini ditegaskan oleh Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Yuliot.
Yuliot, tanpa memberi rincian lebih lanjut, menyampaikan bahwa akan didirikan 5 pabrik gula di Merauke untuk mengolah tebu dari luas kebun sekitar 400.000 ha dalam satu ekosistem rantai pasok. Total nilai investasinya pada proyek tersebut hampir mencapai USD8 miliar atau setara Rp130 triliun.
Adapun proyek lahan tebu Merauke merupakan bagian dari penugasan Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 15 Tahun 2024.
Ia melanjutkan, sebanyak 2 juta ha lahan tebu baru di Merauke ditargetkan menghasilkan 2 juta ton gula per tahun mulai 2027 untuk substitusi impor. Karena saat ini, Indonesia mengimpor sekitar 5 juta ton gula dalam setahun.
Untuk tahap pertama, BKPM menyebut pemerintah sudah mendatangkan sekitar 2 juta bibit tebu dari Australia. Bibit tersebut pun diklaim cocok dengan kondisi tanah di Merauke.
“Untuk bibit, diharapkan tingkat rendemen (tebu)-nya 12 persen-13 persen, dengan pengembangan bibit dalam negeri dan impor yang merupakan kerja sama dengan Sugar Research Australia,” terang Yuliot.
Penggarap Lahan Tebu
Sementara itu, Yuliot menuturkan, salah satu investor swasta yang terlibat dalam menggarap lahan tebu, PT Global Papua Abadi (PGA), sudah mulai melaksanakan kegiatan di lapangan. Pemerintah pun telah mengidentifikasi lahan yang akan digunakan.
PT GPA yang terlibat di dalam proyek swasembada gula dan bioetanol di Merauke itu diketahui didirikan pada 2012 dengan SK Notaris No. 22749 pada 30 April 2012. PT GPA telah memiliki izin usaha untuk areal seluas 34.626 ha di Merauke dengan Nomor Izin IUP-B 11/04/2014. Pemegang saham perusahaan ini sebagian besar milik PT Mega Makmur Semesta yang dimiliki oleh Sulaidy dan Hui Tin.
Perusahaan berbasis sumber daya alam (SDA) yang berpusat di Setiabudi, Jakarta Selatan, telah berinvestasi dalam bidang perkebunan dan pabrik tebu di Jakarta Selatan, berusaha untuk mencapai kemandirian gula bersama perusahaan besar lainnya seperti PT Sinergi Gula Nusantara (PT SGN) dan Wilmar Group.
Menurut laporan EcoNusa, PT GPA memiliki konsesi lahan seluas 34.626 hektar di Indonesia Timur. Pada tahun 2015, perusahaan ini menggunakan jasa PT Widya Cipta Buana Engineering and Environmental Consultant untuk mengurus izin Analisis Dampak Lingkungan (Amdal).
Pada Juni 2014, warga Kampung Baad, Distrik Animha, Merauke, melaporkan bahwa PT GPA berencana mengembangkan perkebunan tebu di wilayah tersebut, dengan luas area sekitar 25.000 hektar. Perusahaan menjanjikan pembayaran uang tali asih sebesar Rp8 miliar selama 35 tahun penggunaan lahan, serta pembagian hasil sebesar 20 perseng. PT GPA juga menyatakan akan melibatkan Pemda Kabupaten Merauke dalam proses tersebut.
Namun, perusahaan tidak memberikan dokumen izin kepada masyarakat dan tidak menginformasikan secara jelas lokasi rencana usaha perkebunan tebu, menyebabkan kekhawatiran di kalangan masyarakat bahwa area penting seperti kebun, dusun sagu, tempat berburu, dan jalur leluhur mereka akan tergusur oleh kepentingan perusahaan.
Cita-cita Swasembada Gula
PT Sinergi Gula Nusantara (PT SGN) atau Sugar Co menganggap bahwa cita-cita proyek swasembada gula dan bioetanol di Merauke memiliki risiko kegagalan yang lebih kecil dibandingkan dengan program Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) atau Perkebunan Pangan dan Energi Terpadu Merauke pada tahun 2010.
Presiden Direktur Sugar Co, Aris Toharisman, menyatakan bahwa pemerintah masih melakukan penilaian untuk menyusun studi kelayakan guna mematangkan proyek jutaan hektare di Merauke, Papua Selatan.
"Dulu memang ada kegagalan terkait MIFEE, mungkin itu menjadi pembelajaran bagaimana kita bisa mempersiapkan lebih baik lagi agar kegagalan tersebut tidak terulang," ujarnya.
Aris menjelaskan bahwa dari total 2 juta hektare lahan yang disiapkan untuk proyek swasembada gula dan bioetanol di Merauke, sekitar 50 persen atau 1 juta hektare akan digunakan untuk menanam tebu.
Menurut Aris, lahan seluas 1 juta hektare itu sedang dalam proses penilaian oleh konsultan untuk menentukan produktivitas yang sesuai untuk penanaman tebu.
"Awalnya alokasi lahan untuk menanam tebu adalah 1 juta hektare, tapi dari 1 juta hektare itu, berapa yang benar-benar cocok untuk menanam tebu masih dalam proses penilaian," katanya.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.