KABARBURSA.COM - Sinopec, salah satu raksasa migas China, tengah menjalin kerja sama dengan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) dalam pengembangan proyek enhanced oil recovery (EOR) di sejumlah lapangan migas tua yang dikelola Pertamina. Proses kerja sama ini saat ini berada dalam tahapan pembukaan data dan penandatanganan confidentiality agreement (CA) antara kedua perusahaan.
Selanjutnya, Sinopec akan mengirimkan tim teknis untuk melakukan studi terhadap lima lapangan yang dikelola Pertamina, guna menentukan lapangan dan teknologi EOR yang akan diterapkan.
Menurut Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Ariana Soemanto, kerjasama ini sesuai dengan arahan Menteri ESDM untuk mempercepat kolaborasi antara Pertamina dan Sinopec. Opsi mekanisme kerja sama yang dipilih adalah kerja sama operasi (KSO) model baru atau modifikasi, yang dianggap lebih cepat, fleksibel, dan menarik berdasarkan evaluasi.
Pemerintah Indonesia menawarkan 12 proyek EOR dengan estimasi cadangan mencapai 951 juta stok barel (MMSTB), sebagian besar blok migas tersebut dimiliki oleh PHE. SKK Migas sebelumnya mendorong kerja sama antara perusahaan China dan PHE, mengingat ketiga perusahaan China tersebut memiliki pengalaman dan teknologi dalam proyek EOR.
Enhanced Oil Recovery (EOR) merupakan metode untuk meningkatkan produksi hidrokarbon dari reservoir minyak ketika metode primary dan secondary recovery tidak lagi efisien. Selain itu, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) baru saja membuat keputusan investasi akhir (FID) untuk proyek chemical EOR di Lapangan Minas Tahap-1, Blok Rokan, dengan nilai investasi Rp1,48 triliun, yang rencana pengembangannya telah disetujui pada akhir 2023.
Kerja Sama Bahan Bakar Jet
TotalEnergies dan China Petroleum and Chemical Corporation (SINOPEC) telah menandatangani Heads of Agreement (HoA) untuk bersama-sama mengembangkan unit produksi Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan (SAF) di kilang SINOPEC di China.
Unit produksi SAF yang direncanakan akan memiliki kapasitas untuk memproduksi 230.000 ton SAF per tahun dan akan memproses limbah lokal serta residu dari ekonomi sirkular, seperti minyak goreng dan lemak hewani.
SINOPEC telah mengembangkan teknologi produksi SAF-nya sendiri yang disebut SRJET, sementara TotalEnergies, yang sudah menjadi salah satu produsen SAF terkemuka di Eropa, akan memberikan pengalaman dan keahliannya dalam bidang teknis, operasional, dan distribusi.
Yongsheng Ma, Ketua SINOPEC Group, menyatakan bahwa kolaborasi ini sejalan dengan strategi SINOPEC dalam mengembangkan solusi rendah karbon dan meningkatkan kualitas serta efisiensi portofolio asetnya. Sementara itu, Patrick Pouyanné, Ketua dan CEO TotalEnergies, mengungkapkan bahwa pihaknya sangat senang dapat bekerja sama dengan SINOPEC, salah satu pemain utama dalam industri penyulingan global, untuk memproduksi SAF dan membangun rantai produksi SAF di China.
Pouyanné menambahkan bahwa pengembangan bahan bakar penerbangan berkelanjutan adalah bagian inti dari strategi transisi perusahaan, dengan target produksi SAF sebesar 1,5 juta ton per tahun pada 2030.
Kolaborasi dengan ESDM
Sebelumnya diberitakan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) semakin gencar menjalin kerja sama dengan perusahaan asal China untuk meningkatkan cadangan dan produksi minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia. Langkah ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan Menteri ESDM Arifin Tasrif, ke China.
Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Ditjen Migas Kementerian ESDM Ariana Soemanto, dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu, 26 Juli 2024, menyampaikan bahwa Ditjen Migas, SKK Migas, dan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) berkolaborasi mendorong adopsi teknologi serta berbagai upaya peningkatan cadangan dan produksi migas dari China.
“Dari lima fokus area eksplorasi di Indonesia Timur, terdapat dua area, yaitu Buton dan Timor, yang melibatkan partisipasi perusahaan migas China seperti Sinopec dan Petrochina. Dua area tersebut telah ditetapkan sebagai area joint study pada Juni 2024. Setelah joint study selesai, akan dilanjutkan dengan penawaran langsung wilayah kerja migas (WK), penetapan pemenang WK, dan eksplorasi migas,” ujar Ariana saat berada di Batang, Jawa Tengah.
Selain itu, dari lelang lima blok migas yang dibuka pada ajang Indonesia Petroleum Association (IPA) pada Mei 2024, juga terdapat partisipasi perusahaan China.
“Nanti, pada waktunya akan diumumkan. Joint study dan lelang blok migas ini merupakan bagian dari strategi untuk penemuan cadangan migas,” tambah Ariana.
Dalam hal peningkatan produksi, perusahaan China, Sinopec, sedang dalam proses bekerja sama dengan PT Pertamina (Persero) untuk penerapan teknologi dan upaya peningkatan produksi di lima lapangan migas Pertamina.
Ariana menjelaskan bahwa opsi mekanisme kerja sama ini melalui model baru atau modifikasi kerja sama operasi (KSO) antara Pertamina dan Sinopec, yang berdasarkan evaluasi merupakan skema yang lebih cepat, fleksibel, dan tetap menarik.
Saat ini, statusnya sedang dalam proses izin pembukaan data migas, kemudian confidentiality agreement (CA) antara Pertamina dan Sinopec. Selanjutnya, Tim Teknis Sinopec akan dikirim untuk studi ke lima lapangan Pertamina guna menentukan pilihan lapangan dan teknologi yang akan diterapkan.
“Hal ini sesuai dengan arahan Bapak Menteri ESDM agar Direktorat Jenderal Migas, SKK Migas, dan Pertamina berkolaborasi mendorong kerja sama dengan perusahaan China ini agar berjalan lebih cepat,” tutup Ariana.(*)