KABARBURSA.COM - Junior Research Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas Arinda Izzaty Hafiya menerangkan pekan lalu terjadi beberapa rilis data United State Nonfarm Payrolls yang mengalami kenaikan cukup signifikan yang menyebabkan pasar bereaksi .
Hal tersebut menyebabkan apakah suku bunga akan di pangkas dalam waktu dekat. " Ini menyebabkan potensi kenaikkan suku bunga semakin mengecil, kami sendiri kami memproyeksi pemangkasan jika suku bunga akan terjadi satu kali di tahun ini kami memproyeksi pemangkasan tingkat suku bunga, satu kali di tahun ini kami proyeksi di bulan Desember, " ungkap Arinda Izzaty Hafiya dalam acara Market Corner Kabar Bursa, Senin 10 Juni 2024.
Arinda menambahkan sentimen lainnya, datang dari bank sentral lain seperti dari Eropa dan Kanada yang memangkas suku bunga sebesar 25 basis point ini akan menjadi pemicu Bank Sentral lain untuk mengikuti langkah Bank Sentral Kanada dan Eropa .
Sedangkan untuk pasar bisa menantikan rilis data inflasi Amerika Serikat dan juga Tiongkok tetap di level yang sama, selain itu ada suku bunga The Fed dan Jepang diprediksi sama.
Namun disisi lainnya, pembukaan IHSG cukup tertekan pada awal perdahangan hari ini yaitu pada level 6.897.
Research Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas Arinda Izzaty Hafiya merekomendasikan saham untuk hari ini yaitu SIDO support diharga 745 lalu resisten di 78, lalu MBMA di support 580 serta resisten di 625.
Sedangkan IHSG sendiri diprediksi support di level 6840 dan resistance di 7000.
Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pada perdagangan hari ini, Senin 10 Juni 2024 dibuka menguat 0,19 persen di 6.910,72. Beberapa detik berjalan indeks mulai terkena serangan jual, sehingga membuat koreksi 0,01 persen di 6.897,28 dalam semenit pertama.
Pada pembukaan IHSG hari ini ada sebanyak 112 saham menguat, 166 saham melemah, 239 lainnya tak berubah. Nilai transaksi perdagangan awal mencapai Rp310,73 miliar dari net-volume 495,48 juta saham yang diperdagangkan.
LQ45 menguat 0,13 persen di 885,06, indeks JII melemah 0,18 persen di 510,37, indeks MNC36 menanjak 0,07 persen di 330,89, dan IDX30 tumbuh 0,02 persen di 441,10.
Sentimen Pasar Juni 2024
Pada bulan Juni 2024, sentimen pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan fluktuasi yang cukup signifikan. IHSG mengalami berbagai perubahan sepanjang awal bulan ini. Pada tanggal 3 Juni 2024, IHSG dibuka menguat dan naik 0,75 persen ke level 7.022,96, didorong oleh harapan data inflasi Mei yang stabil dan melandainya data PCE AS . Pada tanggal 5 Juni 2024, IHSG kembali naik tipis 0,002 persen dan menguat sedikit 0,06 persen ke level 7.103,87.
Namun, pada tanggal 7 Juni 2024, IHSG dibuka stagnan kemudian naik 0,09 persen ke 6.980,99. Pelaku pasar domestik menantikan data cadangan devisa Mei, sementara secara global menantikan data Non Farm Payroll AS. Pada tanggal 10 Juni 2024, IHSG turun 0,20 persen atau 13,696 poin ke level 6.884,254, menunjukkan adanya tekanan di pasar.
Secara keseluruhan, sentimen di pasar saham Indonesia pada bulan Juni 2024 menunjukkan dinamika yang cukup beragam, dipengaruhi oleh faktor domestik dan global, termasuk data ekonomi AS dan kondisi pasar dalam negeri.
Menjelang akhir Mei 2024, panorama ekonomi Indonesia menghadirkan kabar menggembirakan dengan pencapaian luar biasa dalam hal cadangan devisa. Data terbaru menunjukkan bahwa cadangan devisa Indonesia pada akhir bulan tersebut mencapai angka puncak, mencatat kenaikan signifikan dari bulan sebelumnya.
Angka yang diperoleh menunjukkan bahwa cadangan devisa Indonesia mencapai puncaknya pada 139,0 miliar dolar AS. Penambahan ini berarti terjadi lonjakan dari posisi pada akhir April 2024 yang hanya mencapai 136,2 miliar dolar AS.
Tingkat kinerja yang membanggakan ini membuktikan ketangguhan ekonomi Indonesia di tengah berbagai dinamika global yang tak terduga. Di tengah tantangan eksternal dan internal, Indonesia mampu mempertahankan dan bahkan meningkatkan cadangan devisa, menunjukkan kestabilan yang luar biasa.
Perlu dicatat bahwa posisi cadangan devisa yang mencapai titik tertinggi ini setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor, atau bahkan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Keberhasilan ini jelas melampaui standar kecukupan internasional yang umumnya hanya sekitar 3 bulan impor.
Kondisi ini mencerminkan kepercayaan yang tinggi terhadap perekonomian Indonesia, serta strategi yang tepat dalam menjaga stabilitas keuangan negara. Dengan pencapaian gemilang ini, Indonesia berada pada posisi yang kuat untuk menghadapi berbagai tantangan ekonomi yang mungkin muncul di masa mendatang. (*)