Logo
>

Rekor Baru! Investor BEI Tembus 15,8 Juta di Tengah Lonjakan

Peminat dari berbagai sektor cukup merata, mencerminkan luasnya potensi sektor riil yang ingin menghimpun dana melalui pasar modal.

Ditulis oleh Desty Luthfiani
Rekor Baru! Investor BEI Tembus 15,8 Juta di Tengah Lonjakan
Investor di Bursa Efek Indonesia meningkat signifikan. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Direktur Penilaian Bursa Efek Indonesia atau BEI, I Gede Nyoman Yetna, memaparkan data geliat kenaikan di pasar modal sepanjang 2025 dengan pipeline pencatatan saham, obligasi, dan aksi korporasi yang terus bertumbuh. 

    Hingga 2 Mei 2025, sebanyak 13 perusahaan telah resmi mencatatkan sahamnya di BEI, menghimpun dana publik sebesar Rp6,94 triliun. Antusiasme emiten pun terlihat dari daftar antrean yang terus bertambah, dengan 30 perusahaan kini berada dalam pipeline pencatatan saham BEI.

    "Terdapat 3 perusahaan yang masuk kategori aset skala kecil dengan total aset di bawah Rp50 miliar, 17 perusahaan berskala menengah dengan aset antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar, dan 10 perusahaan berskala besar dengan aset di atas Rp250 miliar," kata Nyoman melalui keterangan tertulis yang diterima KabarBursa.com, Minggu, 4 Mei 2025.

    Peminat dari berbagai sektor cukup merata, mencerminkan luasnya potensi sektor riil yang ingin menghimpun dana melalui pasar modal. Secara sektoral, pipeline pencatatan saham ini mencakup beragam industri. 

    Tercatat 1 perusahaan berasal dari sektor bahan baku (Basic Materials), 4 perusahaan dari sektor barang konsumsi siklikal (Consumer Cyclicals), serta 5 perusahaan dari sektor barang konsumsi non-siklikal (Consumer Non-Cyclicals). 

    Sektor energi diwakili oleh 3 perusahaan, sementara sektor keuangan dan kesehatan masing-masing menyumbang 4 perusahaan.

    Di sektor industri terdapat 3 perusahaan yang bersiap melantai, dan sektor infrastruktur mencatat 1 perusahaan. Tidak ada perusahaan dari sektor properti dan real estat dalam pipeline kali ini, sementara sektor teknologi diisi oleh 2 perusahaan dan sektor transportasi & logistik oleh 3 perusahaan.

    Di sisi pasar obligasi, aktivitas juga menunjukkan dinamika yang tinggi. Sampai saat ini, telah diterbitkan 44 emisi dari 31 penerbit Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS), dengan dana yang dihimpun mencapai Rp57,4 triliun.

    Pipeline obligasi turut menunjukkan geliat signifikan, dengan 56 emisi dari 43 penerbit yang tengah menunggu giliran. Menariknya, sektor keuangan menjadi tulang punggung pipeline ini dengan 23 perusahaan, disusul sektor energi sebanyak 8 perusahaan.

    Sektor bahan baku menyumbang 4 perusahaan, sektor barang konsumsi non-siklikal tercatat 3 perusahaan, dan sektor industri diwakili oleh 2 perusahaan. Sektor kesehatan, infrastruktur, dan properti & real estat masing-masing mencatat 1 perusahaan, sementara sektor teknologi serta transportasi & logistik tidak tercatat dalam pipeline obligasi saat ini.

    Untuk aksi korporasi, khususnya rights issue, BEI mencatat bahwa hingga 2 Mei 2025 telah ada 4 perusahaan yang berhasil menerbitkan rights issue dengan total nilai Rp0,86 triliun.

    Pipeline rights issue pun masih berjalan, dengan 4 perusahaan tercatat sedang memproses penerbitannya. Pipeline ini terdiri atas 2 perusahaan dari sektor bahan baku, 1 perusahaan dari sektor kesehatan, serta 1 perusahaan dari sektor transportasi & logistik.

    Hal ini juga menjadi sinyal positif bagi investor, karena semakin beragamnya sektor yang masuk ke lantai bursa akan memperkuat fundamental pasar kita ke depan.

    Sebelumnya, Nyoman sempat membeberkan ada setidaknya 32 perusahaan yang antre untuk melakukan buyback atau pembelian kembali saham.

    "Relaksasi kebijakan buyback tanpa RUPS (rapat umum pemegang saham) yang diberikan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) telah dimanfaatkan oleh 21 emiten, dengan total nilai anggaran sebesar Rp14,97 triliun. Hingga saat ini, sebanyak 15 emiten telah melaksanakan buyback dengan realisasi mencapai Rp429,72 miliar atau sebesar 2,87 persen," kata Nyoman dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, 11 April 2025. 

    Namun, dia tidak menjelaskan perusahaan mana saja yang telah melakukan pembelian kembali.

    Menurutnya, kebijakan tersebut merupakan bagian dari upaya regulator untuk menjaga stabilitas pasar di tengah potensi volatilitas. 

    “OJK bersama BEI secara aktif melakukan monitoring terhadap kondisi pasar untuk memastikan kebijakan yang responsif dan tepat sasaran,” tambahnya.

    Lebih lanjut, Nyoman menjelaskan bahwa hingga 10 April 2025, terdapat 11 perusahaan yang telah mencatatkan saham di BEI, dengan total dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp5,92 triliun. Selain itu, sebanyak 32 perusahaan saat ini masih berada dalam pipeline pencatatan saham, yang didominasi oleh perusahaan dengan aset skala menengah (17 perusahaan) dan besar (12 perusahaan).

    Nyoman menyebut komposisi sektor dari pipeline saham cukup beragam, dengan dominasi sektor consumer non-cyclicals sebanyak 7 perusahaan, disusul sektor healthcare dan consumer cyclicals masing-masing 5 dan 4 perusahaan.

    Ia juga menekankan pentingnya diversifikasi sektor dalam menjaga daya tahan pasar modal nasional.

    Di sisi surat utang, BEI mencatat hingga saat ini telah diterbitkan 37 emisi dari 27 penerbit efek bersifat utang dan sukuk (EBUS), dengan total dana dihimpun sebesar Rp50,1 triliun. 

    “Masih terdapat 47 emisi dari 36 penerbit EBUS yang berada dalam pipeline, didominasi sektor keuangan sebanyak 19 perusahaan atau 53,2 persen dari total pipeline,” ungkapnya.

    Untuk aksi korporasi rights issue, Nyoman menyebut bahwa hingga 10 April 2025 telah terdapat dua perusahaan tercatat yang melaksanakan rights issue dengan total nilai mencapai Rp470 miliar. 

    Adapun dalam pipeline rights issue, tercatat empat perusahaan dengan dominasi sektor basic materials dan healthcare.

    Nyoman menegaskan bahwa BEI terus berkomitmen memperluas pendalaman pasar serta mendukung upaya OJK dalam mendorong kemudahan akses dan efisiensi proses pencatatan efek, sejalan dengan transformasi ekonomi nasional yang inklusif dan berkelanjutan.

    Perkembangan positif di sisi aksi korporasi dan pencatatan efek ternyata juga selaras dengan pertumbuhan jumlah investor yang terus mencetak rekor. Meski pasar sempat diuji oleh dinamika global dan gejolak domestik, minat masyarakat terhadap instrumen investasi di pasar modal justru semakin membara.

    Tak hanya dari kalangan institusi, lonjakan investor ritel juga menunjukkan bahwa inklusi keuangan mulai menemukan jalannya. Dan ini bukan sekadar angka, karena di baliknya, ada perubahan perilaku finansial yang patut disorot.

    Investor Pasar Modal Tembus 15 Juta

    Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan, jumlah investor pasar modal per April 2025 mencapai 15.888.836. Adapun di akhir 2024 total investor berjumlah 14.871.639.

    Selain itu, Jeffrey menyampaikan bahwa Single Investor Identification (SID) saham per April 2025 turut mengalami pertumbuhan menjadi 15.888.836, sementara per akhir tahun lalu SID mencapai 6.381.444.

    "Yang menarik adalah penambahan jumlah SID Saham antara tanggal 28 Maret sampai 8 April. Selama libur Idul Fitri, ada penambahan 38.676 SID Saham baru atau 10,7 persen dari total penambahan SID Saham selama tahun 2025," kata dia di Jakarta, Rabu, 9 April 2025.

    Jeffrey kemudian berbicara mengenai Kondisi fundamental perusahaan yang tercatat di BEI. Dari laporan keuangan 703 emiten, kata dia, terjadi pertumbuhan di tahun 2024 dibanding 2023.

    Pertumbuhan tersebut meliputi aset 6,31 persen, ekuitas 7,91 persen, pendapatan 3,24 persen, dan laba bersih 19,32 persen. 

    Sebelumnya, BEI memiliki sejumlah target dalam menyambut tahun 2025. Salah satu ambisinya ialah menggaet investor.

    BEI, dalam keterangannya menyampaikan, pada tahun 2025 menargetkan pertumbuhan 2 juta investor baru. Adapun target lainnya ialah rata-rata nilai transaksi saham harian mencapai Rp13,5 triliun, dan total jumlah pencatatan efek baru di pasar modal mencapai 407 efek.

    "Pencapaian target tersebut tentunya memerlukan dukungan serta kontribusi dari seluruh stakeholders pasar modal demi mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia," tulis manajemen BEI di Jakarta, Senin, 30 Desember 2024.

    Di sisi lain, BEI juga akan tetap melaksanakan sejumlah inisiatif dalam rangka pendalaman pasar, mulai dari sisi peningkatan likuiditas pasar, pengembangan produk dan instrumen baru, hingga penyempurnaan teknologi dan infrastruktur.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Desty Luthfiani

    Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

    Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

    Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

    Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".