KABARBURSA.COM - Harga emas global anjlok lebih dari 2 persen. Tak lama setelah menyentuh rekor tertinggi di atas 4.300 dolar AS per ons. Dolar yang menguat dan pernyataan Presiden AS Donald Trump soal ketidakberlanjutan tarif penuh terhadap China memicu pembalikan arah pasar logam mulia.
Emas spot terpangkas 2,6 persen ke level 4.211,48 dolar AS per ons pada pukul 13.38 waktu New York. Sebelumnya, logam ini sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di angka 4.378,69 dolar AS per ons. Tonggak psikologis 4.300 dolar berhasil ditembus untuk pertama kalinya pada Kamis. Meski turun tajam, emas masih berpotensi mencatatkan kenaikan mingguan sekitar 4,8 persen.
Kontrak berjangka emas AS pengiriman Desember juga terkoreksi, ditutup melemah 2,1 persen di posisi 4.213,30 dolar AS per ons. Seperti dikutip reuters.
Sementara itu, indeks dolar AS naik tipis 0,1 persen. Penguatan ini membuat emas yang dihargakan dalam mata uang AS menjadi lebih mahal bagi pembeli di luar negeri, memperlemah daya beli pasar global.
Sebelumnya, harga emas berada di jalur untuk membukukan lonjakan mingguan terbesar sejak krisis keuangan 2008, saat kebangkrutan Lehman Brothers mengguncang tatanan keuangan dunia.
"Retorika Trump yang kini terdengar lebih menenangkan sejak pengumuman tarif 100 persen memicu redanya kegelisahan di pasar logam," ujar Tai Wong, seorang pedagang logam independen yang berbasis di New York.
Trump pada hari yang sama juga mengonfirmasi rencana pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping. Kabar ini ikut meredakan kekhawatiran investor akan potensi eskalasi perang dagang dua raksasa ekonomi dunia.
Emas, yang kerap dianggap sebagai aset pelindung kala gejolak, telah melesat lebih dari 64 persen sepanjang tahun ini. Lonjakan didorong oleh kombinasi faktor: ketegangan geopolitik, akumulasi emas oleh bank sentral, pelemahan dolar, serta derasnya arus modal ke produk investasi berbasis emas seperti ETF. Selain itu, spekulasi pemangkasan suku bunga acuan turut menopang performa emas yang tak menawarkan imbal hasil.
“Kami perkirakan harga emas rata-rata bisa mencapai 4.488 dolar AS pada 2026, dengan potensi kenaikan lanjutan dari faktor-faktor struktural yang menopang permintaan,” ungkap Suki Cooper, Kepala Riset Komoditas Global di Standard Chartered Bank.
Pasar saat ini memperkirakan akan ada pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh The Fed dalam pertemuan Oktober, serta satu lagi di bulan Desember.
Bank global HSBC turut merevisi proyeksi harga emas 2025, menambah 100 dolar menjadi 3.455 dolar AS per ons. Lembaga ini juga tak menutup kemungkinan harga emas bisa menembus 5.000 dolar AS per ons pada 2026.
Di sisi lain, permintaan emas fisik di kawasan Asia tetap bergairah meski harga meroket. Di India, premi emas bahkan menyentuh titik tertinggi dalam satu dekade, bersamaan dengan datangnya musim festival.
Harga perak spot ikut terseret, ambles 5,6 persen menjadi 51,20 dolar AS per ons setelah sempat menyentuh rekor 54,47 dolar AS. Meski demikian, logam ini masih diperkirakan mencatat kenaikan mingguan sekitar 2 persen. Platinum tak luput dari tekanan, turun 6,1 persen menjadi 1.607,85 dolar AS, sementara paladium jatuh lebih dalam—merosot 7,9 persen ke 1.485,50 dolar AS per ons.(*)