KABARBURSA.COM - Bursa Efek Indonesia (BEI) angkat bicara mengenai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menurun sebesar 1,83 persen ke level 6.485 pada perdagangan Kamis, 27 Februari 2025.
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik mengatakan pergerakan IHSG dikarenakan dinamika pasar yang terjadi akibat dari permintaan dan penawaran.
"Saya kira itu adalah keputusan investor yang kita harapkan itu (IHSG) akan segera pulih," ujarnya kepada media di gedung BEI, Jakarta, Kamis, 27 Februari 2025.
Dengan kondisi seperti ini, Jeffrey menegaskan BEI terus melakukan sejumlah upaya untuk investor yang pada akhirnya bisa memulihkan pergerakan IHSG.
Salah satu upaya BEI, kata Jeffrey, adalah pendalaman pasar yang dilakukan dengan menambah produk sebagai fasilitas untuk investor. Dia bilang, produk yang ditawarkan BEI bisa digunakan ketika pasar sedang bullish maupun bearish.
"Oleh karena itu, kita sekarang sudah punya single stock futures bisa digunakan oleh investor untuk mengoptimalkan keuntungan bila pasar sedang bearish," tuturnya.
Lebih jauh Jeffey membeberkan, sejak awal 2025 hingga kini dana asing telah keluar sekitar Rp10 triliun di pasar saham Indonesia. Terkait hal ini, dia menyatakan BEI juga terus mendorong pertumbuhan investor domestik agar basis investor di dalam negeri menjadi jauh lebih kuat.
"Sehingga pasar kita akan lebih stabil dalam kondisi terjadi dana asing keluar maupun masuk," jelasnya.
Jeffrey pun berharap upaya yang dilakukan tersebut bisa menjadi katalis positif, tidak hanya untuk pasar modal, tapi juga perekonomian Indonesia secara luas.
Terpisah, Founder Stocknow.id Hendra Wardana menyebut salah satu pelemahan IHSG ini dipengaruhi oleh tekanan jual yang didominasi investor asing yang mencatatkan net sell hingga Rp1,78 triliun.
Adapun saham-saham big caps menjadi sasaran utama aksi jual, seperti BBRI (-Rp593 miliar), BBCA (-Rp526 miliar), BMRI (-Rp452 miliar), dan BRIS (-Rp78 miliar).
"Salah satu pemicu utama tekanan ini adalah keputusan Morgan Stanley yang menurunkan peringkat saham MSCI Indonesia dari 'equal weight' menjadi 'underweight'," ujar dia kepada Kabarbursa.com, Jumat, 28 Februari 2025.
Hendra melanjutkan, tekanan terhadap IHSG semakin diperparah oleh ketidakpastian pasar terhadap keberadaan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Menurutnya, masih terdapat banyak pihak yang mempertanyakan efektivitas dan transparansi pengelolaan Danantara.
"Keraguan investor ini tercermin dari tekanan besar pada saham-saham perbankan, yang mayoritas melemah tajam dengan BMRI turun 5,28 persen, BBRI melemah 2,85 persen, dan BRIS anjlok 8,36 persen," jelasnya.
Selain itu, sambung Hendra, sentimen global turut berkontribusi terhadap tekanan IHSG. Pemerintahan Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump baru saja mengumumkan penundaan penerapan tarif impor dari Kanada dan Meksiko ke 2 April mendatang.
Meskipun ini memberikan sedikit kelegaan, Hendra melihat pasar tetap waspada terhadap potensi kebijakan proteksionisme AS yang lebih luas, termasuk rencana penerapan tarif 25 persen terhadap impor dari Uni Eropa yang semakin memperburuk ketidakpastian global.
"Ditambah lagi, ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan Asia Timur menambah beban bagi investor, yang semakin berhati-hati dalam mengambil risiko," pungkasnya.
Bursa Eropa Terkoreksi
Di sisi lain diberitakan sebelumnya, saham Eropa mundur dari level tertinggi rekor pada Kamis, 27 Februari 2025, dengan produsen mobil memimpin penurunan saat investor mengevaluasi dampak potensi tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap Uni Eropa.
Seperti dikutip dari Reuters, indeks pan-Eropa STOXX 600 turun 0,5 persen setelah mencapai level tertinggi rekor pada hari Rabu, 26 Februari 2025.
Indeks saham otomotif Eropa dan pembuat komponen turun lebih dari 3,7 persen. Stellantis turun 5,2 persen, BMW kehilangan 3,8 persen, dan Porsche turun 3,3 persen.
Ferrari mencatatkan penurunan terbesar, turun 7,9 persen, setelah Exor menjual sekitar 4 persen sahamnya di produsen mobil mewah tersebut seharga EUR3 miliar (USD3,14 miliar).
Komisi Eropa menyatakan akan bereaksi "dengan tegas dan segera terhadap hambatan yang tidak sah terhadap perdagangan bebas dan adil," sebagai tanggapan terhadap tarif yang dijatuhkan oleh Trump.
"Pertanyaan pertama adalah seberapa nyata ancaman ini, karena sejauh ini kita telah melihat bahwa dia akan menggunakannya sebagai alat tawar-menawar," kata Yvan Mamalet, ekonom senior di SG Kleinwort Hambros.
"Uni Eropa mengimpor banyak layanan dari AS, terutama dari raksasa teknologi, sehingga UE bisa menunjukkan pembalasan yang mungkin membantu menghindari tarif. Ekspor ke AS masih merupakan bagian kecil dari PDB zona euro, jadi dampaknya mungkin moderat."
Saham teknologi turun 2,2 persen, tertekan oleh raksasa teknologi SAP dan ASML, setelah hasil kuartalan Nvidia, pemimpin AI AS, gagal membuat investor terkesan.
Sebagian besar sektor di STOXX 600 tutup lebih rendah, namun saham energi menjadi titik terang, didorong oleh kenaikan harga minyak.
Sementara itu, sistem Bank Sentral Eropa yang menangani transaksi sebesar USD1,9 triliun per hari di seluruh kawasan mengalami gangguan yang dapat menunda penyelesaian pembayaran.
Sebuah jajak pendapat Reuters menunjukkan bahwa ECB diperkirakan akan memangkas suku bunga deposito lagi menjadi 2,5 persen pada pekan depan.
Sebagian besar bursa saham regional juga ditutup lebih rendah pada hari itu. FTSE 100 Inggris dan ISEQ Irlandia menjadi pengecualian, masing-masing naik 0,3 persen dan 0,4 persen.
Perusahaan supermarket online dan teknologi asal Inggris, Ocado, turun 18 persen dan berada di dasar STOXX 600 karena kekhawatiran pasar tentang lambatnya peluncuran situs robotiknya secara global.
Perusahaan konsultan IT Prancis, Sopra Steria, dan penyedia perlengkapan dapur dan pertukangan Howden Joinery, masing-masing turun 11 persen dan 6,1 persen setelah hasil tahunan mereka diumumkan.
Kelompok iklan Inggris, WPP, terjun 16,2 persen ke posisi terendah dalam lebih dari empat tahun setelah perusahaan melaporkan penurunan pendapatan organik 1 persen yang lebih besar dari perkiraan untuk tahun penuh. (*)