KABARBURSA.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa Indonesia berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang kuat pada triwulan I-2024, mencapai 5,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Sri Mulyani menekankan bahwa di tengah ketidakpastian global, ekonomi Indonesia terus menunjukkan ketangguhannya, yang tercermin dari pencapaian pertumbuhan pada triwulan tersebut.
Dalam hal pengeluaran, pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) mencapai 4,9 persen dan 24,3 persen (yoy) masing-masing.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga didorong oleh terkendalinya inflasi, meningkatnya aktivitas ekonomi selama Ramadhan, kenaikan gaji ASN, dan pemberian tunjangan hari raya (THR). Konsumsi oleh LNPRT melonjak tinggi, terutama terkait dengan aktivitas Pemilu 2024.
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PKP) juga tumbuh double digit sebesar 19,9 persen (yoy), dipengaruhi oleh kenaikan gaji ASN, pemberian THR, belanja barang, dan belanja sosial.
Sementara itu, Pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi mencapai 3,8 persen (yoy), didukung oleh belanja modal pemerintah terkait infrastruktur.
Investasi sektor swasta juga menunjukkan kinerja positif, dengan pertumbuhan Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri triwulan I yang tinggi.
Namun, pertumbuhan ekspor dan impor Indonesia dipengaruhi oleh tren perlambatan ekonomi global. Ekspor riil masih tumbuh, terutama didukung oleh peningkatan ekspor jasa dan volume ekspor produk utama. Namun, kontribusi net ekspor terhadap pertumbuhan mengalami kontraksi.
Sri Mulyani juga mengidentifikasi beberapa risiko global yang masih harus dihadapi ke depan, seperti kebijakan The Fed, eskalasi tensi geopolitik, dan disrupsi rantai pasok global.
Sebagai langkah antisipasi, otoritas moneter dan sektor keuangan akan terus memperkuat sinergi dan koordinasi untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional. Pemerintah juga akan terus melakukan monitoring terhadap potensi dampak dari dinamika global terhadap perekonomian domestik dan kondisi fiskal, serta mengoptimalkan APBN sebagai shock absorber untuk menjaga daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.