KABARBURSA.COM - Saham Jhonlin Agro Raya Tbl, dengan kode saham JARR, menutup pekan perdagangan 20–24 Oktober 2025 dengan perjalanan yang sangat liar dan bergejolak. Minat spekulatif sangat tinggi, begitu pula dengan volatilitas yang bergerak secara ekstrem.
Setelah sempat mengalami dua hari reli fantastis yang menggembirakan investor, saham ini justru ditutup dengan penurunan tajam di akhir pekan. Seperti ada pergulatan besar antara aksi beli agresif dan tekanan jual profit taking yang sangat kuat.
Pada perdagangan Jumat, 24 Oktober 2025, harga JARR anjlok 7,19 persen ke level Rp4.520 per saham, setelah sebelumnya melonjak lebih dari 50 persen hanya dalam dua hari. Sepanjang sesi, saham sempat mencapai level tertinggi Rp5.950, sebelum jatuh ke titik terendah Rp4.150.
Catatan ini menunjukkan rentang fluktuasi intraday yang luar biasa lebar. Volume transaksi pun mencapai 1,75 juta lot, dengan nilai perdagangan fantastis Rp912,69 miliar. Transaksi ini menjadi salah satu yang tertinggi di bursa untuk pekan ini.
Namun, di balik maraknya transaksi, data menunjukkan adanya tekanan jual dari investor asing dengan net sell sebesar Rp38,23 miliar. Sebuah sinyal bahwa sebagian pelaku institusional global mulai merealisasikan keuntungan setelah reli tajam.
Jika menelusuri perjalanan JARR sepanjang pekan, kisahnya bagaikan roller coaster. Awal minggu dimulai dengan tekanan berat, ketika saham dibuka di Rp3.660 dan langsung terkoreksi tajam dua hari berturut-turut, masing-masing -14,88 persen dan -14,75 persen.
Namun, pada pertengahan pekan, tepatnya 22 dan 23 Oktober, JARR bangkit luar biasa, naik 25 persen dua hari berturut-turut dari Rp3.120 menjadi Rp4.870. Lonjakan itu dipicu oleh gelombang akumulasi besar-besaran yang tampaknya dilakukan oleh pemain institusional dan spekulan besar yang memanfaatkan momentum pemulihan harga dari posisi rendah.
Sayangnya, euforia tersebut tidak bertahan lama. Pada 24 Oktober, saham kembali terseret ke bawah karena aksi ambil untung besar-besaran dari investor yang sudah menikmati capital gain tinggi dalam waktu singkat.
Risiko Tinggi JARR, Namun Posisi Menarik
Dari sisi teknikal, JARR berada dalam posisi menarik namun juga berisiko tinggi. RSI (Relative Strength Index) berada di 65,12, menandakan momentum beli masih ada, tetapi mendekati zona jenuh beli. Indikator MACD masih menunjukkan tren positif dengan nilai 1.189,37.
Sementara ADX di 76,2 mengindikasikan tren yang sangat kuat. Namun, kekuatan tren ini bisa dengan mudah berbalik arah jika tekanan jual berlanjut. Beberapa indikator seperti Stochastic dan Williams %R sudah mulai mengirim sinyal peringatan, dengan posisi di bawah ambang netral dan menunjukkan potensi koreksi teknikal setelah reli besar.
Rangkuman indikator teknikal secara keseluruhan masih dikategorikan “Sangat Beli”, dengan 7 sinyal beli dan hanya 2 sinyal jual. Namun jika diperhatikan lebih dalam, banyak indikator momentum (seperti StochRSI yang turun ke 15,19 dan Williams %R di -55) sudah mulai menandakan pelemahan tenaga beli.
Artinya, meskipun tren jangka pendek masih positif, risiko pembalikan arah dalam jangka sangat pendek menjadi lebih besar.
Menariknya, dari sisi moving average, semua garis utama, mulai dari MA10 hingga MA200, masih berada jauh di bawah harga saat ini. Artinya, tren jangka menengah hingga panjang masih sangat bullish.
Ini memperlihatkan bahwa secara struktur, saham JARR masih dalam fase naik yang besar, tetapi dengan volatilitas tinggi yang mudah menciptakan koreksi tajam. Bahkan ATR (Average True Range) yang mencapai 1.200 poin menunjukkan fluktuasi harga harian yang ekstrem.
Ini membuktikan bahwa JARR saat ini menjadi ladang permainan trader momentum, bukan investor konservatif.
Pekan Depan, Harga JARR Bergerak ke Arah ini
Melihat dinamika tersebut, untuk pekan depan (27–31 Oktober 2025), JARR kemungkinan besar akan memasuki fase konsolidasi teknikal. Setelah dua hari reli besar dan satu hari koreksi signifikan, pasar perlu waktu untuk menyeimbangkan kembali posisi beli dan jual.
Jika tekanan jual mereda dan harga mampu bertahan di atas area psikologis Rp4.300–Rp4.400, peluang rebound ke zona Rp4.900–Rp5.200 terbuka lebar. Namun, jika tekanan jual asing berlanjut dan volume menurun, koreksi lanjutan ke area Rp4.000–Rp3.850 sangat mungkin terjadi. Terutama, karena area tersebut bertepatan dengan batas bawah ARB (auto rejection bawah).
Yang perlu dikritisi dari data JARR adalah volatilitasnya yang sangat ekstrem dan tidak sepenuhnya ditopang oleh fundamental yang kuat. Lonjakan harga puluhan persen dalam hitungan hari menunjukkan bahwa pergerakan saham ini lebih banyak digerakkan oleh momentum jangka pendek dan spekulasi tinggi ketimbang faktor kinerja korporasi.
Selain itu, anomali data volume dan nilai transaksi yang naik-turun tajam memperlihatkan adanya aksi keluar-masuk dana dalam jumlah besar yang bisa memicu gejolak harga sewaktu-waktu. Bagi investor jangka panjang, ini merupakan sinyal kehati-hatian yang penting, karena reli besar semacam ini sering kali diikuti oleh fase koreksi cepat.
Secara keseluruhan, JARR menutup pekan dengan status “panas”. Saham ini sedang berada di radar banyak pelaku pasar, tetapi juga penuh risiko. Sinyal teknikal memang masih mendukung tren naik, namun investor perlu waspada terhadap potensi koreksi tajam akibat tekanan jual lanjutan dan rotasi sektor.
Jika mampu mempertahankan posisi di atas Rp4.500 sambil menjaga volume tinggi dan mengundang kembali minat beli asing, saham ini bisa menguji kembali area Rp5.500–Rp5.800 dalam jangka pendek.
Namun, jika momentum melemah dan aksi profit taking meluas, pekan depan bisa menjadi fase penentuan apakah reli JARR berlanjut, atau mulai kehilangan tenaga.(*)