KABARBURSA.COM - Rupiah diperkirakan akan melemah saat memasuki perdagangan awal pekan, Senin (25/3). Nilai tukar rupiah masih dipengaruhi oleh sentimen risk-off dari faktor eksternal.
Mengutip data Bloomberg 23 Maret 2024, rupiah spot mengalami pelemahan sekitar 0,73persen secara harian dan ditutup pada level Rp15.783 per dolar AS. Selaras dengan itu, rupiah Jisdor juga melemah sekitar 0,71persen ke level Rp 15.773 per dolar AS.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang, Lukman Leong, mengungkapkan bahwa pelemahan rupiah di akhir pekan terkait dengan penguatan dolar AS yang signifikan. Ini dipicu oleh data ekonomi Amerika yang lebih kuat dari perkiraan, seperti klaim pengangguran, manufaktur, dan penjualan rumah.
Sementara itu, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa penguatan dolar AS terjadi karena penurunan suku bunga Swiss National Bank (SNB) mengganggu prospek Fed. SNB secara tiba-tiba memangkas suku bunga utamanya sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 1,50persen pada Kamis (21/3).
Hal ini membuat dolar melonjak karena SNB menjadi bank sentral pertama yang memangkas suku bunga setelah siklus kenaikan suku bunga yang panjang akibat pandemi COVID-19. Di sisi lain, The Fed memperkirakan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pada tahun 2024.
Meskipun The Fed kemungkinan akan menurunkan suku bunga pada bulan Juni, sikapnya yang relatif hawkish diperkirakan akan menguntungkan dolar, ungkap Ibrahim dalam risetnya.
Dari sisi internal, Ibrahim menambahkan bahwa aktivitas investasi pasca Pemilu 2024 telah meningkat, dan investor tidak lagi menunggu untuk bertindak. Pola belanja modal juga mengalami peningkatan setelah sebelumnya mengalami penurunan.
Meskipun demikian, Lukman memproyeksikan bahwa rupiah kemungkinan akan mengalami fluktuasi dan kemungkinan akan melemah, dengan kisaran perdagangan diperkirakan antara Rp 15.770 hingga Rp 15.880 per dolar AS pada Senin (25/3).
Lukman juga memperkirakan bahwa rupiah berpotensi melemah terbatas, dengan kisaran perdagangan diperkirakan antara Rp 15.700 hingga Rp 15.850 per dolar AS.
Para investor diharapkan tetap memantau perkembangan serangan teroris di Rusia yang dapat mempengaruhi sentimen risk off dan memperkuat dolar AS di awal pekan.
Di samping itu, tidak banyak data ekonomi yang diantisipasi pada pekan depan, baik dari dalam maupun luar negeri. Oleh karena itu, investor akan fokus pada data inflasi Price Consumption Expenditure (PCE) AS pada Jumat (29/3) mendatang.
Dengan demikian, rupiah diperkirakan akan mengalami konsolidasi dengan potensi pelemahan yang terbatas.