Logo
>

Rupiah Berpotensi Lemah meski Sentimen Pasar Global Menguat

Ditulis oleh Syahrianto
Rupiah Berpotensi Lemah meski Sentimen Pasar Global Menguat

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Perdagangan rupiah di pasar spot hari ini, Selasa, 28 Mei 2024, diperkirakan akan mengalami tekanan turun meskipun sebenarnya terdapat peluang penguatan berdasarkan sentimen pasar global.

    Mata uang dari negara berkembang semalam secara umum menguat meskipun dolar Amerika Serikat (AS) melemah. Indeks Mata Uang dari Negara Berkembang MSCI menguat sebesar 0,1 persen, sementara Indeks Saham Negara Berkembang MSCI naik sebesar 0,7 persen pada saat indeks dolar AS melemah sebesar 0,37 persen.

    Namun, kenaikan harga minyak karena meningkatnya ketegangan di Timur Tengah mungkin akan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar hari ini, sambil menunggu berbagai data ekonomi penting yang akan dirilis dalam minggu yang sibuk ini.

    Meskipun secara global ada sinyal yang menunjukkan potensi penguatan rupiah, namun sinyal dari pasar luar negeri menunjukkan kecenderungan sebaliknya.

    Rupiah NDF 1 bulan di penutupan pasar New York dini hari tadi ditutup melemah 0,2 persen ke kisaran Rp16.082 per USD dan pagi ini di bergerak di Rp16.088 per USD. Begitu juga NDF 1 minggu yang juga melemah di kisaran Rp16.080 per USD pagi ini.

    Pelemahan rupiah offshore kerap menjadi sinyal pergerakan yang sama di pasar spot. Sementara pada saat yang sama, indeks dolar AS ditutup turun 0,37 persen dan pagi ini masih berlanjut melemah.

    Rupiah kelihatan masih tertekan sentimen buruk global pekan lalu di kala pasar domestik tutup karena libur dua hari. Para pemodal baru mengeksekusi penjualan aset saham dan obligasi terlihat dari kenaikan yield atau imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) dan pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin.

    Selain itu, laporan posisi APBNKita kemarin sore mungkin memberikan tekanan tambahan di mana Indonesia mencatat penurunan pendapatan negara akibat anjloknya harga komoditas global yang mempengaruhi profitabilitas badan usaha di sektor tambang dan akhirnya menurunkan setoran pajak badan usaha.

    Penerimaan pajak turun di semua jenis, mulai dari pajak penghasilan (PPH) nonmigas yang turun 8,25 persen, lalu pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan atas barang mewah (PPNBM) yang juga anjlok 8,95 persen. Pajak bumi dan bangunan (PBB) dan pajak lain juga anjlok 21,34 persen, disusul penurunan PPH migas hingga 23,2 persen.

    Bukan hanya sektor tambang, setoran pajak dari industri pengolahan turun 13,8 persen, padahal industri ini menjadi penyumbang terbesar penerimaan pajak RI selama empat bulan terakhir dengan persentase mencapai 26 persen.

    "Perusahaan-perusahaan dengan harga komoditas yang turun ada penurunan profitabilitas sehingga (setoran) pajak juga mengalami penurunan, terutama di pertambangan," ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam jumpa pers APBN Kita, Senin, 27 Mei 2024.

    Hari ini, pelaku pasar akan menanti rilis data Indeks Keyakinan Konsumen Amerika pada Mei, lalu inflasi harga produsen Jepang sektor jasa. Tiga pejabat The Fed juga dijadwalkan bicara di forum Bank of Japan hari ini di mana pernyataan mereka biasanya mempengaruhi ekspektasi pasar terhadap potensi penurunan bunga acuan The Fed.

    Pemerintah juga menggelar lelang Surat Utang Negara hari ini dengan target indikatif Rp22 triliun dan maksimal Rp33 triliun.

    Pada pembukaan pasar Asia pagi ini, terlihat beberapa mata uang Asia bergerak menguat seperti won Korea, begitu juga yuan offshore dan peso Filipina serta dolar Taiwan dan dolar Hong Kong. Namun, beberapa mata uang melemah seperti baht Thailand, rupee India, ringgit Malaysia juga dong Vietnam.

    Indeks saham utama di Asia juga terpantau menguat di mana Nikkei naik 0,66 persen, Hang Seng menguat 1,17 persen, indeks Shanghai menguat 1,14 persen, disusul indeks saham Taiwan juga menguat 1,25 persen.

    Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melemah dengan koreksi terbatas di antara area Rp16.070-Rp16.100 per USD, dengan support terkuat Rp16.150 per USD.

    Sementara trendline terdekat pada time frame daily menjadi resistance psikologis potensial pada level Rp16.000 per USD. Kemudian, target penguatan optimis lanjutan untuk dapat menguat ke level Rp15.980 per USD.

    Selama nilai rupiah bertengger di atas Rp16.050 per USD, maka masih ada potensi untuk lanjut melemah. Namun sebaliknya apabila terjadi penguatan hingga di bawah Rp16.000 per USD dalam tren jangka pendek maka nilai rupiah berpotensi terus menguat hingga menuju Rp15.900 per USD.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.