Logo
>

Rupiah Ditutup Mantap di Level Rp16.343

Ditulis oleh Yunila Wati
Rupiah Ditutup Mantap di Level Rp16.343

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Rupiah pada penutupan perdagangan Selasa, 21 Januari 2025, mantap berada di level Rp16.343. Ini artinya, rupiah berhasil menguat sebesar 0,15 persen atau naik hingga 24 poin.

    Sentimen positif ini muncul dari kebijakan perdagangan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, hingga akhirnya faktor utama yang mempengaruhi penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sementara, pada Senin, 20 Januari 2025, kurs rupiah berada di level Rp16.367 per dolar AS.

    Salah satu penyebab utama penguatan rupiah ini adalah langkah Trump yang tidak langsung menerapkan kebijakan kenaikan tarif impor terhadap negara-negara seperti China, Kanada, dan Meksiko.

    Kebijakan tarif impor yang tidak segera diterapkan ini membawa pengaruh besar terhadap indeks dolar AS, yang mengalami pelemahan.

    Dalam pidato perdananya sebagai presiden terpilih, Trump mengisyaratkan niatnya untuk mengevaluasi kembali hubungan perdagangan AS, khususnya terkait dengan kenaikan tarif terhadap impor dari negara-negara mitra utama.

    Meski begitu, Presiden Trump juga menandatangani perintah eksekutif yang mendorong kebijakan "America First", yang menekankan kepentingan nasional AS dalam perdagangan global.

    Perintah tersebut menginstruksikan lembaga-lembaga federal untuk menyelidiki praktik perdagangan yang dianggap tidak adil dan meninjau kembali perjanjian perdagangan yang ada.

    Meski Trump membuka dialog positif dengan Presiden China Xi Jinping, masalah tarif perdagangan - terutama terhadap China - masih sangat mungkin terjadi. Pembicaraan antara kedua negara sempat menjadi salah satu tanda positif dalam hubungan mereka, meskipun ketegangan perdagangan tetap membayangi ke depan.

    Peningkatan tarif perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia ini tentu bisa mengganggu stabilitas perdagangan global dan meningkatkan ketidakpastian ekonomi. Dalam hal ini, kemungkinan adanya retaliasi dari negara-negara besar lainnya terhadap kebijakan tarif ini membuka ruang bagi terjadinya perang dagang baru.

    Namun, China, yang tengah menghadapi berbagai tantangan ekonomi domestik, diprediksi akan mencari jalan keluar dengan memfokuskan pada stimulus tambahan untuk menopang pertumbuhan ekonomi mereka. Hal ini dapat mempengaruhi prospek ekonomi global, terutama dalam konteks hubungan dagang AS-China.

    Stimulus Swasembada Pangan dan Energi

    Dari dalam negeri, kebijakan pemerintah Indonesia turut memberikan sentimen positif yang mendukung penguatan rupiah. Pemerintah di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto memiliki optimisme yang tinggi terkait capaian target swasembada pangan dan energi.

    Di hari-hari awal pemerintahan, Prabowo menyatakan bahwa target swasembada pangan, yang sebelumnya direncanakan baru bisa tercapai pada tahun 2029, kini dapat direalisasikan dalam kurun waktu yang lebih pendek, yakni hanya dua tahun ke depan.

    Hal ini menunjukkan ambisi besar pemerintah Indonesia dalam mewujudkan kemandirian dalam sektor pangan dan energi.

    Salah satu langkah besar yang dicanangkan adalah implementasi kebijakan B40, yang mewajibkan penggunaan campuran biodiesel berbasis minyak sawit sebanyak 40 persen pada bahan bakar minyak (BBM).

    Kebijakan ini, yang mulai diterapkan pada 1 Januari 2025, diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada impor BBM, menghemat devisa, dan berkontribusi pada penguatan ekonomi domestik.

    Sebelumnya Kabarbursa.com juga telah memberitakan, bahwa pada penutupan perdagangan sesi pertama rupiah telah menguat, mencapai level Rp16.335 per dolar AS. Ini menandai penguatan sebesar 32 poin atau sekitar 0,20 persen dibandingkan dengan posisi pada hari sebelumnya, yang tercatat di Rp16.367 per dolar AS.

    Penguatan rupiah ini sebagian besar dipicu oleh sentimen pasar yang positif setelah pidato pelantikan Presiden Donald Trump, di mana ia memberikan sinyal bahwa kebijakan perdagangan yang lebih ketat, khususnya mengenai tarif impor, tidak akan diberlakukan dalam waktu dekat. Langkah ini diharapkan dapat meredam risiko inflasi yang selama ini dikhawatirkan pasar.

    Chief Economist dan Head of Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto, dalam riset tertulisnya hari ini, menjelaskan bahwa dampak dari pidato Trump tersebut dapat terlihat dalam penurunan indeks dolar AS (DXY), yang berakhir di level 108,1, terendah sejak akhir Desember 2024.

    Penurunan tersebut diiringi dengan optimisme pasar terkait dengan tidak adanya pengumuman kenaikan tarif perdagangan yang dapat menambah tekanan inflasi, terutama terhadap barang-barang impor asal China.

    Pergerakan ini seiring dengan meredanya kekhawatiran sebelumnya bahwa kebijakan proteksionis Trump akan menambah beban inflasi. Malahan, pidato tersebut memberi harapan terhadap kebijakan ekonomi yang lebih ramah bisnis, mengindikasikan keberlanjutan kondisi yang lebih stabil dalam jangka pendek.

    Dengan dolar AS yang melemah, mata uang kripto, seperti Bitcoin, pun mengalami kenaikan, menembus level tertinggi di atas USD109,0. Ini merupakan sebuah fenomena yang mengindikasikan respons positif terhadap kebijakan yang berpihak pada pasar aset digital.

    Selain itu, harga minyak mentah jenis Brent juga tercatat melemah kembali di bawah USD80 per barel, seiring dengan pengumuman Trump yang menginisiasi “darurat energi nasional” dan menargetkan peningkatan produksi minyak domestik.

    Meski sektor energi menghadapi tantangan, pasar saham Eropa merespons positif pidato Trump, tercermin dari penguatan Euro.

    Secara keseluruhan, pelemahan dolar AS saat ini memberikan sinyal positif bagi ekonomi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Rully menilai tren pelemahan dolar ini memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga kebijakan, yang pada gilirannya akan berdampak positif pada pasar saham, khususnya saham perbankan.

    Ekspektasi pasar akan pengurangan suku bunga semakin kuat setelah Trump menyampaikan komitmennya untuk mengatasi inflasi tanpa membebani perekonomian global lebih lanjut.

    Dari berbagai sentimen yang beredar, baik dari kebijakan luar negeri AS maupun langkah ekonomi dalam negeri, terlihat adanya harapan akan pemulihan yang lebih cepat dalam perekonomian global maupun Indonesia.

    Kepercayaan diri yang ditunjukkan oleh pemerintah Indonesia dalam menggenjot sektor swasembada pangan dan energi berimbas pada penguatan rupiah. Dengan adanya langkah strategis tersebut, harapan akan kemajuan ekonomi domestik semakin realistis, yang akhirnya turut memberikan efek positif pada stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79