Logo
>

Rupiah Ditutup Melemah ke Rp15.439, Dipicu Sentimen Global dan Ketidakpastian Geopolitik

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Rupiah Ditutup Melemah ke Rp15.439, Dipicu Sentimen Global dan Ketidakpastian Geopolitik

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali tertekan. Pada Kamis, 12 September 2024, rupiah ditutup melemah 37 poin ke posisi Rp15.439 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp15.402. Pelemahan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal yang menambah ketidakpastian ekonomi global.

    Di pasar global, indeks dolar AS menguat setelah data inflasi inti AS untuk Agustus tercatat lebih tinggi dari ekspektasi. Inflasi yang lebih kuat ini memicu kekhawatiran bahwa Federal Reserve akan mengambil langkah lebih hati-hati dalam memangkas suku bunga.

    CME Fedwatch menunjukkan bahwa peluang pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan Fed pekan depan berkurang drastis, sementara pemotongan 25 basis poin menjadi lebih mungkin.

    “Prospek pemotongan suku bunga yang lebih kecil ini membuat dolar AS semakin kuat, memberikan tekanan tambahan pada mata uang yang berlawanan, termasuk rupiah,” ujar Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, dalam analisis hariannya yang diterima KabarBursa, Kamis, 12 September 2024.

    Selain itu, perhatian investor juga tertuju pada keputusan suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB) yang diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin. Pernyataan Presiden ECB Christine Lagarde pada Kamis malam akan menjadi sorotan untuk memberikan sinyal apakah akan ada penurunan suku bunga lebih lanjut pada bulan-bulan mendatang.

    Di dalam negeri, ketidakpastian geopolitik global, terutama di Timur Tengah dan Eropa, turut membayangi prospek ekonomi Indonesia.

    “Tensi geopolitik yang memicu lonjakan harga minyak global menambah tekanan inflasi, dan negara-negara maju enggan menurunkan suku bunga. Ini memperburuk kondisi bagi negara berkembang seperti Indonesia,” kata Ibrahim.

    Di sisi lain, perlambatan ekonomi di Cina sebagai salah satu mitra dagang terbesar Indonesia turut memengaruhi ekspor nasional, yang selama ini menjadi penopang penting ekonomi domestik.

    Menjelang pelantikan Prabowo-Gibran sebagai Presiden dan Wakil Presiden pada Oktober mendatang, pemerintah baru dihadapkan pada tantangan besar untuk menjaga stabilitas ekonomi. Pemerintah dituntut membuat kebijakan ekonomi yang responsif dan cerdas untuk menjaga kepentingan nasional di tengah ketidakpastian global.

    Pada perdagangan besok, rupiah diperkirakan akan bergerak fluktuatif di kisaran Rp15.340 hingga Rp15.450.

    Rupiah Memikat

    Mata uang rupiah kemarin ditutup memikat, melesat cepat ke level Rp15.402 per dolar AS. Artinya, rupiah menguat 53 poin atau 0,34 persen jika dibandingkan akhir perdagangan Selasa sore, di level Rp15.455 per dolar AS.

    Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, menjelaskan, penguatan rupiah didorong pelaku pasar yang sedang fokus menantikan publikasi inflasi indeks harga konsumen AS yang akan dirilis malam ini. Data ini secara luas diharapkan menjadi faktor penentu dalam prospek suku bunga acuan the Fed ke depan.

    "Menurunnya ekspektasi untuk pemotongan 50 bps telah mengguncang pasar saham sejak seminggu lalu, di tengah beberapa tanda ketahanan dalam ekonomi AS,” kata Ibrahim.

    Sementara, data CPI yang muncul seminggu sebelum pertemuan FOMC the Fed, Bank sentral AS tersebut diharapkan memangkas suku bunga, setidaknya 25 basis poin. Untuk diketahui, data inflasi AS pada Juli tercatat 2,9 persen yoy. Sedangkan pelaku pasar mengantisipasi data inflasi AS pada Agustus diperkirakan melandai ke level 2,6 persen yoy.

    Lalu, berdasarkan perangkat survei CME FedWatch, mayoritas pelaku pasar (sebanyak 71 persen) memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps, padahal prediksi penurunan sebesar 50 basis poin.

    Debat Capres AS

    Debat capres antara Kamala Haris dan Donald Trump berlangsung sengit, berakibat pada kurs rupiah yang agak tertahan pada pembukaan sesi pertama.

    Dalam debat antara Wakil Presiden Kamala Harris dan Donald Trump menjelang pemilihan presiden AS pada 5 November 2024, kedua calon membahas sejumlah isu penting, termasuk ekonomi, imigrasi, dan masalah hukum yang dihadapi Trump.

    Analis Ratasak Piriyanont dari Kasikorn Securities mencatat bahwa perdagangan global kemungkinan akan meningkat jika Harris menang, yang akan membawa dampak positif bagi ekspor dan nilai tukar di pasar negara berkembang, termasuk Asia.

    Sebaliknya, jika Trump menang, retorika agresifnya dan ketidakpastian kebijakan bisa memicu volatilitas yang lebih tinggi di pasar. Langkah-langkah proteksionis yang diterapkan oleh Trump dalam masa jabatan sebelumnya juga berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi Asia, memperburuk nilai tukar mata uang di kawasan tersebut.

    Debat ini, dengan hasil pemilihan yang semakin dekat, menambah keraguan tentang arah kebijakan AS dan dampaknya terhadap pasar global.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).