Logo
>

Rupiah Ditutup Terkoreksi Jelang Rilis Data Final PDB AS

Ditulis oleh Yunila Wati
Rupiah Ditutup Terkoreksi Jelang Rilis Data Final PDB AS

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah kembali mengalami koreksi terhadap dolar Amerika Serikat (AS), menutup perdagangan hari ini pada level Rp15.160 per USD, turun sebesar 0,43 persen dari penutupan sebelumnya. Koreksi ini menandai berakhirnya tren penguatan selama dua hari berturut-turut yang dimulai pada 24 September 2024.

    Menurut data dari Refinitiv, melemahnya rupiah dipicu oleh sejumlah faktor, termasuk penguatan indeks dolar AS (DXY) yang naik tipis ke angka 100,94 dengan kenaikan sebesar 0,03 persen. Penyesuaian nilai tukar ini menunjukkan dinamika pasar yang penuh tantangan, di mana investor tampak semakin berhati-hati.

    Salah satu pendorong utama penurunan nilai tukar rupiah adalah sentimen pasar menjelang rilis data final pertumbuhan ekonomi (PDB) kuartal II-2024 dari AS. Konsensus pasar memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi AS akan meningkat signifikan, dari sebelumnya 1,4 persen menjadi 3 persen.

    Proyeksi ini mencerminkan keberhasilan kebijakan ekonomi AS dalam mengendalikan inflasi tanpa terjadinya resesi, yang pada gilirannya membuat investor lebih optimis terhadap aset-aset dalam denominasi dolar.

    Dampak Kebijakan Moneter AS

    Keberhasilan ekonomi AS tersebut memunculkan spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) tidak akan segera menurunkan suku bunga. Hal ini menyebabkan pelaku pasar beralih ke posisi yang lebih hati-hati terhadap aset-aset berisiko, termasuk mata uang negara berkembang seperti rupiah.

    Sinyal-sinyal dari bank sentral AS, termasuk pidato dari Ketua The Fed, Jerome Powell, dan pejabat tinggi lainnya, menjadi fokus perhatian pasar global. Jika Powell memberikan isyarat bahwa suku bunga akan tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, maka dolar AS diperkirakan akan semakin menguat, menambah tekanan terhadap mata uang Garuda.

    Di sisi lain, peningkatan konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah di AS diperkirakan akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang solid hingga 2,7 persen tahun ini. Optimisme ini mendorong investor global untuk lebih memilih aset dalam bentuk dolar AS, yang pada akhirnya semakin memperkuat posisi dolar di pasar internasional dan menambah tekanan pada rupiah.

    Dalam menghadapi dinamika ini, Bank Indonesia (BI) diharapkan tetap melakukan pengawasan ketat terhadap perkembangan nilai tukar rupiah. Langkah-langkah untuk menjaga stabilitas nilai tukar sangat penting agar dampak negatif terhadap perekonomian domestik dapat diminimalkan. Para analis memprediksi bahwa jika tren ini berlanjut, akan ada kebutuhan mendesak bagi BI untuk menerapkan kebijakan yang mendukung stabilitas ekonomi dan nilai tukar.

    Dengan penantian terhadap data ekonomi AS yang dapat mempengaruhi arah kebijakan moneter, pelaku pasar di Indonesia dihadapkan pada tantangan baru. Kinerja rupiah yang melemah di tengah optimisme pertumbuhan ekonomi AS menunjukkan betapa rentannya mata uang negara berkembang terhadap dinamika global. Oleh karena itu, perhatian terhadap perkembangan ini menjadi sangat penting bagi investor dan pemangku kebijakan di dalam negeri.

    Positioning Investor

    Dalam kondisi seperti ini, NH Korindo Sekuritas Indonesia (NHKSI) dalam risetnya menyarankan agar para investor tidak mengambil positioning yang terlalu besar, terutama pada pekan ini. Ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan, yaitu kebijakan pemerintah China yang mengeluarkan paket stimulus lantaran dugaan capital outflow yang membuat asing melakukan jual bersih yang cukup massive, yaitu hampir Rp2 triliun (RG market).

    Menimbang posisi yang rentan itu, NHKSI Research melihat konsolidasi ini perlu dan normal terjadi ketika valuasi saham-saham index mover Indonesia (plus global) sudah berada di ketinggian.

    Dengan demikian, NHKSI Research menyarankan para investor ataupun trader untuk tidak ambil positioning terlalu besar pada pekan ini.

    “Kecuali pada sektor yang diuntungkan sentimen stimulus China seperti komoditas dan energi, di mana mungkin kita masih bisa menemukan trading opportunities di situ,” tulis NHKSI Research, Kamis, 26 September 2024.

    Sementara itu, Bank Indonesia juga telah menyusun sejumlah langkah yang menentukan arah bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

    Salah satu strategi yang akan ditempuh adalah penguatan operasi moneter pro-market untuk menjaga aliran masuk modal asing untuk stabilitas nilai tukar rupiah dan efektivitas transmisi kebijakan moneter dengan menjaga struktur suku bunga di pasar uang rupiah untuk daya tarik imbal hasil bagi aliran masuk portofolio asing ke aset keuangan domestik.

    “BI juga akan mengoptimalkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI),” kata Perry.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79