Logo
>

Rupiah jadi Rp15.550 per USD, ini Sentimen Penguatnya

Ditulis oleh Syahrianto
Rupiah jadi Rp15.550 per USD, ini Sentimen Penguatnya

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Rupiah mengalami lonjakan signifikan pada hari pertama perdagangan minggu ini, Senin, 19 Agustus 2024, mencapai level tertinggi sejak Januari 2024. Penguatan rupiah didorong oleh sentimen bullish yang masih mendominasi pasar global dan regional, yang juga meningkatkan minat investor di pasar domestik.

    Pada Senin, rupiah spot ditutup menguat di level Rp15.550/USD, yang merupakan posisi terkuat sejak 9 Januari lalu, mencerminkan peningkatan 138 poin dibandingkan penutupan Jumat sebelumnya.

    Penguatan rupiah hari ini merupakan yang terbesar keempat di Asia, setelah ringgit yang memimpin penguatan mata uang Asia dengan kenaikan hingga 1,15 persen. Diikuti oleh won Korea dan peso yang masing-masing naik 1,01 persen, rupiah 0,91 persen, dolar Taiwan 0,83 persen, baht 0,51 persen, dan dong Vietnam 0,35 persen.

    Yuan offshore dan yuan Tiongkok masing-masing menguat 0,34 persen dan 0,27 persen. Sementara itu, penguatan terkecil di Asia hari ini dicatat oleh rupee dan dolar Hong Kong, masing-masing hanya naik 0,06 persen dan 0,05 persen.

    Penguatan rupiah dan mata uang Asia hari ini didorong oleh sentimen global yang meningkat, yang mencerminkan optimisme bahwa ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat (AS), akan mampu mencapai soft landing, didukung oleh data ekonomi yang kuat meskipun inflasi melemah dan tingkat pengangguran meningkat.

    Optimisme global ini memicu aksi beli di pasar surat utang dan pasar saham, termasuk di pasar domestik. Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) sebagian besar mencatat penurunan, menunjukkan kenaikan harga obligasi.

    Yield SBN-10Y turun 3,1 bps menjadi 6,675 persen, SBN-5Y turun 3,9 bps ke 6,520 persen, SBN-15Y turun 2,1 bps ke 6,748 persen, dan SBN-20Y turun 1,5 bps ke 6,856 persen. Namun, tenor 2Y naik 1,4 bps ke 6,437 persen, dan tenor 1Y naik 2 bps ke 6,368 persen.

    Di pasar saham, IHSG juga melanjutkan kenaikan sebesar 0,47 persen ke level 7.466,83.

    SRBI ditinggalkan

    Investor terus membanjiri pasar surat utang negara, melanjutkan gelombang bullish yang telah berlangsung sejak pekan lalu. Minat tinggi terhadap Surat Berharga Negara (SBN) tampaknya menjadi faktor utama penguatan rupiah pagi ini, yang telah mencapai level psikologis krusial di Rp15.600/USD.

    Ketertarikan investor, termasuk modal asing, terhadap SBN semakin meningkat selama lebih dari seminggu terakhir, mengurangi minat pada instrumen jangka pendek dengan imbal hasil tinggi seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Penurunan bunga SRBI yang kini berada di level terendah sejak April, mendorong arus modal asing keluar dan beralih ke pasar surat utang negara.

    Hampir seluruh tenor SBN di pasar sekunder menunjukkan penurunan imbal hasil atau yield, mengindikasikan adanya dorongan beli yang meningkatkan harga obligasi negara.

    Yield SBN tenor 5 tahun mencatat penurunan paling tajam menjadi 6,557 persen, diikuti oleh tenor 10 tahun yang menyusut ke 6,703 persen, dan tenor 15 tahun yang mendatar di 6,771 persen. Sementara itu, tenor pendek 2 tahun bergerak di level 6,528 persen pagi ini.

    Investor tidak hanya menunjukkan antusiasme di pasar surat utang. Di pasar saham, pelaku pasar tetap bersemangat memborong saham, di mana IHSG bertahan di zona hijau meski hanya naik tipis 0,16 persen ke posisi 7.441 dalam satu jam perdagangan.

    Sentimen pasar global masih tetap bullish, dipicu oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan The Fed pada September sebesar 25 basis poin, dengan probabilitas mencapai 73,5 persen saat ini.

    Investor juga terus memburu saham, didorong oleh data ekonomi AS yang menunjukkan ketangguhan, memperkuat skenario soft landing setelah pengetatan moneter sejak 2022.

    Penurunan minat terhadap SRBI terlihat di pasar domestik, dengan modal asing yang semakin menjauhi SRBI akibat penurunan suku bunga diskonto. Pada lelang terakhir Jumat lalu, Bank Indonesia kembali memangkas bunga SRBI menjadi 7,20 persen, level terendah sejak 19 April, sebelum rupiah jatuh ke level terlemah di Rp16.000/USD pasca libur Lebaran April lalu.

    Menurut catatan Bank Indonesia, selama periode 12-15 Agustus, pembelian bersih investor asing terhadap SRBI hanya mencapai Rp130 miliar, jauh lebih kecil dibandingkan pembelian surat utang negara dan saham. Pada periode yang sama, nonresiden memborong SBN senilai Rp7,36 triliun dan saham Rp2,18 triliun.

    Hingga pertengahan Agustus 2024, posisi jual neto nonresiden di SBN terus menyusut menjadi Rp11,54 triliun, sementara di pasar saham, investor asing mencatat posisi beli neto sebesar Rp3,36 triliun. Di sisi lain, posisi net buy asing di SRBI mencapai puncaknya sebesar Rp179,37 triliun.

    Pada Jumat lalu, pemerintah di bawah Presiden Joko Widodo akhirnya meluncurkan Rancangan APBN 2025 beserta Nota Keuangan, memberikan gambaran lebih jelas bagi pelaku pasar mengenai arah kebijakan fiskal di tahun pertama pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto.

    Kebijakan fiskal tersebut, terutama rencana defisit anggaran yang dipatok moderat di 2,53 persen, tampaknya memberikan kelegaan bagi pasar, menghilangkan ketidakpastian yang telah menyelimuti sepanjang tahun ini.

    Defisit anggaran tahun 2025 direncanakan sebesar 2,53 persen dari Produk Domestik Bruto, atau sekitar Rp616,2 triliun, dengan belanja negara yang direncanakan mencapai Rp3.613,1 triliun dan pendapatan negara diperkirakan sebesar Rp2.996,9 triliun.

    Sebagian besar pendapatan negara diharapkan berasal dari penerimaan pajak sebesar Rp2.490,9 triliun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp505,4 triliun.

    Untuk tahun 2025, asumsi kurs dolar AS dipatok di angka Rp16.100/USD dengan yield SBN tenor 10 tahun sebesar 7,1 persen.

    Kombinasi optimisme terkait pemangkasan bunga The Fed di bulan September dan kepastian kebijakan fiskal pemerintah baru yang akan berkuasa mulai Oktober nanti tampaknya menumbuhkan kepercayaan diri yang lebih besar di kalangan pelaku pasar, yang semakin agresif memborong aset berimbal hasil menarik. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.