KABARBURSA.COM - Investor yang mengambil keputusan melepas surat utang, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) naik di hampir semua tenor, dan anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 1,7 persen pada penutupan jeda I perdagangan Rabu, 29 Mei 2024 menjadi faktor pendorong rupiah melemah mendekati Rp16.200 per USD. Tak hanya itu, sentimen global yang memburuk dan kekhawatiran akan lonjakan defisit fiskal APBN akibat tensi geopolitik yang mengerek lonjakan harga minyak dunia juga memberi tekanan.
Pelemahan rupiah terkepung sentimen global yang juga menjatuhkan nilai mata uang Asia lain. Namun, rupiah juga terbebani sentimen dalam negeri terutama datang dari kekhawatiran akan kenaikan ekspektasi inflasi seiring dengan sinyalemen kenaikan harga barang-barang yang diatur pemerintah (administered price).
Harga BBM subsidi maupun nonsubsidi dibayangi kenaikan setelah ditahan ketika pemilu dilangsungkan, begitu juga rencana kenaikan harga eceran tertinggi minyak goreng subsidi dan beras premium, ditambah usulan kenaikan batas atas harga tiket pesawat. Kesemua itu bisa mengerek inflasi tahun ini kembali melesat melampaui batas atas target Bank Indonesia dan dapat mendorong bank sentral mengerek lagi bunga acuan BI rate.
Pada saat yang sama, kejatuhan nilai rupiah yang telah melampaui asumsi makro APBN 2024 di Rp15.000/USD, ditambah risiko kenaikan harga minyak dunia seiring tensi geopolitik di Timur Tengah yang meningkat, menempatkan stabilitas anggaran dalam pertaruhan.
Ada risiko defisit APBN tahun ini bisa bengkak, bertambah Rp62 triliun akibat pelemahan rupiah dan tekanan harga minyak dunia. "Bila harga minyak Indonesia (ICP) bertahan di USD82 per barel dan nilai tukar rupiah di Rp16.000/USD, defisit fiskal bertambah Rp62 triliun di mana hal itu masih bisa diserap oleh APBN," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede.
Kekhawatiran itu sepertinya memicu pula aksi jual di pasar surat utang domestik hari ini, selain tekanan sentimen pasar obligasi global dipicu kejatuhan harga Treasury, surat utang Amerika Serikat (AS), tadi malam. Tingkat imbal hasil SBN bergerak naik di hampir semua tenor. SBN 10Y naik ke 6,893 persen, sedangkan SBN 5Y naik ke 6,926 persen dan tenor pendek 2Y naik ke 6,673 persen.
Investor asing mencatat penurunan kepemilikan SBN di pasar sekunder menjadi Rp802,84 per 27 Mei berdasarkan data Kementerian Keuangan RI. Pada 22 Mei lalu, sebelum libur Waisak, asing melepas Rp432,78 miliar SBN di pasar sekunder.
Sementara dalam lelang SUN yang dilangsungkan kemarin, pemodal asing tercatat membeli Rp4,73 triliun dari total permintaan yang dimenangkan pemerintah sebesar Rp22 triliun.
Pemerintah Lelang SUN
Sementara itu, pada Selasa, 28 Mei 2024 kemarin, pemerintah menggelar lelang Surat Utang Negara (SUN) di tengah sentimen buruk yang membekap nilai tukar rupiah, mengikis harga obligasi dan saham pasca libur panjang berakhir.
Lelang SUN mengincar Rp22 triliun penerbitan utang baru dengan target maksimal Rp33 triliun. Para investor sepertinya akan cukup bersemangat mencari peluang mendapatkan yield, imbal hasil, menarik setelah kemarin harga surat berharga mencatat koreksi tipis.
"Kami menginterpretasikan pergerakan itu sebagai langkah hati-hati investor domestik atas gejolak ekspektasi pemangkasan suku bunga Fed di level global. Tampaknya para pelaku pasar domestik menunggu momentum lelang SUN hari ini untuk memperoleh SUN dengan harga atraktif dan melakukan trading setelah rilis data inflasi core PCE April pada Jumat nanti," kata Fixed Income & Macro Strategist Mega Capital Sekuritas Lionel Prayadi dan research analyst Nanda Rahmawati.
Sebelum data inflasi PCE Amerika keluar, investor akan cenderung berhati-hati. Bila data inflasi PCE April sesuai ekspektasi di 0,25 persen month-to-month atau lebih rendah, pasar obligasi bisa mengalami bullish rally yang kuat.
"Kami perkirakan tingkat permintaan SUN pada lelang hari ini tak banyak berubah di rentang Rp48 triliun hingga Rp52 triliun," kata analis.
Dalam lelang SUN terakhir 14 Mei lalu, permintaan masuk sekitar Rp49,42 triliun. Lelang hari ini akan menawarkan seri surat utang lebih banyak dari biasanya yaitu enam seri FR dan dua seri SPN tenor pendek.
Enam seri FR kesemuanya adalah reopening series. Sementara seri SPN adalah emisi baru yang bertenor masing-masing tiga dan 12 bulan.
Treasury Amerika Serikat
Treasury, surat utang AS, banyak dilepas oleh para investor dengan para pelaku pasar mempertimbangkan data ekonomi yang beragam serta pernyataan dari pejabat Federal Reserve untuk mendapatkan petunjuk tentang prospek kebijakan.
Treasury memperpanjang kerugian setelah pemerintah AS menjual USD70 miliar surat utang lima tahun pada 4,553 persen, di atas level pra-lelang 4,540 persen. Penawaran sebelumnya sebesar USD69 miliar dalam surat utang dua tahun juga mengalami penurunan.
Hanya beberapa hari sebelum data inflasi yang menjadi favorit The Fed, sebuah laporan menunjukkan kepercayaan konsumen AS secara tak terduga naik di Mei--meskipun ekspektasi resesi juga meningkat. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun naik delapan basis poin, S&P 500 sedikit berubah sementara Nasdaq Composite ditutup di atas 17.000 untuk pertama kalinya.
Para pedagang di pasar Treasury yang terjebak dalam 'permainan' kebijakan suku bunga Fed mungkin akan segera mendapatkan dukungan.