Logo
>

Saat Konglomerat Saling Bertemu di Tengah IHSG Anjlok

Dalam acara tersebut, OJK dan BEI mengundang sejumlah tokoh

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Saat Konglomerat Saling Bertemu di Tengah IHSG Anjlok
Papan pantau menunjukkan IHSG ditutup merah. Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) menggelar acara dialog bersama pelaku pasar modal dengan tema "Soliditas dan Sinergi Pemangku Kepentingan Pasar Modal" di Jakarta, Senin, 3 Maret 2025.

    Dalam acara tersebut, OJK dan BEI mengundang sejumlah tokoh seperti Direktur Utama PT Indika Energy Tbk (INDY) Arsjad Rasjid, Presiden Direktur Alamtri Resource Indonesia Tbk (ADRO) Garibaldi Thohir,  hingga Bos Grup Sinar Mas Franky Widjaja. 

    Adapun agenda dialog diselenggarakan guna menemukan solusi di tengah Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG yang mengalami tekanan selama pekan lalu. 

    Arsjad Rasjid menyambut baik inisiatif OJK dan BEI menggelar acara yang mengundang para pelaku pasar modal. Menurutnya, agenda ini membuat para tamu undangan bisa memberikan masukan atau ide di tengah situasi pasar yang tak menentu. 

    "Teman-teman semua memberikan masukan yang  diterima oleh OJK dan Bursa (BEI) dengan harapan ini menjadi ide-ide awal," ujarnya usai acara dialog. 

    Arsjad mengatakan pengusaha di Indonesia saat ini juga tengah berupaya maksimal guna memastikan pasar domestik tetap aman. Dia menegaskan semua stakeholder harus terlibat demi keberlangsungan ekonomi Indonesia. 

    Sementara itu Garibaldi Thohir melihat terdapat dua kondisi pasar di Indonesia, yakni mayoritas perusahaan di Indonesia memiliki fundamental yang bagus. 

    "Saya melihat dari sisi value-nya itu murah, jadi it's time to buy menurut saya," ujarnya. 

    Pria yang biasa disapa Boy Thohir itu memaparkan kondisi pasar modal Indonesia kini masih dipengaruhi eksternal, seperti kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. 

    Bos Sinar Mas Group, Franky Widjaja berharap acara dialog ini bisa sering digelar oleh OJK dan BEI guna bisa memberikan masukan memgenai kondisi pasar modal Indonesia. 

    "Jangan hanya sekali Pak kita diundang, mungkin berkali-kali ya, jadi bisa improve semua masukan-masukan ini supaya para masyarakat kita ini lebih mengerti soal bermain saham," serunya. 

    Adapun hasil dari pertemuan tersebut ialah, OJK dan BEI resmi menunda penggunaan transaksi short selling demi menjaga stabilitas pasar modal dalam negeri. 

    Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi, mengatakan keputusan tersebut diambil setelah bertemu dengan para pelaku pasar modal hari ini. 

    "Pada dialog tadi kami mendengarkan banyak sekali masukan-masukan konstruktif dari pelaku sekaligus stakeholder pasar modal yang tentunya akan segera kita tindak lanjuti sesuai dengan kapasitas dan peran kami masing-masing," ujarnya dalam kesempatan serupa. 

    Inarno menyampaikan pembicaraan tersebut fokus terhadap kondisi pasar saham Indonesia yang beberapa hari terakhir tengah mengalami tekanan. 

    Dengan masukan yang diterima para pelaku pasar, Inarno menyatakan pihaknya dan BEI memutuskan untuk menunda transaksi short selling. 

    "OJK akan mengambil kebijakan awal untuk pertama adalah menunda implementasi kegiatan short selling," katanya. 

    Selain itu, kata Inarno, pembicaraan tersebut juga melahirkan keputusan yakni opsi kebijakan mengkaji buyback saham tanpa adanya Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 

    Inarno menjelaskan dua kebijakan itu dipusatkan demi menjaga stabilitas pasar, peningkatan likuiditas, dan juga memberikan perlindungan terhadap investor. 

    "Selain itu kami hadir mengamati dan juga berperan aktif dalam menjaga pasar modal Indonesia tetap stabil, transparan, dan juga berintegritas khususnya bagi investor lokal, retail, maupun internasional," pungkasnya. 

    Setelah pertemuan para konglomerat, IHSG ditutup menguat sebesar 249,06 poin atau naik 3,97 persen ke level 6.519,66 pada perdagangan Senin, 3 Maret 2025. 

    IHSG sempat menyentuh level tertinggi di 6.500 sebelum terkoreksi hingga level terendah 6.300 pada perdagangan. Adapun Total volume transaksi mencapai 206,13 juta lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp14,60 triliun dari 1,30 juta transaksi.

    Meski mengalami lonjakan, Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan saat ini masih terlalu dini untuk menyebut sebagai pembalikan tren penguatan IHSG. 

    "Kenaikan ini akan lebih meyakinkan jika IHSG mampu bertahan di atas resistance 6.500 serta diiringi oleh peningkatan partisipasi investor asing dan perbaikan fundamental makroekonomi," ujar dia dalam risetnya kepada Kabarbursa.com, dikutip pada Selasa, 4 Maret 2025.

    Hendra menilai sentimen eksternal masih menjadi faktor risiko utama, seperti suku bunga tinggi di AS, perlambatan ekonomi China, dan volatilitas harga komoditas. 

    Dengan kondisi global yang masih penuh ketidakpastian serta tekanan terhadap harga komoditas, dia melihat bahwa investor perlu tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi. 
     Lebih jauh Hendra menyampaikan, pada perdagangan kemarin net buy asing tercatat hanya sebesar Rp173 miliar meskipun IHSG mengalami lonjakan tajam. 

    "Mengindikasikan bahwa pergerakan ini lebih cenderung sebagai technical rebound daripada pembalikan tren yang kuat," jelasnya. 

    Hendra menyebut beberapa saham yang mengalami akumulasi asing adalah BBCA sebesar Rp129 miliar, ASII Rp86 miliar, BBRI Rp56 miliar, dan JPFA Rp48 miliar. 

    Sebaliknya, kata dia, saham yang paling banyak dilepas asing antara lain BBNI dengan net sell Rp128 miliar, BRIS Rp76 miliar, TLKM Rp70 miliar, dan INKP Rp61 miliar. 

    "Secara teknikal, IHSG berpotensi melanjutkan penguatannya dengan target resistance di 6.626 dan support di 6.446," pungkasnya.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.