KABARBURSA.COM - Saham emiten yang bergerak di sektor energi hijau bisa menjadi alternatif saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pergerakan negatif. Investor dapat mempertimbangkan saham Energi Baru & Terbarukan (EBT) yang memiliki prospek jangka panjang sebagai pilihan diversifikasi.
Sejumlah saham emiten EBT menunjukkan kinerja positif dalam pekan sebelumnya. Misalnya, PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) berhasil masuk ke dalam kategori top gainers mingguan dengan lonjakan harga mencapai 32,97persen. Saham dari emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di segmen ini, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), juga mengalami kenaikan yang signifikan.
Saham-saham emiten yang bergerak dalam bisnis energi hijau tersebut mencatatkan kinerja positif di pasar, seperti PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN). Namun, pada awal pekan ini, mayoritas saham EBT mengalami penurunan. Hanya saham ARKO yang masih menunjukkan penguatan sebesar 1,63persen.
Kepala Riset Mega Capital Sekuritas (InvestasiKu), Cheril Tanuwijaya, menyoroti bahwa sebagian besar portofolio proyek emiten EBT memiliki prospek jangka panjang. Dengan demikian, saham-saham perusahaan energi hijau tersebut dapat menjadi alternatif bagi investor dalam melakukan diversifikasi investasi mereka.
"Perusahaan-perusahaan EBT menjanjikan untuk jangka panjang, sehingga ketika investor kembali aktif di pasar saham, mereka cenderung memilih saham-saham tersebut," ungkap Cheril, Senin 4 Maret 2024, kemarin.
Analis dari Stocknow.id, Abdul Haq Alfaruqy, menambahkan bahwa dalam kondisi pasar yang lesu akibat arus keluar modal investor asing dari saham-saham besar, saham-saham EBT bisa menjadi pilihan menarik. Meskipun demikian, Alfaruqy mengingatkan agar pelaku pasar tetap berhati-hati dan selektif dalam memanfaatkan momentum ini.
Dia menekankan pentingnya kehati-hatian karena belum ada sentimen signifikan yang dapat menggerakkan harga saham EBT dalam jangka waktu yang lebih panjang.
"Dengan demikian, saham-saham industri EBT saat ini masih layak dibeli untuk jangka pendek saja," kata Alfaruqy. Dari segi teknis, Alfaruqy mencatat bahwa beberapa emiten sudah berada di area dukungan (support) dan mengalami akumulasi yang cukup besar. Oleh karena itu, dia menilai kenaikan harga saham ARKO dan KEEN adalah hal yang wajar, dan sejalan dengan prospek bisnis kedua emiten tersebut.
Alfaruqy juga memberi perhatian khusus terhadap PGEO yang telah merilis laporan keuangan untuk tahun buku 2023. Berdasarkan laporan yang dirilis di Bursa Efek Indonesia, pendapatan PGEO sepanjang tahun lalu mencapai US$ 406,28 juta, tumbuh sebesar 5,23persen secara tahunan (YoY). Sementara itu, laba bersih PGEO meningkat 28,46persen (YoY) menjadi US$ 163,59 juta.
Prestasi positif ini merupakan kabar baik bagi para investor di sektor panas bumi. Alfaruqy meyakini bahwa sektor ini memiliki prospek yang cerah, terutama dengan komitmen pemerintah untuk mencapai target emisi netral. "Apalagi dengan adanya regulasi yang mendukung, maka ekspektasi pasar terhadap saham PGEO dan BREN akan cenderung positif," ujar Alfaruqy.
Analis Riset dari Reliance Sekuritas Indonesia, Ayu Dian, menambahkan beberapa faktor penting yang dapat meningkatkan prospek emiten EBT. Pertama, ekspansi yang agresif dalam membangun atau mengakuisisi proyek pembangkit listrik energi hijau untuk meningkatkan kapasitas produksi.
Kedua, potensi penurunan suku bunga acuan dalam tahun ini dapat menjadi katalis positif bagi emiten yang masih membutuhkan pendanaan untuk pengembangan usahanya. "Dalam jangka panjang, emiten EBT menarik sebagai pilihan investasi di tengah peralihan menuju energi terbarukan yang semakin intensif," ujar Ayu.
Sebagai rekomendasi, Ayu merekomendasikan saham PGEO dengan target harga Rp 1.340. PGEO juga dipilih oleh Alfaruqy dengan menyarankan strategi buy on weakness (BoW) pada level Rp 1.200 - Rp 1.205, dengan target harga di level Rp 1.285.
Selain itu, Alfaruqy juga menyarankan BoW untuk saham KEEN pada harga Rp 790 - Rp 800 dengan target harga di Rp 935. Sedangkan Cheril merekomendasikan saham BREN (target harga Rp 7.000, stoploss Rp 5.950), PGEO (target harga Rp 1.350, stoploss Rp 1.200), serta melakukan trading jangka pendek pada saham ARKO (target harga Rp 1.300, stoploss Rp 1.200).
Secara teknikal, Analis dari MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, merekomendasikan trading buy untuk saham PGEO dan KEEN. Support-resistance untuk PGEO berada di Rp 1.175 - Rp 1.245 dengan target harga Rp 1.275 - Rp 1.300. Sementara support-resistance KEEN ada di Rp 800 - Rp 860 dengan target harga di Rp 900 - Rp 940.
Rekomendasi berikutnya adalah BoW untuk saham BREN dengan mempertimbangkan support-resistance di Rp 5.700 - Rp 6.500 dengan target harga Rp 6.600 - Rp 6.775. Analis dari Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova, juga merekomendasikan BoW untuk saham BREN dengan memperhatikan support di Rp 5.450 dan resistance di Rp 6.875.
Selanjutnya, Ivan merekomendasikan pembelian saham PGEO dengan mempertimbangkan support di Rp 1.175 dan resistance di Rp 1.370. "Sementara untuk saham seperti ARKO, karena sudah mengalami kenaikan harga yang signifikan dan volume perdagangan menurun, disarankan untuk mempertimbangkan penggunaan trailing stop untuk mengantisipasi potensi volatilitas harga yang meningkat," tandas Ivan.