Logo
>

Saham ADRO dan Dividen yang Sangat Dinanti-nantikan Investor

ADRO dividen pernah mencapai sekitar 77,88 persen, angka yang luar biasa dan menarik perhatian, apalagi buat investor yang mengincar passive income dari portofolionya.

Ditulis oleh Yunila Wati
Saham ADRO dan Dividen yang Sangat Dinanti-nantikan Investor
Ilustrasi saham ADRO dan potensi dividennya.

KABARBURSA.COM - Saham ADRO atau PT Alantri Resources Indonesia Tbk menjadi salah satu yang paling dinanti-nantikan oleh para investornya. Bukan tanpa sebab, perusahaan yang bergerak di sektor batu bara ini acapkali membagikan dividen jumbo yang luar biasa, meskipun tidak tiap tahun dibagikan.

ADRO dividen memang sangat mencuri perhatian investor-investornya. Kalau dikulik lebih dalam, ceritanya cukup menarik, lho. Bukan hanya karena nominalnya yang menggiurkan, tetapi juga karena pola pembayarannya yang unik dan strateginya dalam mempertahankan kinerja perusahaan.

Dari sisi dividend yield, ADRO tercatat membagikan imbal hasil dividen yang mencapai sekitar 77,88 persen. Angka ini jelas mencolok jika dibandingkan dengan median industri yang hanya berada di kisaran 6 persen. 

Artinya, dalam setahun terakhir, investor ADRO menikmati imbal hasil yang luar biasa tinggi. Tentu ini menarik perhatian, apalagi buat mereka yang mengincar passive income dari portofolionya.

Namun, yang perlu digarisbawahi, pembagian dividen ADRO bersifat tidak rutin alias tidak konsisten tiap tahun. Ini bukan berarti perusahaan tidak mau berbagi untung, melainkan lebih menunjukkan bahwa manajemen sangat berhati-hati dan strategis dalam mengelola arus kas dan peluang ekspansi. 

Jadi, ketika mereka merasa kondisi keuangan cukup kuat atau laba bersihnya melesat, barulah dividen besar digelontorkan.

Nah, soal rasio pembayaran (atau payout ratio), ADRO tampaknya tidak main-main. Dengan rasio sekitar 77,88 persen dari laba bersih yang dibagikan dalam bentuk dividen, ini menunjukkan komitmen mereka dalam memberikan nilai tambah ke pemegang saham. 

Tapi jangan salah, meski royal dalam berbagi, ADRO tetap menyisakan sebagian keuntungan sebagai laba ditahan, yang bisa dimanfaatkan untuk ekspansi, eksplorasi tambang baru, atau investasi di sektor energi terbarukan yang belakangan mulai mereka lirik.

Yang menarik lainnya, kalau kita lihat EPS (earning per share) atau laba per saham, nilainya sangat kecil, hanya 0,01 persen. Ini menunjukkan bahwa secara nominal, laba per lembar saham cukup tipis.

Tapi ketika dibagikan sebagai dividen, hasilnya justru tinggi karena jumlah saham yang beredar cukup besar dan kinerja tahunan yang spike di momen tertentu.

Sayangnya, ADRO belum mencatat pertumbuhan dividen lima tahun berturut-turut atau pola tumbuh beruntun. Jadi, bagi kamu yang mengincar saham dengan pertumbuhan dividen konsisten setiap tahun, mungkin ini bukan kandidat utama. 

Tapi buat kamu yang oke-oke saja dengan strategi yield hunting, atau mencari saham dengan dividen jumbo meskipun tidak rutin, maka ADRO bisa jadi primadona.

Secara keseluruhan, ADRO adalah tipe saham yang cocok buat investor yang fleksibel. Mereka yang paham bahwa dividen tinggi kadang datang dari momen istimewa, dan tidak selalu perlu setiap tahun. Kombinasi antara potensi kapitalisasi dan kejutan dividen menjadikannya layak untuk masuk radar investor jangka menengah hingga panjang.

Kalau kamu lagi mempertimbangkan sektor energi atau batu bara sebagai bagian dari strategi diversifikasi portofolio, rasanya ADRO ini patut dipertimbangkan, asal tetap disertai pemahaman atas dinamika industrinya yang naik turun seiring harga komoditas global.

ADRO Dividen Histori

Kalau kita telusuri jejak pembagian dividen PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), akan ditemukan sebuah kisah yang menarik, penuh dengan lonjakan, kejutan, dan pola yang bikin penasaran. 

ADRO bukan tipe emiten yang kalem-kalem saja dalam membagi keuntungan. Mereka justru dikenal royal, apalagi ketika kondisi keuangan sedang bersinar terang.

Kita mulai dari yang paling baru. Tahun 2024 belum habis, tapi ADRO sudah menjanjikan dua kali pembagian dividen. Yang pertama senilai 106,84 per lembar saham dengan ex-date 30 Desember 2024 dan pembayaran jatuh pada 15 Januari 2025. 

Menariknya, ini bukan satu-satunya dividen untuk 2024. Ada juga yang jauh lebih besar, yaitu 1.358,18, yang dibagikan pada 6 Desember 2024. Bayangkan, dalam satu tahun investor bisa mendapat dividen dobel, dan salah satunya dalam jumlah super besar.

Bahkan sebelumnya, pada Mei 2024, mereka juga sempat membagikan 209,31, dan akhir tahun 2023 lalu juga sempat menyelipkan dividen sebesar 199,98. Jadi totalnya, dalam satu rentang waktu kurang dari 12 bulan, investor bisa menikmati tiga kali guyuran cuan.

Lalu kalau kita mundur ke tahun 2022, ceritanya nggak kalah seru. Ada dua kali pembagian dividen, masing-masing 240,78 dan 251,28, yang dibagikan di pertengahan dan awal tahun. 

Totalnya lagi-lagi cukup besar dan menunjukkan bahwa ADRO tahu betul cara memanjakan pemegang sahamnya di saat laba sedang tinggi. 

Bahkan tahun sebelumnya, 2021, juga ada dua kali pembagian, yaitu 141,39 dan 160,16, yang dibayarkan pada pertengahan dan awal tahun 2022.

Yang menarik adalah pola musiman ini. ADRO memang tidak menjanjikan dividen tetap setiap kuartal, tapi ketika mereka untung besar, biasanya karena lonjakan harga batu bara global, saham ADRO tak segan-segan mengalokasikan sebagian besar laba sebagai dividen. 

Hal ini terlihat dari payout ratio-nya yang sangat mencolok, yaitu 1.026,17 persen. Itu berarti jumlah dividen yang dibayarkan bahkan jauh melebihi laba bersih tahun berjalan, kemungkinan besar karena menggunakan sebagian dari saldo laba ditahan.

Dengan dividend yield mencapai 77,88 persen, ADRO benar-benar tampil sebagai saham dengan daya tarik tinggi bagi investor yang mengincar cash flow. Bandingkan dengan banyak saham lain yang cuma menawarkan yield di bawah 10 persen, angka dari ADRO jelas jauh di atas rata-rata.

Namun, yang patut dicatat adalah pola pembagian ini tidak selalu konsisten dari segi waktu. Kadang di akhir tahun, kadang di awal tahun berikutnya, bahkan ada yang di tengah-tengah. 

Roller Coaster Harga Batu Bara, Bagaimana ADRO Dividen Tahun Ini?

Harga batu bara menjadi salah satu penentu tinggi rendahnya ADRO dividen yang akan dibagikan. Nah, sepanjang tahun 2025, harga batu bara global mengalami tekanan yang cukup tajam. Tren penurunan ini bukan sekadar gejala musiman, tetapi mencerminkan pergeseran mendasar dalam dinamika pasar energi global dan regional.

Data dari Trading Economics menunjukkan harga batu bara sudah anjlok sekitar 20 persen sejak awal tahun ini. Saat ini, harga berada di kisaran USD99,90 per ton. 

Koreksi tersebut tidak datang tiba-tiba. Bank Dunia dalam proyeksinya pun sudah memperkirakan penurunan lanjutan sebesar 12 persen untuk tahun ini, menyusul koreksi yang cukup dalam sebesar 28 persen pada 2024.

Tekanan terhadap harga batu bara banyak dipicu oleh peningkatan produksi domestik di negara-negara konsumen besar seperti Tiongkok dan India, serta makin gencarnya transisi energi global ke sumber daya yang lebih bersih. 

Ketika pasokan meningkat namun permintaan cenderung stagnan atau bahkan menurun, tak pelak harga komoditas pun ikut terkoreksi.

Sementara itu, di dalam negeri, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan Harga Batu Bara Acuan (HBA) periode kedua Mei 2025 yang mencerminkan tren global tersebut. 

Untuk batu bara dengan kalori tinggi (6.322 kcal/kg GAR), harga ditetapkan sebesar USD110,38 per ton. Adapun untuk batu bara dengan kalori menengah dan rendah, harganya turun bertahap, USD76,62 untuk 5.300 kcal/kg GAR, USD50,58 untuk 4.100 kcal/kg GAR, dan USD35,42 untuk kalori rendah 3.400 kcal/kg GAR.

Kondisi pasar ini memperlihatkan bahwa pelaku industri batu bara kini berhadapan dengan tantangan yang tidak ringan. Di satu sisi, mereka harus tetap menjaga efisiensi operasional di tengah harga yang melemah, sementara di sisi lain, mereka juga dihadapkan pada tekanan perubahan kebijakan energi yang mendorong penggunaan sumber terbarukan.

Mungkin, ini yang menjadi alasan PT Alamtri Resources Indonesia Tbk mengundurkan rencana pembagian dividen tahun ini. Hal ini tercermin dari RUPST yang diundur hingga 2 Juni besok. 

Saham ADRO sepertinya tengah mencari waktu yang tepat untuk membagikan dividen, agar tidak mengecewakan investor. Mereka juga tidak mau kehilangan momentum dividen jumbo yang selama ini menjadi ciri khasnya.

Akankah se-Jumbo Tahun-Tahun Sebelumnya?

Kinerja keuangan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) bisa dibilang seperti naik roller coaster—penuh kejutan, kadang melesat tinggi, kadang landai, tapi selalu menarik untuk diikuti. 

Sepanjang beberapa tahun terakhir, grafik pendapatan dan pembagian dividen mereka memperlihatkan dinamika khas perusahaan yang sangat bergantung pada fluktuasi harga komoditas global, khususnya batu bara.

Kita mulai dari tahun 2022, yang bisa dibilang sebagai masa keemasan ADRO. Pada tahun itu, pendapatan tahunan mereka menembus angka fantastis, sekitar Rp37 triliun. 

Angka ini jauh di atas capaian tahun-tahun sebelumnya, dan tidak mengherankan jika saat itu dividen yang dibagikan juga ikut melonjak. Investor disuguhi imbal hasil yang sangat manis. Tapi seperti siklus alam, kejayaan itu tidak bertahan selamanya.

Tahun 2023 dan 2024 memperlihatkan penurunan yang cukup kentara. Meski masih solid, pendapatan tahunan mulai turun bertahap: dari Rp25 triliun pada 2023 menjadi Rp21 triliun pada 2024. 

Namun, angka-angka ini tetap lebih tinggi dibandingkan sebelum 2021, yang menunjukkan bahwa ADRO tetap berada di jalur pertumbuhan, meski sudah tak sefantastis era ledakan harga batu bara saat pasca-COVID dan krisis energi global.

Masuk ke 2025, cerita berubah drastis. Di kuartal pertama saja, pendapatan ADRO hanya mencatat sekitar Rp1,25 triliun. Jika disetahunkan (annualised), angka ini hanya sekitar Rp5 triliun. Sebuah penurunan tajam dari tiga tahun sebelumnya. 

Ini memberi gambaran jelas bahwa ADRO sedang menghadapi tekanan berat, kemungkinan besar karena penurunan tajam harga batu bara yang sedang terjadi secara global.

Yang paling mengejutkan adalah bagaimana perusahaan tetap membagikan dividen jumbo di tengah penurunan pendapatan ini. Dividen dalam 12 bulan terakhir tercatat sebesar Rp1.674,33 per saham. 

Jika dibandingkan dengan pendapatan tahunan yang hanya sekitar Rp5 triliun, payout ratio-nya mencapai lebih dari 1.000 persen. Artinya, ADRO mengeluarkan jauh lebih banyak untuk membayar dividen dibandingkan laba yang mereka kumpulkan. Hal ini bisa terjadi jika perusahaan menggunakan cadangan laba sebelumnya atau kas hasil kinerja tahun-tahun gemilang.

Langkah ini cukup berani. Di satu sisi, ini memberikan sinyal positif kepada investor bahwa manajemen masih percaya diri dengan posisi keuangan mereka. Tapi di sisi lain, strategi seperti ini tidak bisa terus-menerus dipertahankan jika kinerja operasional tidak segera membaik.

Dari sisi valuasi pasar, ADRO masih tergolong kokoh. Kapitalisasi pasarnya mencapai sekitar Rp66 triliun, dengan nilai enterprise value yang sedikit lebih rendah di angka Rp64 triliun, satu indikasi bahwa struktur modalnya masih sehat. 

Jumlah saham beredar tercatat sekitar 30,76 miliar lembar, membuat setiap pergerakan laba maupun dividen langsung terasa pada harga saham.

Kalau kita mundur sedikit dan menelaah tren jangka panjang, ADRO pernah berada dalam posisi yang jauh lebih moderat. Sebelum tahun 2021, pendapatan tahunannya berkisar di angka Rp5–6 triliun, dengan dividend yield antara 5–9 persen. 

Artinya, fase lonjakan besar baru benar-benar terjadi dalam tiga tahun terakhir. Ini memberikan gambaran jelas bahwa ADRO adalah perusahaan yang sangat dipengaruhi kondisi eksternal, dari harga batu bara, permintaan global, sampai kebijakan energi negara-negara besar.

Secara keseluruhan, ADRO berada di tengah fase penyesuaian. Setelah periode emas yang luar biasa, kini mereka menghadapi kenyataan baru: harga batu bara yang melemah dan margin keuntungan yang mulai tertekan. 

Tapi dengan rekam jejak yang solid dan komitmen tinggi kepada pemegang saham, ADRO masih layak untuk diamati, terutama jika mereka mampu beradaptasi dan mencari sumber pertumbuhan baru di luar batu bara murni. 

Dalam dunia energi yang sedang berubah cepat, siapa tahu kejutan selanjutnya justru datang dari langkah diversifikasi mereka.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79