Logo
>

Saham Anjlok 34,57 Persen YtD, AMRT Ambil Langkah Penyelamatan

AMRT menyiapkan buyback Rp1,5 triliun untuk meredam tekanan harga saham, namun asing masih dominan menjual di tengah kenaikan pendapatan dan margin yang terus tertekan.

Ditulis oleh Yunila Wati
Saham Anjlok 34,57 Persen YtD, AMRT Ambil Langkah Penyelamatan
Salah satu gerai Alfamart. (Foto: Wikimedia Commons)

KABARBURSA.COM – PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), pengelola jaringan ritel Alfamart, memasuki fase yang menarik namun penuh tekanan. Di tengah kinerja operasional yang masih menunjukkan pertumbuhan pendapatan, saham AMRT justru mengalami koreksi dalam yang membuat manajemen mengambil langkah strategis, yaitu melakukan pembelian kembali saham (buyback) dengan nilai maksimal Rp1,5 triliun. 

Langkah ini bukan sekadar respons administratif, tetapi refleksi dari ketegangan antara fundamental perusahaan dan persepsi pasar terhadap prospek jangka pendeknya.

Buyback dirancang berlangsung mulai 8 Desember 2025 hingga 6 Maret 2026, dengan ruang hingga 650 juta lembar saham. Manajemen menyadari bahwa volatilitas pasar, terutama pada sektor konsumsi domestik, memberi tekanan yang cukup besar pada valuasi AMRT. 

Dalam keterbukaan informasi, perusahaan mengutip POJK 29/2023 dan 13/2023 sebagai dasar relaksasi buyback. Ini sebuah sinyal bahwa AMRT melihat pelemahan harga saham bukan sebagai refleksi dari rapuhnya fundamental, melainkan akibat sentiment-driven correction

Pernyataan manajemen bahwa buyback bertujuan menjaga stabilitas harga saham sekaligus menjaga kepercayaan investor menjadi penting, terutama karena saham AMRT telah anjlok 34,57 persen secara year-to-date.

Menariknya, AMRT menegaskan bahwa seluruh pendanaan buyback berasal dari kas internal. Posisi kas yang kuat ini membuat aksi korporasi tersebut dianggap tidak akan mengganggu aktivitas operasional maupun arus kas. 

Laporan proforma juga menunjukkan tidak ada perubahan signifikan pada laba bersih yang tetap di Rp2,31 triliun. Pernyataan ini menjadi kunci untuk memahami konteks buyback, yaitu AMRT tidak sedang mengobati gejala krisis kas, melainkan mencoba menghentikan spiral sentimen negatif sebelum menekan valuasi lebih jauh. 

Saham treasuri yang nantinya dimiliki juga memberi fleksibilitas masa depan—bisa dijual kembali ketika valuasi pulih atau digunakan untuk kebutuhan pendanaan tanpa memperbesar utang.

Asing Gencar Lepas Saham AMRT

Namun, investor publik tampaknya belum memberi respons positif. Pada penutupan perdagangan 5 Desember 2025, saham AMRT melemah 0,27 persen ke Rp1.845. Dalam sepekan terakhir, harga memang naik 2,5 persen, tetapi bila dilihat dalam konteks bulanan, saham ini sudah menyusut 4,65 persen. 

Volume perdagangan juga menunjukkan pola distribusi, dengan foreign sell mencapai Rp37,4 miliar berbanding foreign buy hanya Rp3,6 miliar. Tekanan jual asing ini turut menjelaskan mengapa kinerja saham tidak responsif terhadap buyback, bahwa pasar global sedang risk-off terhadap sektor konsumsi domestik, terutama yang memiliki eksposur margin tipis seperti ritel minimarket.

Secara fundamental, AMRT sebenarnya mencatat pertumbuhan pendapatan yang sangat solid. Per kuartal III/2025, pendapatan neto naik 7,09 persen YoY menjadi Rp94,47 triliun. Pertumbuhan terlihat konsisten di seluruh wilayah, seperti di Jabodetabek naik 3,11 persen, Jawa luar Jabodetabek naik 3,96 persen, dan luar Jawa melonjak 14,84 persen. 

Struktur pendapatan juga menunjukkan bahwa AMRT masih memanfaatkan kekuatan portofolio makanan yang naik 7,15 persen dan non-makanan 6,96 persen. Laba bruto meningkat 7,6 persen menjadi Rp20,3 triliun. Artinya, bisnis inti Alfamart tetap berkembang.

Namun, titik kritikal ada pada beban operasional. Beban penjualan dan distribusi naik signifikan dari Rp15,04 triliun menjadi Rp16,55 triliun. Beban umum dan administrasi juga meningkat menjadi Rp1,7 triliun. 

Kenaikan beban inilah yang menggerus laba usaha dari Rp3,1 triliun menjadi Rp2,95 triliun. Dengan margin ritel yang sangat tipis, kenaikan biaya sekecil apa pun langsung menekan profitabilitas. Inilah aspek yang kemungkinan dilihat pasar bahwa meski pendapatan tumbuh, efisiensi menjadi tantangan besar, dan tren biaya operasional tampaknya belum menunjukkan tanda-tanda mereda.

Saham Bergerak di Zona Sensitif

Dalam konteks teknikal, saham AMRT sedang bergerak di zona sensitif. Harga bergerak pada rentang harian 1.825–1.855 dengan frekuensi transaksi sangat tinggi, yaitu lebih dari 3.100 kali. 

Valuasi sebesar Rp65,1 miliar menunjukkan likuiditas yang sehat, namun pola harga yang cenderung flat menandakan pasar sedang menunggu katalis yang lebih kuat dari sekadar buyback. Aksi beli asing yang minim menjadi faktor tambahan yang menghadang momentum pemulihan.

Rencana buyback sebenarnya dapat menjadi turning point apabila dilakukan agresif sejak hari pertama, terutama karena harga saham telah turun cukup jauh dari level ARA 2.300 dan masih berada di atas ARB 1.570, sehingga ruang konsolidasi masih terbuka. 

Namun, buyback saja tidak cukup untuk mengubah persepsi pasar. Investor akan menunggu sinyal perbaikan efisiensi, peningkatan profit margin, atau strategi ekspansi yang lebih adaptif terhadap perubahan pola konsumsi masyarakat.

Jadi, AMRT saat ini sedang menghadapi narasi ganda, yaitu fundamental yang masih kuat dan growing, tetapi margin tertekan dan sentimen pasar yang bearish membuat valuasi tertekan. 

Buyback bisa membantu meredam tekanan jangka pendek, tetapi tanpa katalis yang lebih kuat, pemulihan harga saham kemungkinan akan terjadi secara bertahap, bukan eksplosif. Pasar masih berhati-hati, menimbang apakah ini hanya fase bottoming atau awal dari restrukturisasi strategi jangka panjang yang harus dilakukan oleh salah satu pemain terbesar ritel Indonesia.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79