Logo
>

Saham Big Banks Keok, Buy atau Bye?

Ditulis oleh Yunila Wati
Saham Big Banks Keok, Buy atau Bye?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pergerakan saham di sektor perbankan, utamanya big banks, mengalami penurunan signifikan pada perdagangan akhir pekan, sejalan dengan melemahnya indeks emiten sektor keuangan, IDX Finance, yang turun sebesar 0,39 persen pada Jumat, 20 September 2024.

    Hal ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh bank-bank besar di Indonesia, termasuk bank konvensional dan syariah, yang merespons kebijakan pemangkasan suku bunga.

    Di antara bank-bank yang terdaftar dalam kategori KBMI 4, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatatkan penurunan paling tajam dengan harga sahamnya turun 1,35 persen, ditutup pada level Rp7.300 per saham. Hal ini menunjukkan dampak negatif dari sentimen pasar yang meluas meskipun ada kebijakan moneter yang mendukung.

    Saham PT Bank Negara Indonesia (BBNI) juga merosot, dengan penurunan sebesar 1,29 persen menjadi Rp5.750 per saham. Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mengalami penurunan sebesar 1,15 persen, ditutup di harga Rp10.775 per saham setelah sebelumnya mencapai All Time High (ATH).

    Di kalangan bank KBMI 4, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatatkan penurunan paling kecil, hanya sekitar 0,46 persen menjadi Rp5.375 per saham. Meskipun demikian, BBRI sempat menunjukkan performa positif dengan harga tertinggi mencapai Rp5.450 per saham sepanjang perdagangan akhir pekan.

    Tren Negatif di Sektor Syariah dan Digital

    Sementara itu, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) juga mengalami penurunan tajam sekitar 4,11 persen, ditutup di level Rp3.030 per saham. Ini mengakhiri tren kenaikan yang telah berlangsung sepanjang pekan. Meski demikian, jika dilihat secara keseluruhan, BRIS masih mencatatkan penguatan 5,21 persen dalam sepekan terakhir.

    Tak hanya bank-bank konvensional dan syariah, emiten bank digital juga turut merasakan dampak negatif. PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) mengalami penurunan signifikan hingga 6,34 persen, dengan harga saham ditutup pada Rp266 per saham.

    Penurunan saham-saham ini bisa jadi dipengaruhi oleh sentimen pasar yang reaktif terhadap kebijakan pemangkasan suku bunga, yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi namun juga memunculkan kekhawatiran akan dampak terhadap profitabilitas bank-bank besar.

    Pasar tampaknya merespons dengan hati-hati, mengingat ketidakpastian yang masih menyelimuti perekonomian global serta tantangan dalam sektor keuangan domestik.

    Merosotnya saham big banks bisa menjadi sinyal campur aduk bagi investor. Berikut beberapa pertimbangan sebelum membuat keputusan:

    Alasan untuk Membeli

    1. Valuasi Menarik: Jika saham turun signifikan, mungkin harga saat ini sudah lebih menarik dibandingkan dengan nilai fundamental jangka panjang.
    2. Kebijakan Moneter: Pemangkasan suku bunga dapat meningkatkan permintaan kredit dan memperbaiki margin keuntungan di masa depan.
    3. Reputasi dan Stabilitas: Big banks biasanya lebih stabil dan memiliki sumber daya yang lebih baik untuk menghadapi tantangan dibandingkan bank kecil.

    Risiko yang Harus Dipertimbangkan

    1. Sentimen Pasar: Penurunan saham bisa mencerminkan sentimen negatif di pasar, yang mungkin berlanjut jika kondisi ekonomi tidak membaik.
    2. Kinerja Keuangan: Pastikan untuk memeriksa laporan keuangan terbaru dan proyeksi kinerja bank, termasuk potensi dampak dari kebijakan moneter.
    3. Kompetisi dan Inovasi: Perkembangan di sektor fintech dan bank digital dapat memberikan tekanan lebih lanjut terhadap profitabilitas bank konvensional.

    Beli atau Jual?

    Mengutip data Stockbit, Minggu, 22 September 2024, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan ketika ingin melihat apakah saham tersebut masih layak dipertahankan, dibeli, atau bahkan dijual. Berikut ini disajikan analisis Kabarbursa.com mengutip data dari Stockbit terhadap dua big banks, yaitu BMRI dan BRIS.

    BMRI

    Current PE Ratio (12.83) dan Forward PE Ratio (11.47), kedua rasio ini menunjukkan bahwa saham ini tidak terlalu mahal jika dibandingkan dengan potensi laba di masa depan. IHSG PE Ratio TTM (7.89), lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pasar, yang bisa menunjukkan bahwa pasar memiliki ekspektasi positif terhadap bank ini.

    PEG Ratio (-0.36) menunjukkan bahwa pertumbuhan laba di masa depan mungkin diharapkan lebih tinggi dibandingkan dengan harga saham saat ini, memberikan indikasi potensi kenaikan harga.

    Net Profit Margin (35.80 persen) menunjukkan efisiensi dalam menghasilkan laba. Return on Equity (22.17 persen) dan Return on Assets (2.50 persen) menunjukkan bahwa bank ini efektif dalam menghasilkan laba dari modal dan aset yang dimiliki.

    Pertumbuhan pendapatan tahunan sebesar 6.09 persen menunjukkan adanya tren positif dalam pendapatan. Pertumbuhan laba bersih sebesar 9.29 persen menunjukkan peningkatan yang sehat dalam profitabilitas.

    Debt to Equity Ratio (0.03) menunjukkan bahwa bank ini memiliki struktur utang yang sangat rendah, yang membuatnya lebih stabil dan kurang berisiko. Total Liabilities/Equity (7.77) masih dalam batas yang wajar, menandakan bahwa bank memiliki cukup ekuitas untuk menutupi kewajibannya.

    Dividend Yield (4.85 persen) dan Payout Ratio (62.21 persen)menunjukkan bahwa BMRI memberikan imbal hasil yang cukup baik kepada pemegang saham, dengan payout ratio yang masih aman untuk pertumbuhan masa depan.

    Sementara, 1 Year Price Returns (20.16 persen) menunjukkan tren positif. Dan, 52 Week High (7,550) dan Low (5,525) menunjukkan bahwa saham mengalami fluktuasi tetapi saat ini mungkin dekat dengan level tertinggi.

    Berdasarkan analisis di atas, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menunjukkan kinerja yang solid dengan pertumbuhan yang positif, efisiensi yang baik, dan struktur utang yang sehat. Valuasi yang masih wajar juga menandakan potensi kenaikan harga di masa depan.

    BRIS

    Current PE Ratio (TTM) 22.27 dan Forward PE Ratio 18.14 menunjukkan bahwa saham ini mungkin sedikit mahal dibandingkan dengan rata-rata pasar (IHSG PE Ratio TTM median: 7.89). PEG Ratio 0.66 menunjukkan bahwa saham ini memiliki potensi pertumbuhan yang baik relatif terhadap harga saat ini. Nilai PEG di bawah 1 sering dianggap menarik.

    Net Profit Margin 28.08 persen menunjukkan efisiensi yang baik dalam menghasilkan laba dari pendapatan. Return on Equity (ROE) 15.06 persen menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari modal pemegang saham.

    Revenue (Quarter YoY Growth) 9.56 persen dan Net Income (Quarter YoY Growth) 23.72 persen menunjukkan pertumbuhan yang positif dalam pendapatan dan laba. Gross Profit Margin 67.81 persen menunjukkan kemampuan untuk mempertahankan margin yang sehat dalam bisnis.

    Current Ratio dan Quick Ratio tidak tersedia, tetapi Debt to Equity Ratio 7.66 menunjukkan bahwa perusahaan memiliki utang yang relatif tinggi dibandingkan ekuitas. Ini bisa menjadi risiko jika pendapatan tidak stabil. Total Liabilities to Equity 7.66 menunjukkan bahwa perusahaan sangat terpengaruh oleh utang, sehingga memerlukan perhatian lebih.

    Free Cash Flow (TTM) 9,921 B menunjukkan arus kas yang kuat, yang bisa digunakan untuk investasi kembali atau membayar dividen.

    Dividend Yield 0.61 persen dan Payout Ratio 12.60 persen menunjukkan bahwa perusahaan masih memiliki ruang untuk meningkatkan dividen jika diperlukan.

    Adapun 1 Year Price Returns 76.68 persen dan Year to Date Price Returns 74.14 persen menunjukkan kinerja yang sangat baik di pasar. 52 Week High 3,350.00 dan 52 Week Low 1,450.00 menunjukkan volatilitas yang signifikan, namun pergerakan harga menunjukkan tren naik yang kuat.

    Dengan pertumbuhan pendapatan yang positif, profitabilitas yang baik, dan arus kas yang kuat, BRIS masih menunjukkan potensi. Jika investor memiliki keyakinan terhadap prospek jangka panjang BRIS dan dapat mengatasi risiko terkait utang yang tinggi, saat ini bisa menjadi kesempatan untuk membeli sebelum potensi kenaikan lebih lanjut.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79