KABARBURSA.COM - Fluktuasi liar harga saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor dan pengamat pasar. Meskipun BREN adalah perusahaan energi panas bumi besar dengan kapitalisasi pasar yang sangat besar.
Volatilitas sahamnya menyerupai pola saham penny stock, yang sering kali diperdagangkan dengan fluktuasi ekstrim di negara-negara berkembang. Saham BREN mengalami lonjakan hingga 1.200 persen, diikuti oleh dua kali penurunan tajam lebih dari 40 persen dalam periode kurang dari sembilan bulan, menciptakan ketidakpastian di pasar modal Indonesia.
Kondisi ini semakin diperburuk oleh keputusan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk memasukkan BREN ke dalam daftar pemantauan khusus melalui mekanisme Full Call Auction (FCA) pada akhir Mei 2024, tanpa penjelasan rinci selain alasan "kenaikan harga saham yang signifikan."
Akibatnya, saham BREN anjlok hampir setengahnya dalam waktu dua minggu, menyebabkan hilangnya sekitar Rp700 triliun dari kapitalisasi pasar dan memberikan tekanan signifikan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Para investor ritel dan institusional terkejut dengan keputusan BEI tersebut. Banyak dari mereka yang melihat bahwa pembatasan perdagangan melalui FCA malah memperburuk volatilitas dan menurunkan kepercayaan investor, khususnya mereka yang cenderung menghindari risiko.
Sebuah petisi yang menyerukan pencabutan kebijakan ini mendapat dukungan lebih dari 16.000 penandatangan, sementara aksi protes berupa pengiriman karangan bunga ke kantor BEI menunjukkan ketidakpuasan investor lokal terhadap situasi yang dianggap merusak pasar saham.
Keputusan FTSE Russell untuk menunda memasukkan BREN ke dalam indeks berkapitalisasi besar mereka semakin memperkeruh situasi, yang menghambat aliran dana asing yang sebelumnya diantisipasi. Di sisi lain, miliarder Prajogo Pangestu, pemilik mayoritas saham BREN melalui PT Barito Pacific, menunjukkan dukungannya dengan membeli tambahan saham, yang kemudian mendorong kenaikan harga kembali.
Episode ini menjadi contoh nyata bagaimana tantangan regulasi dan transparansi di pasar saham Indonesia dapat mempengaruhi kepercayaan investor, terutama dalam menghadapi volatilitas saham besar seperti BREN.
Dampak Signifikan Harga Saham
Penghapusan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dari Indeks FTSE Global Equity Indonesia kategori large cap memberikan dampak signifikan terhadap harga saham dan para investornya.
FTSE mencabut BREN dari indeks karena masalah konsentrasi pemegang saham yang tinggi dan rendahnya saham yang beredar di pasar reguler (free float). Berdasarkan data per 19 September 2024, hanya 11,66 persen dari total saham BREN yang memenuhi persyaratan free float, yang dianggap tidak cukup oleh FTSE untuk mempertahankan BREN dalam indeks tersebut.