KABARBURSA.COM - Saham emiten energi baru dan terbarukan (EBT) kembali dikoleksi oleh presiden direkturnya sendiri, Robin Sunyoto, dalam tiga gelombang sejak 31 Januari 2025.
Berdasarkan keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Direktur PT Hero Global Investment Tbk (HGII) Hugo Feber Parluhutan Silalahi mengatakan, Robin Sunyoto melakukan serangkaian pembelian saham HGII dengan tujuan investasi.
"Direktur Utama HGII melakukan pembelian sebanyak 500.800 saham dengan harga transaksi Rp99.837.900 pada 31 Januari 2025, yang membawa total kepemilikan sahamnya menjadi 500.800 saham, atau 0,0077 persen dari total saham beredar," ujarnya di Jakarta, Kamis, 6 Februari 2025.
Hugo Feber menambahkan, pada 3 Februari 2025, Robin Sunyoto kembali membeli 149.200 saham dengan harga transaksi Rp28.076.800, sehingga jumlah saham yang dimiliki bertambah menjadi 650.000 saham atau 0,01 persen dari total saham beredar.
"Transaksi terakhir terjadi pada 4 Februari 2025, di mana Robin Sunyoto membeli lagi 114.500 saham seharga Rp21.740.500," ungkapnya.
Jadi, jelas Hugo Feber, kepemilikan saham HGII oleh Robin Sunyoto meningkat menjadi 764.500 saham atau 0,011 persen dari total saham beredar.
Lebih lanjut, manajemen perseroan juga mengonfirmasi bahwa saham yang dibeli merupakan saham dengan status kepemilikan langsung oleh Robin Sunyoto, dan seluruh transaksi tersebut dilakukan dengan tujuan investasi.
"Dengan demikian, total uang yang dihabiskan oleh Robin Sunyoto untuk membeli saham HGII adalah Rp149.655.200, dengan saham yang dimiliki adalah 764.500 saham atau sekitar 0,011 persen dari saham yang beredar," pungkasnya.
IPO Hero Global Investment
Sebelumnya diberitakan Kabarbursa.com, Hero Global Investmentresmi mencatatkan saham perdana atau initial public offering (IPO) di BEI pada, Kamis, 9 Januari 2025 dengan harga IPO sebesar Rp200 per lembar saham.
Direktur Utama HGII mengatakan bahwa pencatatan saham ini menjadi tonggak sejarah penting bagi Perseroan untuk meningkatkan bauran energi bersih.
Robin menyebut, dana dari IPO HGII akan digunakan untuk ekspansi pembangkit EBT, di mana pihaknya menargetkan untuk memiliki dan mengelola pembangkit EBT dengan total kapasitas 100 MW pada 2031.
“Dana IPO HGII sebesar Rp260 miliar akan digunakan untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) berkapasitas 25 megawatt (MW) dan pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM) kapasitas 10 MW, yang keduanya berlokasi di Sumatera Utara,” kata Robin di Gedung BEI Jakarta, usai IPO.
Dia menjelaskan, PLTA 25 MW diestimasi mulai konstruksi tahun 2025. Sedangkan PLTM 10 MW diestimasi mulai konstruksi tahun 2026. Kedua pembangkit hidro tersebut ditargetkan dapat beroperasi secara komersial pada 2028.
Secara keseluruhan, HGII akan membangun pembangkit hidro dengan total kapasitas 58 MW dan pembangkit EBT jenis lainnya yaitu biomassa (8 MW), biogas (6 MW), dan surya (10 MW) dalam 6 tahun ke depan.
Adapun tujuannya untuk memperkuat posisi perusahaan dalam pengembangan energi bersih di Indonesia.
Robin menuturkan, HGII memiliki keunggulan kompetitif, di antaranya jaringan industri yang kuat dalam pengelolaan PLTM dan keunggulan sumber daya manusia berpengalaman.
“Dengan adanya hubungan yang kokoh ini, HGII mampu memastikan bahwa setiap proyek PLTM yang dikelola berjalan dengan lancar, efisien, dan tepat waktu,” jelas dia.
Kinerja Keuangan HGII
Dari sisi kinerja keuangan, HGII sukses mencatatkan pertumbuhan laba bersih pada Januari-Juni 2024. Laba bersih Perseroan per 30 Juni 2024 sebesar Rp26,3 miliar, naik 22,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp21,5 miliar.
Ekuitas HGII per 30 Juni 2024 sebesar Rp469,57 miliar tumbuh 3,6 persen (year-on-year/yoy). Sementara aset HGII sebesar Rp727,9 miliar.
HGII juga membukukan pertumbuhan kinerja operasional. Rerata pertumbuhan produksi listrik (CAGR) HGII selama periode 2021-2023 sebesar 25,9 persen per tahun.
Di sisi lain, sebanyak 25 persen saham HGII akan diakusisi oleh anak usaha Shikoku Electric Power Company, Incorporated (Yonden) yaitu SEP International Netherlands B.V. (SEPI).
Hal itu tertuang dalam perjanjian jual beli saham bersyarat (Conditional Sale and Puchase Agreement/CSPA) yang telah ditandatangani akhir tahun 2024 lalu antara para pemegang saham HGII dan Yonden.
Dengan bergabungnya Yonden, maka komposisi saham HGII menjadi 55 persen dimiliki para pendiri perseroan sebagai pengendali, sementara Yonden 25 persen, dan publik sebesar 20 persen.
Perlu diketahui, Yonden merupakan perusahaan yang tercatat di Tokyo Stock Exchange dengan kode saham TYO:9507 dengan bisnis inti penyedia listrik yang membangkitkan dan menjual listrik di wilayah Shikoku, Jepang dengan portofolio pembangkit listrik sebesar 5.332 MW bersumber dari hidro, termal, nuklir, dan surya. (*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.