Logo
>

Saham Empat Emiten Media Mainstream Naik, Spekulasi atau Tren Positif?

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Saham Empat Emiten Media Mainstream Naik, Spekulasi atau Tren Positif?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Beberapa hari terakhir, saham-saham perusahaan media mainstream di Indonesia menunjukkan pergerakan yang cukup menarik perhatian. PT Tempo Inti Media Tbk (TMPO), PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), dan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) mengalami kenaikan harga saham, meskipun dengan volatilitas yang berbeda. Namun, di tengah euforia ini, penting mencermati bagaimana analisis pakar terhadap likuiditas keempat emiten media arus utama tersebut.

    Perbandingan Saham dan Laba

    Mari kita cermati lebih dalam mengenai perbandingan kinerja saham dan laba dari keempat emiten media utama tersebut. Kenaikan harga saham PT Tempo Inti Media Tbk (TMPO) dalam satu minggu terakhir cukup mencolok dengan peningkatan sebesar 125,68 persen. Kenaikan ini mungkin disebabkan oleh spekulasi atau sentimen pasar yang kuat, mengingat fundamental perusahaan menunjukkan adanya tekanan.

    Laba bersih TMPO pada kuartal kedua 2024 hanya mencapai Rp860 miliar, menurun Rp3 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Dengan rasio Price-to-Earnings (P/E) yang berada di level negatif, saham TMPO dapat dianggap overvalued di tengah kinerja keuangan yang tidak stabil.

    Saat ini, TMPO tidak memberikan dividen kepada pemegang saham, sebagaimana terlihat dari kosongnya catatan dividen dalam periode TTM (Trailing Twelve Months) dan tidak adanya rasio pembayaran (Payout Ratio).

    Sementara itu, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), yang dikenal sebagai pemilik SCTV dan Indosiar, mencatatkan kerugian sebesar Rp109 miliar pada kuartal kedua tahun 2024. Namun, saham EMTK tetap bertahan di level Rp400 per saham dalam seminggu terakhir, meskipun tidak ada perubahan signifikan.

    Rasio P/E EMTK yang berada di level 81,56 (annualised) dan 54,05 (TTM) menunjukkan bahwa saham ini diperdagangkan dengan valuasi yang cukup tinggi, meskipun perusahaan mencatatkan kerugian. Dalam hal likuiditas, EMTK menunjukkan posisi yang baik dengan rasio saat ini (Current Ratio) sebesar 3,87 dan rasio cepat (Quick Ratio) sebesar 3,56.

    Adapun EMTK membagikan dividen sebesar Rp4 per saham dengan rasio pembayaran (Payout Ratio) sebesar 81,56 persen, menunjukkan komitmen perusahaan untuk memberikan pengembalian kepada pemegang saham meskipun dalam kondisi keuangan yang berfluktuasi. Dividen ini dibayarkan terakhir pada tanggal 25 Juni 2024.

    PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), pemilik saham Indosiar dan SCTV, juga menunjukkan pergerakan saham yang stagnan di level Rp128 per saham. Namun, kinerja keuangannya memberikan gambaran yang lebih baik dibandingkan TMPO dan EMTK. Laba bersih SCMA pada kuartal kedua tahun 2024 mencapai Rp137 miliar, dengan margin laba bersih (Net Profit Margin) sebesar 8,73 persen.

    Valuasi saham SCMA lebih rendah dengan rasio P/E di level 14,45 (annualised) dan 15,97 (TTM), menunjukkan bahwa saham ini diperdagangkan dengan valuasi yang lebih wajar dibandingkan EMTK.

    Di sisi lain, SCMA membagikan dividen sebesar Rp5 per saham dengan rasio pembayaran (Payout Ratio) sebesar 56,44 persen. Ini menunjukkan bahwa perusahaan masih mampu memberikan pengembalian kepada pemegang sahamnya meskipun menghadapi fluktuasi dalam kinerja keuangannya. Dividen terakhir dibayarkan pada tanggal 25 Juni 2024.

    Di sisi lain, PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) menunjukkan peningkatan harga saham sebesar 3,75 persen dalam satu minggu terakhir, mencapai Rp332 per saham. Kinerja keuangan MNCN menunjukkan laba bersih yang lebih stabil dengan proyeksi tahunan mencapai Rp1,617 triliun pada 2024. Dengan rasio P/E sebesar 3,09 (annualised) dan 4,56 (TTM), saham MNCN diperdagangkan dengan valuasi yang lebih rendah dibandingkan rekan-rekannya, yang bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi investor yang mencari saham undervalued.

    MNCN membagikan dividen sebesar Rp5 per saham dengan rasio pembayaran (Payout Ratio) sebesar 4,65 persen. Dividen ini menunjukkan bahwa perusahaan masih berkomitmen untuk memberikan pengembalian kepada pemegang sahamnya, meskipun kinerja keuangan menunjukkan beberapa tantangan. Dividen terakhir dibayarkan pada tanggal 11 Juli 2023.

    Analisis Likuiditas dan Proyeksi

    Menurut Muhammad Nafan Aji Gusta Utama, Analis Senior Investment Information di Mirae Asset Sekuritas, saham-saham media mainstream tersebut dinilai kurang likuid.

    "Not rated semua. Sebab kurang likuid," ungkap Nafan kepada Kabar Bursa, Sabtu, 24 Agustus 2024.

    Nafan mengingatkan meskipun saham-saham ini menunjukkan kenaikan, investor harus tetap berhati-hati karena likuiditas yang rendah dapat menjadi risiko dalam berinvestasi.

    Pernyataan Nafan mengenai likuiditas yang rendah pada saham-saham media ini beralasan. Likuiditas rendah mengindikasikan bahwa saham-saham ini mungkin tidak diperdagangkan secara aktif yang dapat mempengaruhi kemampuan investor untuk membeli atau menjual saham tersebut dengan cepat tanpa mempengaruhi harga pasar secara signifikan. Dalam kondisi pasar yang fluktuatif, likuiditas yang rendah dapat menjadi masalah, terutama jika investor ingin melakukan likuidasi saham mereka dengan segera.

    Meskipun saham-saham ini menunjukkan beberapa kenaikan harga, proyeksi ke depan masih terlihat cukup bervariasi. Bagi TMPO, tantangan terbesar terletak pada kestabilan laba yang terus menurun, sementara EMTK harus menghadapi kenyataan bahwa valuasi tinggi tidak selalu mencerminkan fundamental yang kuat.

    SCMA, dengan margin laba yang cukup baik, mungkin memiliki prospek yang lebih stabil, tetapi tantangan utama adalah mempertahankan pertumbuhan laba di tengah persaingan yang ketat. MNCN, meskipun undervalued, harus terus menunjukkan peningkatan kinerja untuk menarik lebih banyak investor.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).