KABARBURSA.COM — Salah satu saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat lonjakan harga paling tajam sepanjang 2025.
Sejak awal tahun ini, harga saham tersebut meningkat lebih dari 10.000 persen, dari kisaran Rp42 per saham di awal Januari menjadi Rp4.270 per saham pada penutupan perdagangan Jumat, 7 November 2025.
Kenaikan ekstrem ini menjadikan saham tersebut sebagai top gainer year to date (ytd) di bursa, dengan kapitalisasi pasar mencapai sekitar Rp7,47 triliun.
Dalam periode tiga bulan terakhir, harga naik 100,47 persen, dan dalam enam bulan melonjak 197,56 persen. Secara tahunan (year on year/yoy), penguatan mencapai 8.795,83 persen.
Saham yang dimaksud adalah PT Agro Bahari Nusantara Tbk (UDNG), emiten yang bergerak di bidang budidaya udang vaname dan baru melantai di bursa pada Oktober 2023.
Lonjakan harga yang luar biasa ini kontras dengan performa fundamental perusahaan yang masih dalam fase awal pengembangan.
Berdasarkan laporan keuangan audit per 31 Desember 2024, UDNG mencatat penjualan Rp3,13 miliar, turun dari Rp8,34 miliar pada 2023. Laba (rugi) bersih tercatat minus Rp3,67 miliar, berbalik dari laba Rp166 juta pada tahun sebelumnya.
Total aset per akhir 2024 mencapai Rp57,61 miliar, dengan ekuitas Rp55,23 miliar. Dengan 1,75 miliar saham beredar, nilai buku (book value) per saham sekitar Rp31,6, sehingga pada harga pasar Rp4.270, rasio price to book value (PBV) mencapai sekitar 135 kali.
Sementara itu, dengan posisi rugi bersih, price to earnings ratio (PER) tercatat negatif, dan laba per saham (earning per share/EPS) berada di minus Rp2,10 per saham.
Dalam laporan keuangan interim per Juni 2025, UDNG membukukan pendapatan sekitar Rp1,47 miliar dengan rugi bersih Rp1,82 miliar. Aset tercatat sebesar Rp58,02 miliar dan ekuitas Rp53,34 miliar, menunjukkan posisi keuangan relatif stabil dibanding akhir 2024.
Berdasarkan laporan tersebut, rasio PBV meningkat menjadi sekitar 140 kali, sedangkan EPS disetahunkan berada di minus Rp1,04 per saham.
Aktivitas Pasar dan Perdagangan Saham UDNG
Pergerakan saham UDNG dalam sepekan terakhir menunjukkan tingkat likuiditas yang relatif meningkat seiring lonjakan harga yang terus berlanjut.
Volume transaksi harian tercatat mencapai 855.200 lembar saham, dengan frekuensi 871 kali transaksi pada penutupan sesi perdagangan Jumat, 7 November 2025.
Dalam sebulan terakhir, rata-rata volume transaksi harian berada di kisaran 600.000–900.000 lembar, meningkat dibandingkan rata-rata perdagangan pada paruh pertama tahun ini yang masih di bawah 100.000 lembar per hari.
Rentang harga 52 minggu terakhir berada di antara Rp37 hingga Rp4.620 per saham, menunjukkan peningkatan harga lebih dari seratus kali lipat dibanding posisi terendah tahunan.
Kenaikan ini juga diikuti peningkatan nilai transaksi harian yang kini menembus kisaran Rp3 miliar–Rp4 miliar per sesi, berdasarkan data perdagangan harian Bursa Efek Indonesia.
Pada order book perdagangan terakhir, harga penawaran beli (bid) dan penawaran jual (ask) tercatat berada di level yang sama, yaitu Rp4.270.
Kondisi ini menggambarkan aktivitas di level harga tunggal, di mana permintaan dan penawaran bertemu dalam kisaran sempit, dengan antrian volume relatif terbatas di kedua sisi buku pesanan.
Sebagian besar transaksi terjadi di rentang Rp4.250–Rp4.280 per saham sepanjang pekan pertama November, menunjukkan konsistensi harga di area tersebut tanpa fluktuasi signifikan antar sesi.
Berdasarkan data ringkasan broker (broker summary), pergerakan saham UDNG didominasi oleh aktivitas sejumlah sekuritas domestik besar yang aktif di segmen ritel.
Mandiri Sekuritas (kode CC) mencatat nilai transaksi beli tertinggi, yakni sekitar Rp7,2 miliar dengan volume 62.100 lot. Mirae Asset Sekuritas Indonesia (XL) berada di posisi berikutnya dengan nilai sekitar Rp6,9 miliar, diikuti oleh BCA Sekuritas (LG) senilai Rp5 miliar, Indo Premier Sekuritas (AI) sebesar Rp4,1 miliar, dan AK Sekuritas Indonesia (AK) senilai Rp2,7 miliar.
Secara total, kelima broker tersebut berkontribusi pada lebih dari separuh nilai transaksi harian saham UDNG. Aktivitas perdagangan juga memperlihatkan dominan partisipasi investor ritel, yang memanfaatkan volatilitas harga dalam jangka pendek.
Porsi saham beredar bebas (free float) UDNG tercatat sekitar 44 persen dari total 1,75 miliar lembar saham, sementara sisanya dimiliki oleh pemegang saham utama dan pengendali.
Struktur ini turut menjelaskan likuiditas harian yang relatif dinamis namun masih terkonsentrasi pada volume terbatas.
| Parameter | Awal 2025 | 8 Nov 2025 | Perubahan |
|---|---|---|---|
| Harga Saham | Rp42 | Rp4.270 | +10.066,67 persen |
| Market Cap | ±Rp72 miliar | ±Rp7,47 triliun | Naik signifikan |
| Volume Harian | ±50 ribu lembar | 855.200 lembar | Meningkat |
| PBV | ±1,3x | ±135x | Meningkat tajam |
| EPS | (Rp2,10) | (Rp2,10) | Tidak berubah (rugi) |