KABARBURSA.COM - Saham Nike merosot 20 persen pada Jumat, 28 Juni 2024 setelah perusahaan raksasa pakaian olahraga ini menurunkan perkiraan penjualan tahunannya. Dilaporkan bahwa ini merupakan hari terburuk bagi saham Nike, dengan valuasi pasar perusahaan ini menyusut hingga USD28,41 miliar. Art Hogan, kepala strategi pasar di B Riley Wealth, mengungkapkan bahwa Nike telah menghadapi tekanan dalam beberapa tahun terakhir.
Pada awal pekan ini, Nike memproyeksikan penurunan persentase pendapatan untuk tahun fiskal 2025 dalam satu digit, berbeda dengan ekspektasi analis yang mengharapkan kenaikan hampir 1 persen. Penurunan pendapatan yang diumumkan perusahaan pada periode Maret-Mei 2024 disebabkan oleh lesunya penjualan sepatu sneakers. Persaingan ketat dengan merek-merek baru seperti ON dan Hoka turut menjadi tantangan bagi Nike.
"Hogan menyatakan bahwa Nike memilih untuk merilis pedoman yang paling konservatif guna menghindari ekspektasi yang terlalu tinggi," kata Hogan.
Kesulitan yang dihadapi Nike juga berdampak negatif terhadap saham pesaingnya di Amerika Serikat dan Eropa. Saham JD Sports anjlok 5,4 persen, sementara Puma turun 1 persen.
Pangsa pasar Nike di sektor sepatu olahraga AS turun menjadi 34,97 persen pada 2023 dari 35,37 persen tahun sebelumnya, menurut data dari GlobalData. Sementara itu, merek-merek pesaing seperti On dan Hoka berhasil meningkatkan pangsa pasar mereka dengan produk-produk yang lebih modis.
Di sisi lain, permintaan yang lemah di pasar internasional, termasuk China, juga berdampak negatif terhadap penjualan Nike. Penjualan di China selama kuartal Maret-Mei turun dua digit.
China sendiri menyumbang 14,7 persen dari total pendapatan Nike pada tahun ini, sedangkan di Amerika Utara, kontribusinya mencapai 42 persen. Ini menunjukkan betapa pentingnya pasar Amerika Utara bagi Nike, meskipun tantangan yang dihadapi perusahaan juga terlihat di pasar internasional.
Perubahan perilaku konsumen yang lebih memilih pengalaman seperti konser dan perjalanan daripada membeli produk olahraga mahal, juga turut mempengaruhi kinerja Nike. Hoka, merek asal Perancis yang awalnya dikenal sebagai sepatu lari untuk pelari maraton, telah berhasil menarik perhatian dengan fokusnya pada kenyamanan dibanding gaya tradisional.
Selain itu, strategi distribusi baru Nike yang berfokus pada penjualan langsung melalui saluran daring dan toko fisik sendiri, dengan memangkas jumlah pengecer pihak ketiga, ternyata tidak memberikan hasil yang diharapkan. Nike mengklaim dapat menghasilkan laba lebih besar dengan menjual langsung, namun keputusan ini berdampak negatif terhadap penjualan keseluruhan. Perusahaan akhirnya mengaktifkan kembali beberapa pengecer yang sebelumnya dihentikan, seperti Dick's Sporting Goods dan Foot Locker, untuk memperbaiki kinerja penjualan mereka.
Analisis dari Neil Saunders, analis di GlobalData Retail, menyoroti bahwa Nike mungkin terlalu jauh dalam mengeksekusi strategi distribusi ini, dan meremehkan pentingnya peran pengecer pihak ketiga. Keputusan untuk menarik diri dari beberapa pengecer membuka peluang bagi merek lain untuk membangun hubungan yang lebih erat dengan pengecer tersebut.
Keseluruhan, Nike sedang berusaha menyesuaikan strateginya untuk mengatasi perubahan dalam perilaku konsumen dan meningkatkan daya saingnya di tengah persaingan yang semakin ketat dalam industri pakaian olahraga global.
Mewahnya Harga Sneakers Donald Trump
Harga sneakers Donald Trump menarik untuk dibahas setelah mantan Presiden Amerika Serikat ini mengeluarkannya beberapa waktu lalu. Pada acara Sneaker Con di Philadelphia, Trump berhasil menyita perhatian dengan mempromosikan sepatu high-top berlapis emas edisi terbatas miliknya.
Sepatu tersebut menampilkan motif bendera Amerika Serikat di bagian pergelangan kaki, dengan garis-garis merah dan kotak biru yang berisi bintang-bintang emas. Huruf T mencolok terlihat di samping sepatu, bersama dengan tanda tangan mantan presiden AS yang diukir dengan tinta hitam.
Sepatu 'Never Surrender' berhasil dilelang dengan harga fantastis, mencapai USD9.000 atau sekitar Rp140 juta (dengan kurs Rp15.612). Pembeli sepatu ini adalah Roman Sharf, seorang pedagang jam tangan terkenal asal Rusia, yang membelinya melalui aplikasi Whatnot.
Sharf, yang juga seorang konglomerat dan pemilik perusahaan Luxury Bazaar, memamerkan sepatu Trump yang langka ini di gedung perusahaannya. Selain sepatu 'Never Surrender', Sharf juga memiliki koleksi suvenir lain yang terkait dengan Donald Trump, termasuk topi Make America Great Again (MAGA) yang ditandatangani langsung oleh mantan presiden AS ke-45 itu.
Kepiawaiannya dalam mendapatkan sepatu ini membuat Sharf merasa bangga, dan ia membagikan kesuksesannya di media sosial yang memperoleh banyak perhatian. Postingannya menjadi viral, dan akhirnya ia mendapat undangan makan siang langsung dari Trump di Miami.(*)